Hai, Grameds! Siapa yang suka merasa bosan kalau belajar sejarah lewat textbook yang isinya penuh dengan tanggal dan fakta kering? Gimana kalau kita coba belajar sejarah yang lebih seru? Yap, novel sejarah! Novel sejarah itu seperti mesin waktu rahasia yang bisa membawa kita ke kehidupan zaman dulu. Bayangin deh, kamu bisa ngerasain langsung gimana kehidupan orang-orang di masa lalu, entah itu perang kemerdekaan yang menegangkan, kisah cinta dramatis di era kerajaan, atau perjuangan para pelajar meraih pendidikan. Seru, kan? Yuk, kita telusuri bersama beberapa judul yang wajib masuk daftar bacaanmu!
Novel sejarah adalah karya sastra yang mengangkat latar belakang sejarah sebagai setting utama cerita. Dalam novel ini, penulis seringkali menggabungkan fakta-fakta sejarah dengan unsur-unsur fiksi untuk menciptakan cerita yang menarik dan memikat pembaca.
Mari kita bersiap-siap untuk menjelajahi masa lalu melalui kata-kata, dan temukan makna sejarah yang tersembunyi di balik halaman-halaman novel.
Table of Contents
Rekomendasi Novel Sejarah yang Wajib Dibaca
-
Tetralogi Pulau Buru – Pramoedya Ananta Toer
Tetralogi Pulau Buru adalah sebuah karya monumental dari sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, yang terdiri dari empat novel yang berjudul:
- Bumi Manusia
- Anak Semua Bangsa
- Jejak Langkah
- Rumah Kaca
Tetralogi Pulau Buru mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang tokoh utama bernama Minke, seorang pemuda Jawa yang cerdas dan penuh semangat di masa penjajahan Belanda di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Minke berjuang melawan ketidakadilan dan penindasan yang dialami oleh bangsanya di bawah kekuasaan kolonial Belanda.
Di novel pertama, Bumi Manusia, kita diperkenalkan dengan Minke yang sedang menuntut ilmu di HBS Surabaya. Di sini, Minke bertemu dengan Nyai Ontosoroh dan putrinya, Annelies, yang menjadi tokoh penting dalam kehidupannya. Minke juga terlibat dalam pergerakan nasionalis dan perjuangan melawan penindasan kolonial.
Novel kedua, Anak Semua Bangsa, melanjutkan kisah Minke dalam menghadapi berbagai tantangan dan konflik, baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam perjuangannya untuk keadilan sosial dan politik.
Di Jejak Langkah, Minke semakin matang dalam perjuangannya untuk kemerdekaan dan keadilan sosial. Novel ini menyoroti perkembangan organisasi pergerakan nasional dan konflik antara ideologi yang berbeda.
Terakhir, Rumah Kaca menutup kisah Tetralogi Buru dengan menampilkan upaya penguasa kolonial dalam mengawasi dan menindas pergerakan rakyat. Novel ini memberikan penutup yang mengesankan untuk perjalanan Minke dalam menentang penjajahan Belanda.
Tetralogi Pulau Buru tidak hanya karya sastra yang menggugah dan menyentuh, tetapi juga merupakan gambaran yang kuat tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
-
Gadis Kretek – Ratih Kumala
Gadis Kretek membawa kita pada kisah Soeraja, seorang pengusaha kretek sukses yang terbaring sakit keras. Di tengah kondisi kritisnya, ia terus menyebut nama “Jeng Yah”, seorang perempuan yang bukan istrinya. Ketiga anaknya, Tegar, Karim, dan Lebas, pun memulai perjalanan untuk mencari Jeng Yah dan mengantarkannya ke hadapan sang ayah.
Perjalanan mereka mengantarkan mereka pada kisah cinta terlarang antara Soeraja dan Jeng Yah di masa muda. Di tengah persaingan sengit dalam industri kretek di awal kemerdekaan Indonesia, cinta mereka tumbuh diiringi aroma kretek dan gejolak politik.
Novel ini tak hanya tentang kisah cinta, tapi juga tentang sejarah industri kretek di Indonesia. Kita diajak untuk melihat bagaimana kretek berkembang dari usaha rumahan kecil hingga menjadi industri besar yang mendunia. Ratih Kumala menghadirkan detail-detail menarik tentang proses pembuatan kretek, filosofi di baliknya, dan pengaruhnya terhadap budaya dan ekonomi masyarakat.
