Resensi Novel Komet karya Tere Liye – Komet merupakan novel ke-5 dari serial Bumi karya Tere Liye yang berhasil diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2018 lalu. Sebelum novel ini, ada novel Ceros dan Batozar yang merupakan novel ke-4 ½ dari serial Bumi, bisa dikatakan spin-off petualangan ketiga sekawan, yakni Raib, Ali, dan Seli sebelum masuk ke dalam konflik utama di novel Komet ini.
Di novel ini masih menceritakan petualangan Raib, Seli, dan Ali. Sebuah persahabatan yang tulus, penuh pengorbanan, mengharukan, berani, dan bernas akan kebaikan sebab memang hal-hal demikianlah yang menjadi sumber kekuatan terbesar dalam dunia paralel.
Bagi yang mengikuti serial Bumi karya Tere Liye ini dari awal, pastinya tahu bahwa Raib, Ali, dan Seli merupakan tiga sahabat yang sudah berjelajah ke berbagai dunia paralel. Maka pada novel ini, mereka akan kembali berpetualang mencari klan Komet, sebelum si Tanpa Mahkota yang menemukan klan Komet terlebih dahulu.
Meski pada petualangan sebelumnya, tiga sahabat itu berhasil menggagalkan niat dan rencana Sekretaris Dewan Kota yang hendak merusak pasak bumi guna membinasakan klan permukaan, tetapi pada waktu yang berbarengan pula, dengan tanpa sengaja pula mereka melepaskan si Tanpa Mahkota. Hal itu yang menjadi bahaya yang amat besar bagi kehidupan di dunia paralel.
Adapun dalam novel kelima dari serial Bumi ini, petualangan Raib, Ali, dan Seli di klan Komet akan dihadapkan oleh berbagai macam ‘ujian’. Tak hanya itu, mereka akan bertemu dengan orang baru bernama Kay, Nay, dan Max di klan Komet. Kemudian, uniknya di sana terdapat tumbuhan aneh dan tujuh pulau yang mana nama dari tiap pulaunya adalah nama-nama hari.
Berbeda dari keempat novel sebelumnya yang kerap melibatkan berbagai kecanggihan teknologi, di novel Komet ini tidak demikian. Adapun ILY, pesawat yang mempunyai kekuatan SupeRaib (terdapat di novel Ceros dan Batozar), tidak turut serta dalam petualangan mereka bertiga ke klan Komet.
Di klan inilah, sebuah pengkhianatan terjadi.
Table of Contents
Sinopsis Novel Komet karya Tere Liye
Ali sibuk mencari info terkait klan Komet lewat berbagai buku yang ditinggalkan oleh Zaad di Ruangan Padang Sampah Klan Bintang sebab dirinya telah mengetahui bahwa si Tanpa Mahkota sedang mencari klan Komet guna melengkapkan kekuatannya. Ternyata, gerbang menuju klan Komet berada di klan Matahari. Ali pun bergegas memberi tahu Miss Selena dan Av terkait si Tanpa Mahkota dan keberadaan portal menuju klan Komet.
Sebelum si Tanpa Mahkota, mereka harus menemukan klan Komet terlebih dahulu. Akan tetapi, portal atau gerbang menuju klan Komet hanya bisa dibuka oleh bunga matahari pertama mekar pada Festival Bunga Matahari yang diadakan di klan Matahari setiap tahunnya.
Si Tanpa Mahkota telah berhasil membukanya dan masuk ke gerbang menuju klan Komet, kemudian disusul oleh Ali, Seli, dan Raib ketika mereka bertiga sedang bertempur melawan si Tanpa Mahkota di stadion kota Ilios. Akhirnya, mereka berempat sudah menuju klan Komet dan mencari pulau kecil di sentral lautan biru dengan tumbuhan-tumbuhan aneh.
Di klan Komet lah, petualangan tiga sekawan, yakni Raib, Ali, dan Seli dimulai.
Ali yang dengan sengaja masuk ke dalam portal untuk mengikuti si Tanpa Mahkota mengakibatkan mereka bertiga tersesat di dunia antah-berantah. Gerbang atau portal tersebut mengarah pada pulau dengan berbagai tumbuhan aneh.
