in

Rekomendasi Buku Tentang Wanita

Rekomendasi Buku Tentang Wanita – Banyak yang berkata bahwa seorang perempuan itu multitasking dan memiliki mental yang kuat, tapi ada pula yang menganggap bahwa perempuan itu rumit dan ribet. Apakah kamu setuju?
Setiap manusia memiliki cara pandang dan pemikiran mereka masing-masing, termasuk dalam hal menilai wanita. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang ‘lumrah’ sebab pemikiran ini adalah sesuatu yang bersifat spontan.

Misalnya apabila kamu melihat kucing dengan bulu super lebat, tanpa disadari secara spontan kamu akan menilai kucing tersebut dan beranggapan bahwa itu adalah hewan yang menggemaskan. Pemikiran tersebut muncul secara tiba-tiba seketika saat kamu telah melihat kucing.

Begitu pula ketika kamu melihat seorang wanita atau laki-laki. Maka secara tidak sadar akan terbesit satu pandangan atau image tentang mereka. Memang kita tidak bisa menilai sesuatu atau seseorang hanya dari covernya saja, maka impresi pertama tersebut merupakan sesuatu yang spontan yang tidak dapat kita jadikan acuan dalam menilai seseorang sebelum mengenalnya.

Dalam konteks yang sama, pandangan awal kita terhadap orang lain seringkali berkaitan dengan stereotip yang ada di masyarakat. seperti pada contoh kucing tadi, kamu sadar bahwa stereotip hewan berbulu yang menggemaskan tersebut merupakan golongan hewan pemalas. Meskipun, tidak menutup kemungkinan bahwa semua kucing itu malas sama halnya dengan wanita dan pria.

Jika wanita sering dianggap rumit, maka pria juga sering kali dianggap tidak peka. Padahal dalam kenyataannya tidak semua perempuan dan laki-laki seperti itu. Sejumlah penilaian dan stereotip ini memang cenderung subjektif, tapi hal tersebut juga muncul karena ada sedikit atau banyak sampel orang di masyarakat.

Sehingga kebiasaan masyarakat kita adalah masih menyamaratakan satu situasi untuk subjek yang berbeda. Lantas, apa saja stereotip tentang perempuan yang beredar di masyarakat?

Stereotip Tentang Wanita Yang Sering Muncul di Masyarakat

Holiday Sale

Sebagai perempuan, kamu mungkin berpikir mengapa masyarakat kita kerap kali masih terpaku dengan sejumlah stereotip lama tentang perempuan. Pandangan tersebut merupakan sesuatu yang sudah ada sejak lama dan bahkan menjadi budaya, dimana memang sebagian besar para wanita mengikuti stereotip tersebut.

Akan tetapi kini jaman sudah modern begitu juga pola pikir manusia. Generasi modern saat ini mungkin banyak yang tidak setuju dan berani menjadi diri sendiri bahkan ketika hal tersebut berlawanan dengan stereotip yang ada.

Berikut ini sejumlah stereotip yang paling klasik dan sering beredar di masyarakat kita bahkan hingga saat ini.

Wanita Harus Pandai Memasak

Pernah mendengar ‘pernyataan bahwa perempuan harus bisa masak’. Meskipun sekedar ungkapan biasa yang mungkin sering dilontarkan oleh ibu dirumah, atau saudara atau bahkan teman kita, pernyataan sederhana ini bisa saja menjadi tekanan bagi para wanita.

Adanya stereotip bahwa wanita harus bisa memasak, seolah menunjukan budaya yang menganggap perempuan itu adalah penunggu dapur, yang mana harus bisa memasak untuk suaminya. Sehingga sejak dahulu anak-anak perempuan diajarkan di rumah untuk bisa memasak bahkan sejak muda.

Seolah ini adalah sebuah kewajiban yang dilabelkan pada setiap perempuan. Padahal kenyataannya, kemampuan memasak seseorang tidak berdasarkan jenis kelamin dan hal tersebut merupakan suatu skill dimana setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Sama dengan kemampuan menggambar, kemampuan berolahraga, kemampuan menyanyi, memasak sebenarnya murni sebuah skill dimana tidak semua wanita harus menguasainya.