-
Orang-Orang Proyek – Ahmad Tohari
Novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari membawa kita ke sebuah desa di Jawa Barat yang terusik oleh kedatangan proyek pembangunan bendungan. Kehidupan masyarakat desa yang tenang dan damai mulai berubah dengan hadirnya para pekerja proyek, kontraktor, dan aparat keamanan.
Kabul, seorang insinyur muda yang idealis, ditugaskan untuk memimpin proyek tersebut. Ia dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari birokrasi yang rumit, korupsi yang merajalela, hingga konflik dengan para penduduk desa yang merasa dirugikan oleh proyek tersebut.
Di tengah situasi yang penuh gejolak, Kabul menjalin hubungan dengan Ningrum, seorang gadis desa yang cerdas dan pemberani. Ningrum membantu Kabul untuk memahami kehidupan masyarakat desa dan memperjuangkan hak-hak mereka.
Novel ini mengangkat berbagai isu sosial dan politik yang terjadi di Indonesia pada masa Orde Baru, seperti korupsi, kesenjangan sosial, dan penyalahgunaan kekuasaan. Ahmad Tohari menggambarkan realitas kehidupan masyarakat desa dengan detail yang kaya dan bahasa yang lugas.
-
Ronggeng Dukuh Paruk – Ahmad Tohari
Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari membawa kita ke Desa Dukuh Paruk, sebuah desa terpencil di Jawa Tengah yang memiliki tradisi ronggeng. Srintil, seorang gadis cantik dan berbakat, terpilih menjadi ronggeng baru untuk menggantikan ronggeng sebelumnya yang telah meninggal.
Sejak kecil, Srintil telah menunjukkan bakat menari yang luar biasa. Ia menjadi penari ronggeng yang terkenal dan digemari banyak orang. Kehadirannya membawa keceriaan dan semangat baru bagi desa Dukuh Paruk.
Namun, di balik keindahan dan kepopulerannya, Srintil harus menghadapi berbagai rintangan dan cobaan. Ia harus berjuang melawan tradisi yang membelenggu kebebasannya, menghadapi godaan duniawi, dan mempertahankan cintanya pada Rasus, seorang pemuda desa yang juga mencintainya.
-
Laut Bercerita – Leila S. Chudori
Laut Bercerita karya Leila S. Chudori merupakan novel epik yang terinspirasi dari peristiwa hilangnya aktivis pro-demokrasi di Indonesia pada tahun 1998. Novel ini mengisahkan tentang sekelompok aktivis muda yang memperjuangkan demokrasi dan keadilan di masa Orde Baru yang represif.
Biru Laut, seorang mahasiswa Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada, adalah salah satu aktivis yang terlibat dalam gerakan pro-demokrasi. Bersama dengan teman-temannya, ia aktif dalam berbagai kegiatan, seperti demonstrasi, diskusi, dan penyebaran informasi.
Namun, perjuangan mereka harus dibayar mahal. Pada suatu malam, Biru Laut dan beberapa aktivis lainnya diculik oleh aparat keamanan dan dibawa ke tempat yang tidak diketahui. Sejak saat itu, mereka hilang tanpa jejak, dan nasib mereka masih menjadi misteri hingga saat ini.
Laut Bercerita bukan hanya tentang peristiwa hilangnya para aktivis, tetapi juga tentang perjuangan mereka untuk kemanusiaan dan demokrasi. Novel ini menjadi pengingat bagi kita tentang pentingnya kebebasan dan hak asasi manusia, dan mendorong kita untuk terus memperjuangkan keadilan.
-
Cantik Itu Luka – Eka Kurniawan
Novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan berlatar di Halimunda, sebuah daerah terpencil di Jawa Barat. Cerita ini berpusat pada Dewi Ayu, seorang perempuan cantik yang terlahir dari keluarga bangsawan. Sejak kecil, Dewi Ayu telah mengalami berbagai peristiwa tragis dan pahit, yang membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan pemberani.
Dewi Ayu menikah dengan Bupati, seorang pria kaya dan berkuasa. Namun, pernikahan mereka tidak bahagia. Dewi Ayu harus menanggung perselingkuhan sang suami dan berbagai kekejaman lainnya.