Namun, ternyata tempat itu adalah klan Komet yang terdiri dari kumpulan pulau-pulau, di antaranya Pulau Hari Senin, Pulau Hari Selasa, Pulau Hari Rabu, Pulau Hari Kamis, Pulau Hari Jumat, Pulau Hari Sabtu, dan Pulau Hari Minggu. Untuk melintasi kumpulan berbagai pulau tersebut, tentu tidaklah mudah sebab akan ada banyak rintangan yang perlu dilalui.
Terdapat pulau kecil dengan tumbuhan aneh bernama Pulau Hari Minggu, pintu untuk membuka gerbang dunia lain yang disebut sebagai Komet Minor. Belum pernah ada yang mendapati pulau ini sebab tidak lolos dengan berbagai ujian di pulau-pulau sebelumnya.
Di Pulau Hari Senin, mereka melintasi tes kejujuran dengan menolak untuk mencuri makanan di perahu, mereka mencoba sabar meredam rasa lapar serta udara yang dingin. Akhirnya mereka bersua dengan paman Kay dan diajak ke kediamannya yang berada di desa bawah tanah dengan disambut oleh bibi Nay.
Setelah itu, mereka mendatangi Pulau Hari Selasa, bertemu dan menolong seseorang bernama Max. Ia kapalnya telah dirompak sehingga ia pun kehilangan semua hartanya, kemudian Max ikut pada Ali, Raib, dan Seli berjelajah. Max yang mengendarai kapal mereka.
Saat di Pulau Hari Selasa, mereka menghadapi tes atau ujian kepedulian dengan membantu Cindanita mencari dan menemukan bonekanya. Mereka pun sabar dalam mencari boneka tersebut dan bertempur melawan binatang laut besar, bisa dikatakan raksasa.
Lalu, di Pulau Hari Rabu, mereka menghadapi ujian atau tes kesabaran sebab mereka harus sabar mendengarkan ocehan petani Kay selama sepanjang hari, bahkan Seli yang mendengarkan ocehan petani Kay sampai petani Kay pun tertidur akibat kelelahan berbicara. Tak hanya itu, mereka pun menghadapi tes kecerdasan ketika bertarung melawan komplotan burung hitam.
Di Pulau Hari Kamis, mereka harus melalui tes ketulusan dengan memberikan pengobatan kepada para perompak yang sedang merasakan kesakitan, kemudian mengobati dorokdok-dok, yakni pemimpin dari perompak. Ia sedang mengalami sakit keras akibat memakai alat berkekuatan.
Saat menuju ke Pulau Hari Sabtu, mereka menghadapi tes ketangguhan dengan terus-menerus mengayuh belahan papan bambu dan melewati rintangan, yakni gurita raksasa yang memusnahkan kapal mereka.
Sesampainya di Pulau Hari Sabtu, mereka harus menghadapi dan melewati tes terakhir, yaitu ujian melepaskan. Mereka mengurungkan peluang pergi ke klan Komet Minor sebab pemegang kunci lautan adalah paman Kay dan istrinya, yakni bibi Nay sedang menguji Raib dan kawan-kawannya. Mereka diperintahkan untuk membunuh paman Kay dan bibi Nay agar dapat melewati cermin.
Akan tetapi, Ali, Raib, dan Seli menolak untuk melakukan hal tersebut. Bibi Nay memiliki kekuatan untuk menerawang dan membaca pikiran orang, ia pun melihat kebaikan dan ketulusan hati dari Raib, Seli, dan Ali. Mereka pun lolos di ujian terakhir dan berhasil ke Pulau Hari Minggu. Pulau itu berada di tengah lautan yang mana terdapat tumbuhan aneh. Akhirnya, mereka bertiga dan Max melewati cermin tersebut dengan mudah.
Saat mereka bersiap melompat ke pulau dengan sebuah biji raksasa yang mengapung, di sinilah sebuah pengkhianatan terungkap.
Lantas, siapakah yang telah melakukan pengkhianatan? Ikut ketegangan kisah petualangan Raib, Ali, dan Seli di klan Komet, tentunya dengan membaca novel Komet.
Awalnya kami hanya mengikuti karyawisata biasa seperti murid-murid sekolah lain. Hingga Ali, dengan kegeniusan dan keisengannya, memutuskan menyelidiki sebuah ruangan kuno. Kami tiba di bagian dunia paralel lainnya, menemui petarung kuat, mendapat kekuatan baru serta teknik-teknik menakjubkan. Dunia paralel ternyata sangat luas, dengan begitu banyak orang hebat di dalamnya.