Wanita Perlu Menjadi Ibu Rumah Tangga Yang Baik

Hampir sama dengan stereotip sebelumnya, masyarakat kita terbiasa dengan pendapat bahwa wanita harus menjadi ibu rumah tangga yang baik. Dalam konteks tersebut tentu maknanya lebih cenderung ketika sudah menikah wanita akan menjadi seorang istri yang baik dan bukannya ikut bekerja seperti seorang suami.

Tetapi saat ini stereotip ibu rumah tangga ini sudah banyak ditampik oleh para perempuan. Memang, yang bertanggung jawab dalam sebuah keluarga adalah suami akan tetapi hal tersebut seringkali dikaitkan pada pengambilan keputusan serta pemenuhan ekonomi.

Sehingga ketika para lelaki sudah dilimpahkan tanggung jawab mencari nafkah, maka lantas perempuan dilimpahkan tanggung jawab untuk mengurus rumah sebagai ibu rumah tangga. Sehingga memiliki karir dan menempuh pendidikan tinggi pun sering kali dianggap tidak perlu, sebab perempuan hanya akan berujung mengurus rumah dan anak.

Tentunya hal ini tidak benar, sebab baik berakhir mengurus rumah tangga atau tetap bekerja, seorang wanita harus berpendidikan supaya dapat melahirkan anak-anak yang cerdas juga nantinya. Apapun pilihan kamu setelah menikah nanti, semata-mata adalah keputusan yang murni kamu inginkan dan bukan karena tuntutan orang lain hanya karena kamu perempuan.

Wanita Harus Menikah

Pertanyaan ‘Kapan Menikah?’ rasanya sudah menjadi teror bagi para perempuan yang telah memasuki kepala dua, kepala tiga atau selebihnya. Anggapan bahwa perempuan wajib menikah ini membuat status jomblo menjadi sebuah hantu yang selalu meresahkan wanita.

Bagi mereka yang tinggal dalam masyarakat yang masih sering menuntut pernikahan dapat berakibat buruk bagi psikologis wanita. Hal ini dapat membuat para wanita lupa akan pentingnya nilai diri mereka, dan alih-alih berusaha untuk settle dahulu mereka justru terburu-buru untuk menikah.

Dalam tekanan yang lebih parah, beberapa wanita bahkan rela bertahan dalam menjalani toxic relationship demi tidak ingin kehilangan status dan berharap dapat segera menikah. Hal ini justru hanya akan memicu stress berkepanjangan dan mungkin akan menimbulkan masalah dalam hubungan kedepannya.

Terlepas akan menikah atau tidak serta entah berapapun umur kamu, tentu seharusnya tidak menjadi alasan untuk menikah tanpa memikirkannya dengan baik. Sebab pernikahan bukanlah sebuah akhir, melainkan sebuah awal untuk memulai kehidupan baru yang seharusnya dipikirkan dengan baik dan matang.

Alih-alih terburu-buru menikah, kita bisa meningkatkan kualitas diri dan mengembangkan potensi yang ada.

Wanita Harus Memiliki Anak

Masyarakat kita adalah kelompok sosial yang begitu peduli terhadap sesama, meskipun kadang terlampau peduli. Sehingga sering bertanya kapan kita lulus, kapan kita menikah dan kapan punya anak.

Sesekali mungkin masih wajar, namun jika sudah berkali-kali ditanya seperti itu siapapun akan lelah juga. Stereotip yang muncul setelah seseorang menikah adalah pertanyaan kapan memiliki anak. Seolah-olah memiliki anak merupakan suatu keharusan dan harus secepatnya.

Sehingga membuat pada beberapa pasangan yang belum dikaruniai anak menjadi semakin tertekan. Padahal kita sadar bahwa anak adalah sebuah anugerah dan setiap pasangan memiliki waktunya sendiri. Segala hal ini sudah diatur oleh Tuhan, maka hendaknya tidak perlu menjadi pertanyaan kapan punya anak.

Wanita Tidak Mampu Menjadi Pemimpin

Ada yang bilang bahwa lelaki itu berpikir menggunakan logika dan perempuan menggunakan perasaan. Setuju? Mungkin stereotip tersebut muncul berdasarkan banyaknya contoh di masyarakat, namun bukan berarti semua wanita seperti itu.

Wanita memang cenderung lebih sensitif dan menggunakan hati dalam urusan relationship, namun bukan berarti ketika mereka berada dalam sebuah forum membuat wanita tidak dapat berpikir objektif.