Di tengah penderitaannya, Dewi Ayu bertemu dengan Cak Molek, seorang seniman keliling yang menawan hatinya. Dewi Ayu menemukan cinta dan kebahagiaan sejati bersama Cak Molek. Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Cak Molek harus pergi meninggalkan Dewi Ayu karena terjerat dalam sebuah konspirasi politik.
Kehidupan Dewi Ayu terus diwarnai dengan berbagai tragedi dan rintangan. Ia harus menghadapi kematian orang-orang yang dicintainya, pengkhianatan, dan kemiskinan. Namun, Dewi Ayu tidak pernah menyerah. Ia terus berjuang untuk mencari kebahagiaan dan keadilan bagi dirinya dan anak-anaknya.
-
Amba – Laksmi PamuntjakÂ
AMBA mengisahkan kisah cinta tragis antara Amba, seorang wanita dari keluarga bangsawan Jawa, dan dua bersaudara kembar, Bhisma dan Nakula. Amba jatuh cinta pada Bhisma, tetapi cintanya tidak terbalas karena Bhisma hanya menganggapnya sebagai saudara perempuannya. Amba kemudian menikahi Nakula, meskipun hatinya masih tertambat pada Bhisma.
Perjalanan Amba dalam mengejar cinta yang tak terbalas membawanya pada kesedihan dan penderitaan yang mendalam. Dalam kehidupan rumah tangganya dengan Nakula, Amba harus berjuang melawan rasa kekosongan dan kekecewaan dalam hatinya. Sementara itu, peristiwa-peristiwa tragis di sekitarnya, termasuk perang dan kekerasan politik, semakin memperumit keadaan.
Dengan penggambaran yang kaya dan penuh emosi, Laksmi Pamuntjak mengajak pembaca untuk merasakan perjuangan Amba dalam mencari makna cinta dan identitas di tengah-tengah gejolak sejarah Indonesia. AMBA tidak hanya sekadar kisah cinta, tetapi juga refleksi tentang kekuatan dan kerapuhan hubungan manusia dalam menghadapi perubahan zaman.
-
Max Havelaar – Eduard Douwes Dekker
Max Havelaar mengikuti kisah seorang pejabat kolonial Belanda bernama Max Havelaar yang ditugaskan di Jawa. Havelaar yang memiliki hati nurani yang kuat, terguncang oleh kezaliman dan eksploitasi yang dilakukan oleh sesama pejabat Belanda terhadap rakyat pribumi.
Dalam perjuangannya untuk melawan korupsi dan ketidakadilan, Havelaar menemukan dirinya dalam konflik dengan atasan dan rekan-rekannya sendiri. Dia menghadapi tantangan moral dan dilema etis dalam upayanya untuk membela rakyat Jawa dari penindasan yang dialami.
Max Havelaar adalah sebuah karya sastra yang kuat dan mendalam yang menggambarkan ketidakadilan kolonialisme dan menyoroti kebutuhan akan reformasi sosial. Novel ini memperjuangkan hak asasi manusia, kesetaraan, dan keadilan dalam konteks penjajahan Belanda di Indonesia.
-
Gadis Pantai – Pramoedya Ananta ToerÂ
Novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer menceritakan kisah seorang gadis bernama Siti, yang tinggal di sebuah desa nelayan di pesisir pantai Jawa. Siti adalah gadis yang cantik dan lincah, dengan kulit berwarna langsat dan rambut hitam panjang.
Sejak kecil, Siti sudah terbiasa dengan kehidupan pantai. Suatu hari, seorang utusan datang ke desa Siti. Utusan tersebut membawa pesan dari Bendoro, seorang priyayi kaya raya dari kota, yang ingin meminang Siti menjadi istrinya.
Siti kemudian dibawa ke kota untuk tinggal bersama Bendoro. Di sana, Siti harus beradaptasi dengan kehidupan baru yang jauh berbeda dengan kehidupannya di desa. Siti merasa kesepian dan terasing di rumah Bendoro. Ia merindukan kehidupan di desa dan keluarganya.
Suatu hari, Siti bertemu dengan Semaun, seorang pemuda desa yang juga bekerja di rumah Bendoro. Siti dan Semaun saling jatuh cinta. Namun, cinta mereka harus dipendam karena mereka terikat oleh adat dan tradisi. Kisah cinta Siti dan Semaun diwarnai dengan berbagai rintangan dan cobaan.