CEROS DAN BATOZAR adalah buku ke-4,5 dari serial BUMI
Keunggulan Novel Komet karya Tere Liye
Keunggulan dari suatu karya tulis sastra akan berpengaruh pada kualitas dari karya itu sendiri. Akan tetapi, di balik itu tentu ada penulis handal yang telah menyusun kata demi kata sehingga menghasilkan suatu karya tulis yang apik dan layak dibaca oleh seluruh masyarakat.
Berbeda dengan novel-novel sebelumnya yang pernah Tere Liye tulis–seperti Hujan, Rindu, Pulang, Negeri Para Bedebah, dan semacamnya–pada serial Bumi ini, Tere Liye mengambil tema tentang petualangan dibalut persahabatan. Tema tersebut tentu akan menjadi daya minat masyarakat, terlebih mereka yang bosan akan tema percintaan. Lazimnya, tema petualangan seperti inilah yang cocok dan akan disenangi oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
Selain itu, alur dalam novel ini terbilang jelas dan tidak rumit sehingga masih mudah dipahami serta layak dibaca oleh pembaca dari berbagai kalangan, terlebih remaja hingga dewasa. Pemilihan diksi dan penggunaannya pun menggunakan bahasa Indonesia yang baku, tetapi masih mudah dipahami oleh sebagian pembaca.
Kemudian, visualisasi dari tokoh-tokoh dalam novel ini pun sangat diperlihatkan atau ditonjolkan. Tere Liye mencoba untuk menyebutkan karakter dari masing-masing tokoh secara eksplisit dan berulang-ulang sehingga hal tersebut mempermudah para pembacanya agar lebih mengenali karakter dari tiap-tiap tokoh yang ada.
Novel Komet bukan sekadar sebagai bahan bacaan yang menghibur pembacanya, seperti diselipkannya pertengkaran kecil yang terbilang konyol antara ketiga sahabat itu (Raib, Seli, dan Ali), melainkan di dalamnya memuat nilai edukatif.
Hal itu dibuktikan bahwa pada setiap bukunya dalam serial Bumi ini, selalu terselip pengetahuan alam, terlebih yang berhubungan dengan ilmu Biologi. Hal itu didukung pula oleh tokoh Ali yang memiliki karakter genius sehingga mampu menjelaskan tiap peristiwa yang terjadi secara logis atau masuk akal.
Contohnya, dalam novel Komet diterangkan terkait perkembangan fase vegetatif dan generatif pada sebuah tanaman, yakni tanaman coco de mer. Tanaman tersebut merupakan salah satu spesies langka berasal dari tumbuhan kelapa yang memerlukan kurang lebih 80 tahun untuk dapat berbuah.
Fakta mengenai tanaman coco de mer yang berbuah dengan jangka waktu hampir satu abad sekali mungkin terdengar tidak logis, tetapi memang kenyataannya tanaman atau tumbuhan itu memanglah ada. Salah satu spesies langka dari tumbuhan kelapa ini, tumbuhnya di Kepulauan Seychelles, tepatnya Laut India. Tidak sedikit dari berbagai hal yang mungkin belum kita pahami, tetapi itu semua tentu ada penjelasan ilmiahnya.
Novel ini memang bergenrekan fantasi, tetapi bukan berarti yang memuat di dalamnya tidaklah nyata, melainkan ada beberapa hal yang memang ada di kehidupan nyata, salah satunya ilmu pengetahuan. Dengan demikian, hal-hal itulah yang mampu menambah pengetahuan dan wawasan para pembacanya.
Tere Liye selaku penulis novel ini, selalu sukses membuat para pembacanya menjadi penasaran dan ingin mencari tahu. Bisa dikatakan, dirinya cerdas dalam merangkai kata demi kata yang dikemas menjadi sebuah cerita luar biasa.
Penulis juga telah menyiapkan salah satu karakter yang genius (Ali) dari ketiga sahabat petualang tersebut. Jadi, jangan khawatir karena selalu ada penjelasan masuk akal yang hendak disampaikan oleh Ali. Raib dan Seli tidak pernah meragukan kegeniusan sahabatnya yang satu ini, terlebih terkait persoalan ilmu dan kecanggihan teknologi.
Contohnya, Seli jadi mengetahui terkait sarung tangan miliknya yang tetap dapat mengeluarkan cahaya ketika badai sebab Ali pernah memberikan penjelasan terkait hal tersebut.