Sebagai makhluk yang multitasking, para wanita juga bisa memanage perasaan dan pikiran mereka. Lebih dari itu, saat ini ada begitu banyak wanita cerdas, kritis yang mampu menjadi leader atau pemimpin yang banyak menjadi panutan.

Dengan adanya begitu seharusnya sudah saatnya kita memberikan kesempatan yang sama pada perempuan untuk mengambil kesempatan di pemerintahan atau organisasi. Hal ini juga akan membawa warna baru dalam sebuah struktur pemerintahan maupun sosial.

Bagaimana Cara Menyikapi Stereotip dan Pandangan Masyarakat Terhadap Wanita?

Sebenarnya wanita dan pria itu sama, keduanya hanya berbeda berdasarkan gendernya. Keduanya juga merupakan manusia yang setara, seimbang dan saling melengkapi. Sehingga, ketika kita menemukan perbedaan satu atau banyak hal di antara keduanya maka hal tersebut adalah bentuk saling melengkapi.

Kalau sudah begitu, seharusnya kita tidak perlu lagi menilai seseorang berdasarkan gendernya. Seperti yang Ibu Kartini perjuangkan bahwa perempuan dan laki-laki seharusnya memiliki kedudukan sama baik dalam organisasi pemerintahan maupun masyarakat.

Munculnya stereotip dalam masyarakat memang tidak dapat dicegah lagi, tapi kita perlu menyikapinya dengan cara masing-masing. Misalnya dengan tidak ikut menjudge melainkan bersikap lebih netral, mencoba memahami wanita, memberikan kesempatan yang sama serta memposisikan diri apabila kita menjadi wanita.

Dengan begitu tidak akan ada lagi pikiran buruk atau statement yang menuntut wanita untuk ini dan itu, sebab kita sendiri juga tidak akan suka apabila diberikan label dan sejumlah tuntutan.
Memahami Sudut Pandang Wanita Lewat Buku Tentang Wanita

Oleh karena itu, alih-alih memusingkan stereotip tentang wanita lebih baik kita untuk saling memahami. Baik kepada sesama wanita ataupun terhadap lawan jenis. Hanya dengan memahami kita akan memiliki sudut pandang mereka, dan paham bahwa mencintai diri jauh lebih penting.

Berikut ini beberapa referensi bacaan buku tentang wanita yang akan membuat kita memahami mereka lebih dalam. Apabila kamu juga seorang wanita, literasi dibawah ini mungkin akan membantu kamu semakin mengenal diri dan mencintai diri sendiri.

Still Me

Sukses dengan versi filmnya, Me Before You. Kali ini, dalam versi novelnya karya Jojo Moyes ini berjudul asli Still Me masih begitu menarik untuk dibaca hingga kini. Novel karya Jojo Moyes ini memberikan gambaran self-love terhadap diri sendiri.

Sebuah masterpiece dari Jojo Moyes ini begitu menginspirasi para wanita dengan karakter utama Louisa Clark yang begitu eksentrik dan begitu ceria serta hangat. Clark pergi ke New York untuk bekerja menjadi asisten Will Traynor yang dingin dan kasar, setelah kecelakaan yang menyebabkan dirinya lumpuh sebagian.

Clark sebagai sosok hangat dan periang mengajarkan kita cara mencintai diri sendiri dan hidup penuh suka cita. Kemudian sikapnya ini lama-lama mempengaruhi Traynor dan membuatnya sadar bahwa hidupnya masih berharga, bahwa dia tetaplah dirinya meskipun tak dapat lagi menggerakkan kakinya. Kisah romantis dan sarat akan makna ini membuat kita sadar pentingnya mencintai diri sendiri dan membuang segala keresahan, keputusasaan serta ketakutan. Tertarik? Dapatkan selengkapnya disini.

Big Magic

tombol beli buku

Elizabeth Gilbert, penulis Eat, Pray, Love ini menerbit satu buku lagi yang begitu menginspirasi banyak perempuan. Sesuai judulnya buku ini mengajak para perempuan untuk mengembangkan rasa takut menjadi sebuah kreativitas dalam hidup.

Gilbert memotivasi para perempuan untuk menjadi lebih kreatif dan juga melawan rasa takut. Kamu mungkin akan mampu menemukan potensi dirimu setelah membaca buku ini..