Gadis Pantai adalah novel yang sarat makna tentang cinta, pengorbanan, dan perjuangan melawan adat dan tradisi. Pramoedya Ananta Toer berhasil menghadirkan cerita yang menyentuh hati dan membangkitkan berbagai emosi.
-
Segala yang Diisap Langit – Pinto Anugrah
Novel Segala yang Diisap Langit karya Pinto Anugrah berlatar di Ranah Minang pada masa penjajahan Belanda. Cerita ini berpusat pada keluarga bangsawan yang memiliki tambang emas. Keluarga ini hidup dengan penuh kemewahan dan kehormatan.
Namun, kehidupan mereka berubah drastis ketika Kaum Padri datang ke Ranah Minang dan membawa ajaran Islam yang baru. Kaum Padri menentang adat istiadat Minangkabau yang mereka anggap tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Terjadilah pertentangan antara Kaum Padri dan kaum adat yang berujung pada perang saudara. Keluarga bangsawan terjebak dalam konflik ini.
Bungo Rabiah, seorang wanita dari keluarga bangsawan, harus berjuang untuk mempertahankan hidupnya dan keluarganya di tengah kekacauan. Ia harus membuat pilihan sulit antara mengikuti tradisi leluhurnya atau mengikuti ajaran Islam yang baru.
-
Pulang – Leila S. Chudori
Pulang mengikuti kisah dua keluarga yang terpisah oleh peristiwa politik di Indonesia. Novel ini memulai ceritanya di Paris tahun 1965, di mana dua keluarga, keluarga Sjamsudin dan keluarga Darmawan, terlibat dalam perjuangan politik melawan rezim Orde Baru di Indonesia.
Di satu sisi, terdapat kisah cinta tragis antara Dimas Suryo, seorang mahasiswa Indonesia yang tinggal di Paris, dan Mustika, putri seorang diplomat Indonesia. Di sisi lain, ada kisah perpisahan yang menyayat hati antara Usman, seorang jurnalis yang diasingkan, dan istrinya, Saraswati.
Melalui perjalanan waktu dan ruang yang penuh dengan intrik politik dan emosi, “Pulang” mengungkapkan berbagai rahasia kelam yang telah lama terkubur, serta menyajikan gambaran yang kuat tentang perjuangan dan pengorbanan dalam mencari kebenaran dan keadilan.
Novel ini memperlihatkan bagaimana peristiwa politik di Indonesia pada masa itu mempengaruhi kehidupan pribadi dan keluarga, serta bagaimana perjalanan sejarah dan cinta bisa melintasi batas-batas geografis dan waktu.
-
Burung-Burung Manyar – Y.B Mangunwijaya
Burung-Burung Manyar adalah sebuah novel karya Y.B. Mangunwijaya yang mengisahkan tentang perjuangan seorang wanita Jawa, Sarwiji, dalam menjaga keutuhan dan martabat keluarganya di tengah pergolakan sosial dan politik di Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Berikut adalah sinopsis singkatnya:
Sarwiji, seorang perempuan Jawa yang teguh, harus menghadapi berbagai cobaan dan kesulitan dalam hidupnya. Di tengah pergolakan sosial dan politik di masa penjajahan Belanda, Sarwiji berusaha keras untuk menjaga keutuhan keluarganya dan melindungi mereka dari pengaruh buruk zaman tersebut.
Novel ini menggambarkan bagaimana Sarwiji berjuang dengan keberanian dan keteguhan hati untuk melindungi anak-anaknya dari berbagai ancaman dan godaan yang datang dari luar. Di samping itu, Sarwiji juga harus menghadapi konflik internal dan dilema moral dalam mempertahankan kehormatan keluarganya.
Rekomendasi Buku Terkait
Bumi Manusia
Roman Tetralogi Buru mengambil latar belakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20. Dengan membacanya waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan rasa, kegamangan jiwa, percintaan, dan pertarungan kekuatan anonim para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia modern. Roman bagian pertama; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban. Pram menggambarkan sebuah adegan antara Minke dengan ayahnya yang sangat sentimentil: Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga diturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di tempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu. Sembah pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini. “Kita kalah, Ma,” bisikku. “Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.”