Kelemahan Novel Komet karya Tere Liye
Seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, meski novel Komet secara pemilihan bahasanya mudah dipahami oleh sebagian pembaca, tetapi ada beberapa kata yang sukar dipahami yang mana hal itu berhubungan dengan pengetahuan ilmiah dan semacamnya.
Kemudian, Komet merupakan novel bergenrekan fantasi sehingga para pembaca membutuhkan daya imaji yang kuat dan luas sebab beberapa yang dipaparkan di dalam cerita akan dirasa tidak logis apabila terjadi di kehidupan nyata. Akan tetapi, hal tersebut yang membuat serial dunia paralel ini banyak diminati karena masih terbilang sedikit novelis Indonesia yang membuat karya tulis novel dengan mengusung tema petualangan fantasi.
Pertarungan melawan si Tanpa Mahkota akan berakhir di sini. Siapa pun yang menang, semua berakhir di sini, di Klan Komet Minor, tempat aliansi Para Pemburu pernah dibentuk, dan pusaka hebat pernah diciptakan.
Dalam saga terakhir melawan si Tanpa Mahkota, aku, Seli, dan Ali menemukan teman seperjalanan yang hebat. Bersama-sama kami melewati berbagai rintangan, memahami banyak hal, berlatih teknik baru, dan bertarung bersama-sama.
Buku keenam dari serial “BUMI”
Amanat dalam Novel Komet karya Tere Liye
Bagi para pembaca novel ini, tentu akan merasakan bahwa ada banyak pelajaran dan amanat yang dapat diambil, bahkan diterapkan di kehidupan nyata. Berdasarkan petualangan tiga sahabat, yakni Raib, Ali, dan Seli dalam novel Komet ini, mereka adalah remaja tangguh dan tidak pernah menyerah untuk menghadapi berbagai ujian kehidupan melalui beberapa tantangan yang telah mereka hadapi selama melakukan petualangan di klan Komet dalam novel ini.
Tanpa kebaikan dan ketulusan hati yang mereka punya, sikap pantang putus asa, dan sikap rela berkorban yang sudah mereka lakukan, mungkin bisa saja mereka tidak akan berhasil melewati berbagai ujian yang ada dari satu pulau ke pulau yang lain.
Jiwa persahabatan yang terbentuk antara mereka bertiga pun amatlah indah dan menakjubkan. Walaupun sebagai remaja, masih ada saja konflik kecil muncul, seperti bertengkar, berdebat, marah-marahan, dan sejenisnya, tetapi mereka bertiga selalu terlihat kompak dan solid dalam menyelesaikan konflik, saling peduli antarsesama, saling membantu serta berbuat baik. Hal itu yang merupakan salah satu kunci kekuatan yang paling hebat di dunia paralel.
Maka sebesar apapun masalah yang sedang menimpa, mereka tetap menghadapi dan menyelesaikannya secara bersama, tidak lari dari masalah, saling mengerti, dan tidak mengkhianati. Bisa dikatakan bahwa berbagai ujian di klan Komet ini cukup sulit bagi mereka. Apabila pada petualangan sebelumnya, ada Miss Selena yang mendampingi, tetapi di petualangan dalam novel ini berbeda. Raib, Ali, dan Seli harus berusaha untuk membuka segala misteri dari petualangan mereka.
Kemudian, mereka saling menghibur dan menguatkan satu sama lain, serta mengingatkan satu sama lain untuk berlaku baik. Apabila mereka berada dalam kondisi lapar sekalipun, jangan pernah sekali-kali untuk mencuri. Mereka juga saling bahu membahu untuk mengisi satu sama lain sebab mereka tahu bahwa tidak ada yang paling hebat dan kuat.
Raib, Ali, dan Seli sadar akan kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga apabila saling melengkapi, mengerti, dan menerima, ketiga sahabat itu akan tetap kuat untuk menyelesaikan permasalah dan ujian, baik sekarang maupun yang akan mendatang.
Kemudian, mereka bertiga mampu dan sanggup untuk bertahan dengan kesederhanaan teknologi yang ada di klan Komet. Segala keberanian dan ketangguhan yang dimiliki, pengorbanan tulus, dan tanpa hentinya berbuat baik kepada siapapun dan kapanpun karena itulah yang menjadi sumber kekuatan dalam kehidupan.