Buku motivasi ini tidak akan membuat kamu bosan, namun justru membuat kamu semakin bersemangat oleh kata-kata ajaib Gilbert. Sudah pernah membaca buku Gilbert lainnya? maka jangan sampai kamu ketinggalan oleh karyanya yang satu ini ya. Dapatkan bukunya disini.

More Than a Woman

tombol beli buku

Penulis berbakat Caitlin Moran, kembali menuliskan kisah hidupnya dalam buku More Than A Woman. Setelah sukses menginspirasi dengan gaya bahasa feminisnya dalam buku pertama yakni How to Be A Woman, dalam buku kali ini merupakan lanjutan literasinya tentang kehidupan sebagai seorang perempuan.

Bagaimana Moran mengungkapkan kisahnya yang dengan bahasa yang menarik sehingga membuatnya relevan dengan para perempuan masa kini. Bagaimana dia menjalani semua permasalahan sebagai wanita di usia remaja, usia 20-an, 30-an bahkan usia 40-an.

Moran mencurahkan cara dia berdamai dengan segala tuntutan dan stereotip sebagai seorang perempuan. Buku ini juga telah menginspirasi banyak pembaca dan mendapatkan respon yang begitu baik. Penasaran dengan tulisan Caitlin Moran ini? beli bukunya disini.

The Confidence Code

tombol beli buku

Ada kalanya sebagai wanita, seseorang merasa insecure terhadap banyak hal. Bisa jadi tentang penampilan, tentang pendidikan, tentang karir dan pencapaian. Sampai-sampai membuat mereka merasa kurang nyaman berada di ruang sosial, dan bahkan tidak percaya diri.

Hal tersebut sedikit banyak pasti pernah dirasakan perempuan manapun, hanya saja sebagian diantaranya pandai menutupi rasa ketidakpercayaan diri mereka. Ada sebagian wanita yang mampu mengatasi rasa insecure mereka ada pula yang kesulitan.

Membaca buku ini mungkin dapat membantu kamu menemukan rasa percaya diri. Sebab, berawal dari diri sendiri maka orang lain pun akan percaya kepadamu. Buku The Confidence Code ini merupakan sebuah bacaan non fiksi yang mana memberikan tips-tips supaya kamu percaya diri.

Terlebih lagi kamu akan memahami kisah para tokoh sukses yang berhasil melawan ketidakpercayaan diri mereka. Penasaran? Dapatkan bukunya disini.

Little Women

tombol beli buku

Memahami perempuan tidak hanya melalui literasi non fiksi saja, ada pula sejumlah novel fiksi yang dapat menginspirasi siapa saja yang membacanya. Membuat kita menjadi tahu kehidupan perempuan melalui sudut pandang yang dituturkan penulis.

Novel Little Women karya Louisa May Alcott ini bisa menjadi bacaan kamu untuk saling memahami empat karakter perempuan dalam cerita ini. Mengambil premis yang menarik yakni ketika empat bersaudara perempuan dengan empat karakter berbeda dan tanggung jawab yang berbeda. Harus menjalani kehidupan mereka dan bertahan hidup sebagai seorang perempuan di masa selepas Perang Saudara Amerika di New England.

Dari empat karakter yang begitu berbeda inilah kita dapat mengambil banyak pelajaran tentang kehidupan, dan feminisme dimana perempuan harus memiliki kehidupan yang layak baik itu dengan cara memiliki pekerjaan, menjadi pandai atau menjadi seorang istri. Penasaran seperti apa kisahnya, beli bukunya sekarang.

Dapatkan Literasi Tentang Perempuan Lainnya

Sebagai perempuan ada begitu banyak tantangan yang perlu dihadapi dari kecil hingga kamu beranjak dewasa sekalipun. Seperti itulah kehidupan dimana kita perlu menghadapi segala masalah yang datangnya bisa dari diri sendiri, maupun orang lain.

Yang dapat dilakukan adalah menjalaninya dan berdamai dengan diri sendiri. temukan jati dirimu dan kenali, dengan begitu kamu mungkin akan menemukan bahwa terdapat potensi yang besar dalam dirimu, termasuk potensi untuk menghadapi segala permasalahan hidup. Tanpa siapapun kamu sudah menjadi wanita hebat!

Tertarik membaca literasi bertemakan perempuan? Kamu bisa memilih berbagai jenis literasi mulai dari fiksi hingga non fiksi di Gramedia.

Written by Lely Azizah