Gadis Kretek
Pak Raja sekarat. Dalam menanti ajal, ia memanggil satu nama perempuan yang bukan istrinya; Jeng Yah. Tiga anaknya, pewaris Kretek Djagad Raja, dimakan gundah. Sang ibu pun terbakar cemburu terlebih karena permintaan terakhir suaminya ingin bertemu Jeng Yah. Maka berpacu dengan malaikat maut, Lebas, Karim, dan Tegar, pergi ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng Yah, sebelum ajal menjemput sang Ayah. Perjalanan itu bagai napak tilas bisnis dan rahasia keluarga. Lebas, Karim, dan Tegar bertemu dengan pelinting tua dan menguak asal-usul Kretek Djagad Raja hingga menjadi kretek nomor 1 di Indonesia. Lebih dari itu, ketiganya juga mengetahui kisah cinta ayah mereka dengar; Jeng Yah, yang ternyata adalah pemilik Kretek Gadis, kretek lokal Kota M yang terkenal pada zamannya. Apakah Lebas, Karim, dan Tegar akhirnya berhasil menemukan Jeng Yah?
Laut Bercerita
Buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama mengambil sudut pandang seorang mahasiswa aktivis bernama Laut, menceritakan bagaimana Laut dan kawan-kawannya menyusun rencana, berpindah-pindah dalam pelarian, hingga tertangkap oleh pasukan rahasia. Sedangkan bagian kedua dikisahkan oleh Asmara, adik Laut. Bagian kedua mewakili perasaan keluarga korban penghilangan paksa, bagaimana pencarian mereka terhadap kerabat mereka yang tak pernah kembali. Buku ini ditulis sebagai bentuk tribute bagi para aktivis yang diculik, yang kembali, dan yang tak kembali dan keluarga yang terus menerus sampai sekarang mencari-cari jawaban. Novel ini merupakan perwujudan dalam bentuk fiksi bahwa kita sebagai bangsa Indonesia tidak boleh melupakan sejarah yang telah membentuk sekaligus menjadi tumpuan bangsa Ini. Novel ini juga mengajak pembaca menguak misteri-misteri bangsa ini yang mana tidak diajarkan di sekolah. Walaupun novel ini adalah fiksi, laut bercerita menunjukkan kepada pembaca bahwa negeri ini pernah memasuki masa pemerintahan yang kelam.
Max Haveelar
Multatuli merupakan nama samaran dari Eduard Douwes Dekker. Dia adalah anggota Dewan Pengawas Keuangan Pemerintah Belanda yang pertama kali ditempatkan di wilayah Batavia (Hindia-Belanda) pada 1840. Tahun 1842 ia meminta untuk dipindahkan ke Sumatera Barat. Di tahun yang sama pula, ia dipindahkan ke Natal, Sumatera Utara, untuk bertugas sebagai Kontelir. Baru setelah itu, dirinya ditugaskan di wilayah Lebak, Banten. Selama bertugas sebagai perpanjangan tangan kolonial Belanda, Eduard Douwes Dekker justru menolak tegas model pemerintahan Belanda. Ketidakadilan, perampasan, serta penjajahan merupakan titik awal dari kritik dan penolakannya. Seorang Eduard Douwes Dekker jauh lebih memalingkan perhatiannya kepada fenomena kelaparan, penderitaan, serta ketertindasan yang dialami rakyat pribumi di Hindia-Belanda, terutama di wilayah yang pernah menjadi tempatnya bertugas. Buku ini ditulis Multatuli di sebuah losmen yang disewanya di Belgia, pada musim dingin tahun 1859. Tulisannya merupakan kritik tajam yang telah membuka sebagian besar mata publik dunia, tentang betapa perihnya arti dari sebuah penindasan (kolonialisme). Dengan sebuah keyakinan yang termanifestasikan dalam ungkapan, Ya, aku bakal dibaca, Multatuli berjuang menghadirkan sebuah mahakarya sastra yang patut menjadi pelajaran bagi seluruh bangsa.