Kesimpulan Resensi Novel Komet karya Tere Liye
Novel Komet hadir untuk kalian yang bosan akan novel percintaan atau bagi penggiat bacaan bergenrekan fantasi dengan sedikit aksi pergelutan di dalamnya. Novel ini memang cocok untuk pembaca dari berbagai kalangan, tetapi mungkin para remajalah yang cenderung lebih relevan dalam cerita di novel ini sebab kisah yang dimuat juga tak luput dari kehidupan remaja SMA, yakni kehidupan tiga tokoh utama.
Bagi yang memiliki daya minat baca rendah, kalian bisa coba untuk memulai membaca novel dengan genre fantasi karya Tere Liye sebab cerita yang disajikan sangat menghibur, kreatif, inovatif, dan edukatif. Tidak sampai di situ, tentu ada banyak pesan moral yang terkandung di dalam novel Komet. Kalian akan merasakan hal tersebut apabila sudah membaca serial Bumi karya Tere Liye ini.
Barangkali bisa dikatakan bahwa isi cerita dari novel ini sekaligus mengkritik dengan sedikit ‘menyenggol’ terkait situasi pemerintahan politik yang haus akan kekuasaan di suatu negeri.
Bagi yang akan membaca novel dari serial Bumi ini, dibutuhkannya pemikiran luas dan daya imaji yang tinggi agar memahami isi dari ceritanya. Kemudian, kepada khalayak pembaca alangkah baiknya membaca keseluruhan cerita dalam novel secara runtut dan saksama.
Ingat, di setiap petualangan menarik, tentu ada pelajaran yang dapat kita petik. Di balik setiap kejadian menakjubkan, tentu ada pesan moral yang dapat kita terapkan.
Itulah Resensi Novel Komet karya Tere Liye. Apabila Grameds tertarik dan ingin memperluas pengetahuan terkait bidang apapun atau ingin mencari novel dengan berbagai genre, tentu kalian bisa temukan, beli, dan baca bukunya di Gramedia.com dan Gramedia Digital karena Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas bagi kalian yang ingin menimba ilmu.
Penulis: Tasya Talitha Nur Aurellia
Sumber: dari berbagai sumber
SELENA dan NEBULA adalah buku ke-8 dan ke-9 yang menceritakan siapa orangtua Raib dalam serial petualangan dunia paralel. Dua buku ini sebaiknya dibaca berurutan.
Kedua buku ini juga bercerita tentang Akademi Bayangan Tingkat Tinggi, sekolah terbaik di seluruh Klan Bulan. Tentang persahabatan tiga mahasiswa, yang diam-diam memiliki rencana bertualang ke tempat-tempat jauh. Tapi petualangan itu berakhir buruk, saat persahabatan mereka diuji dengan rasa suka, egoisme, dan pengkhianatan.
Ada banyak karakter baru, tempat-tempat baru, juga sejarah dunia paralel yang diungkap. Di dua buku ini kalian akan berkenalan dengan salah satu karakter paling kuat di dunia paralel sejauh ini.
- Urutan Novel Tere Liye
- Resensi Novel Bumi Tere Liye
- Resensi Novel Bulan Tere Liye
- Resensi Novel Matahari Tere Liye
- Resensi Novel Bintang Tere Liye
- Resensi Novel Komet Tere Liye
- Resensi Novel Komet Minor Tere Liye
- Resensi Novel Selena Tere Liye
- Resensi Novel Nebula Tere Liye
- Resensi Novel Si Putih Tere Liye
- Resensi Novel Ceroz dan Batozar Tere Liye
- Resensi Novel Sagaras
- Review Novel Bibi Gill
- Resensi Novel Ily Tere Liye
- Resensi Novel Lumpu Tere Liye
- Resensi Novel Pulang Pergi
- Resensi Novel Selamat Tinggal
- Resensi Novel Tentang Kamu
- Resensi Buku Rindu Tere Liye
- Review Novel Negeri Di Ujung Tanduk
- Resensi Novel Bedebah Di Ujung Tanduk Tere Liye
- Resensi Buku Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
- Review Novel Janji Tere Liye
- Rekomendasi Novel Tere Liye Terbaik
- Rekomendasi Novel Fiksi Indonesia
- Review Novel Si Anak Cahaya
- Review Novel Sepotong Hati yang Baru
- Review Novel Pergi
- Review Novel Yang Telah Lama Pergi