Segala yang Diisap Langit
Novel Segala Yang Diisap Langit adalah novel yang ditulis oleh Pinto Anugerah. Novel ini menceritakan tentang seorang bernama Rabiah. Ia adalah seorang perempuan pemberani yang ingin membawa perubahan bagi budaya Minangkabau yang sudah mendarah daging dalam keluarganya. Rabiah ingin membuktikan bahwa tidak semua garis keturunan bangsawan berakhir pada generasi ketujuh. Ia melakukan segala cara demi memperoleh keturunan. Bahkan ia sampai rela menjadi isteri kelima agar dapat memperoleh anak perempuan. Mampukah Rabiah membuktikan bahwa mitos ini salah? Sinopsis buku Rabiah ingin mematahkan mitos yang beredar selama ini, bahwa garis keturunan keluarga bangsawan Minangkabau akan putus pada generasi ketujuh. Apa pun siap dia lakukan demi mendapatkan anak perempuan pembawa nama keluarga, termasuk menjadi istri kelima seorang lelaki yang terkenal mampu memberikan anak perempuan. Tidak disangka, penghalang utama Rabiah justru kakak kesayangannya, Magek. Setelah bergabung dengan Kaum Padri dari utara, Magek justru mengacungkan pedangnya ke arah Rubiah, siap menghancurkan semua yang dimilikinya: harta, adat, keluarga, dan masa lalu. Segala yang Diisap Langit, sebuah novel tentang pergulatan manusia di tengah ombak perubahan zaman. Tak ada yang tahu ujung jalan yang kita pilih. Tak ada yang mampu menerka pengorbanan apa yang harus kita buat. Semua demi bertahan hidup.
- 4 Masa 1 Mimpi
- 5th of December
- 172 Days
- A Good Girl Guide To Murder
- Aku Purple Kamu
- Alice's Adventures in Wonderland
- All Out of Love
- Akasha: Monster 02
- Anggara Kasih
- Bandara, Stasiun, dan Tahun-Tahun Setelahnya
- Bebas Tanggungan
- Belok Kiri Langsing
- Better Than This
- Before We Were Strangers
- Bu Tidak Ada Teman Menangis Malam Ini
- Buddha 2
- Ca Bau Kan
- Cake Shop
- Captivated Me
- City Lite: Secangkir Kopi dan Pencakar Langit
- Classics : Kisah Dokter Dolittle
- Clover
- Daisy
- Dawai-Dawai Ajaib Frankie
- Di Balik Jendela
- Dompet Ayah Sepatu Ibu
- Duo Tulalit
- Eccedentesiast
- Episode Hujan
- Exit West
- Fairish
- From Pesantren With Laugh
- Five Survive
- Five Nights At Freddy's Graphic Novel #1: The Silver Eyes
- Gadis-Gadis Somerset
- Gentayangan
- Guys Read: The Warlords of Recess
- Hello
- Happy Ending Machine
- Heaven
- Hold On, It Hurts
- Hopeless
- Holy Mother
- If We Make It Through December
- In The First Circle
- Jejak Balak
- Jevgar The Story of Sheana
- Jubah Kristus
- Kang Liu
- Kemuning: Cinta Tanpa Bicara
- Kota Bandung dan Biru Karya Niawida
- Kwaidan
- Laiqa : Mengejar Restu Bunda
- Larutan Senja
- Lalu, Baton Diserahkan
- Langit Goryeo
- Little Gray
- Love Eve
- Laut Pasang
- Laut Pasang 2
- Lemonade Granny
- Lofarsa
- Mada
- Merayakan Kesedihan
- Marveluna
- Menua dengan Gembira
- Meniti Bianglala
- Minotaur
- Ode To The Stars
- Oh My Baby Blue
- Oi Abang Oi
- One, Two, Buckle My Shoe
- Panggil Aku Kartini Saja
- Pengantin Setan
- Pingkan Melipat Jarak
- Pukul Setengah Lima
- Rintik Terakhir
- Risol Mas Marvel
- Rumah Untuk Alie
- Rumus Musim Panas
- Sang Penyihir dari Portobello
- Salt To The Sea
- Sang Pemanah
- Saga Dari Samudra
- Sekotak Senja Untuk Nirbita
- Senja Di Alaska
- Selamat Datang di Toko Buku Hyunam-Dong
- Sherlock Holmes - Short Stories #2
- Shadow
- Sincerpity
- Si Anak Pohon
- Si Jago Pahlawan Pembela Penampilan
- Tanah Tabu
- The Life We Lead
- Tingka
- Tiga Putri Anuspati
- Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 2
- Tragedi Pedang Keadilan
- The Ink Black Heart
- The Martyr
- The Spanish Love Deception
- Yellowface
- Wish Me Luck
- White Wedding: Malaikat juga Bisa... Jatuh Cinta