Resensi Novel Komet Minor Tere Liye: Buku Keenam dari Serial Bumi – Melanjutkan cerita dari novel sebelumnya yang mana berakhir dengan sebuah pengkhianatan, Komet Minor hadir untuk melanjutkan kisah petualangan tiga sekawan dalam menjelajahi klan Komet Minor.
Komet Minor sebagai novel keenam dari serial Bumi terbit pada tahun 2019, tak lama setelah Komet–novel sebelum ini–diterbitkan. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa Komet Minor merupakan lanjutan dari novel sebelumnya, yakni Komet, tetapi dalam novel ini petualangan Raib, Ali, dan Seli ditemani oleh Batozar.
Bagi yang belum mengenali Batozar, barangkali kalian bisa membaca novel Ceros dan Batozar terlebih dahulu, yakni novel spin-off ke-4 ½ dari serial Bumi. Di novel tersebut akan dijelaskan makhluk yang bernama Ceros dan Batozar.
Kembali ke novel Komet Minor. Raib, Ali, dan Seli sangat tidak menyangka terkait portal menuju keberadaan klan Komet Minor. Di manakah itu? Gerbang menuju klan Komet Minor terletak di dasar perut ikan paus raksasa. Tentu belum terbayangkan sebelumnya. Bahkan, dalam novel ini akan dijelaskan dan digambarkan bahwa klan Komet Minor merupakan klan termodern dan tercanggih bila dibandingkan dengan klan-klan lainnya.
Selain itu, dalam novel ini pula, kadar persahabatan antara Raib, Ali, dan Seli akan diuji. Walau banyak rintangan yang menghadang petualangan mereka, tetapi dengan kekuatan dan ketulusan persahabatan yang terjalin, mereka justru saling menguatkan antar satu sama lainnya, bahkan kehadiran Batozar pun menjadi penghibur dan penolong mereka.
Sebagai gambaran alur cerita yang ada, simak sinopsis novel Komet Minor di bawah ini.
Table of Contents
Sinopsis Novel Komet Minor karya Tere Liye
Saat detik-detik terakhir di pesisir pulau gerbang klan Komet Minor, secara diam-diam Ali mencoba untuk memanggil Batozar melalui cermin yang kerap dibawanya. Kemudian, Batozar hadir dan melindungi Raib serta kawan-kawannya. Di saat yang bersamaan, seekor paus raksasa muncul dan memakan pulau di mana tempat mereka berada.
Raib dan yang lain beserta pulaunya pun ada di dalam perut paus raksasa itu. Batozar yang saat itu sempat membekukan si Tanpa Mahkota untuk sementara waktu, melarikan diri bersama Raib dan teman-teman. Hingga tibalah mereka di sebuah klan, yakni klan Komet Minor.
Di sana pun, mereka terus-menerus melancarkan pelarian, terus menghindari si Tanpa Mahkota dan mencari-cari keberadaan kota-kota di klan Komet Minor. Akan tetapi, pelarian yang mereka lakukan tidak luput dari permasalahan. Pernah, pada saat itu mereka sedang latihan bertarung di semacam padang rumput, kemudian berbagai cacing pasak yang berada di bawah tanah pun terganggu, akhirnya cacing-cacing tersebut naik ke permukaan.
Batozar, Raib, Seli, dan Ali melawan semua cacing yang telah muncul ke permukaan tersebut. Sebelum mereka berhasil menang, Seli terkena gigitan cacing tersebut, hingga mengakibatkan racun berbahaya yang berasal dari gigitan cacing itupun tertanam di tubuh Seli. Berhubung efek racun cacing di badan Seli munculnya tidak terlalu sering, Batozar terus mencari-cari informasi.
Mereka pun memutuskan untuk meneruskan perjalanan untuk mencari sebuah kota yang dapat berpindah-pindah. Mereka mendapati sebuah kota yang bertepatan sedang singgah di suatu kaki bukit atau lembah, bernama Kota Barchantum. Di kota tersebut, mereka berjumpa dengan dua penduduk dari klan lain, yakni ST4R dan SP4RK. Mereka pun saling bertukar informasi.
Kemudian, Berdasarkan informasi yang didapat dari ST4R, Batozar segera mencari petunjuk atau panduan terkait senjata yang dicari-cari oleh si Tanpa Mahkota. Mereka mendapat petunjuk yang pada akhirnya membawa mereka pada Tuan Entre, yakni seorang laki-laki tua yang mana dirinya merupakan mantan salah satu dari anggota Para Pemburu. Awalnya, Tuan Entre enggan angkat bicara.
Hingga akhirnya, ia pun mau untuk membantu dan menceritakan terkait aliansi “Para Pemburu” yang salah satu dari anggotanya menciptakan sebuah senjata pusaka, yakni berupa tombak. Tombak pusaka tersebut merupakan senjata yang paling kuat dalam dunia paralel dan tombak tersebut dibagi menjadi tiga pecahan serta dipencar ke berbagai tempat yang mana masing-masingnya dijaga oleh anggota dari Para Pemburu.
Tuan Entre meminta Raib dan kawan-kawan untuk mendatangi Arci, yakni salah satu dari empunya tiga pecahan senjata pusaka–tombak–tersebut. Arci tinggal di sebuah tempat yang sangat amat terasing di tengah hutan yang penuh akan kadal purba raksasa. Hewan purba raksasa itu dapat melemparkan semacam api yang berbentuk seperti bola-bola. Kawasan itupun juga sekitarnya terdapat gunung-gunung aktif yang hanya tinggal menunggu meletus.
Secara terpaksa, rombongan Raib mendaratkan kapsul terbangnya dekat dengan kelompok kadal untuk mencoba berkomunikasi dengan alam. Nahasnya, mereka terlihat dan dalam hitungan detik saja, ratusan kadal purba raksasa itu mengejar Raib beserta rombongannya.
Dengan keadaan nyaris terbunuh, akhirnya mereka sampai di kawasan menara kelabu, tepatnya kediaman Arci. Ia merupakan sosok yang terbilang sangat sakti, bahkan sudah tiga kali Batozar dan lainnya berusaha menaiki dan memanjat menara, tetapi senantiasa digagalkan oleh Arci. Mereka pun mendapati suatu cara, hingga akhirnya berhasil menaiki menara tempat Arci tinggal.
Sesampainya di sana, Arci menyerahkan potongan atau pecahan pertama dari senjata pusaka (tombak) tersebut. Arci meminta mereka untuk mendatangi kota Archantum sebab potongan tombak pusaka yang kedua berada di sana.
Saat di tengah perjalanan menuju ke sana, mereka dihalangi oleh si Tanpa Mahkota. Mereka bertarung mati-matian melawan si Tanpa Mahkota, tetapi sayangnya ia berhasil mencuri potongan tombak pusaka yang dibawa oleh rombongan Raib.
Mereka pun tetap meneruskan perjalanan ke kota Archantum dengan menumpang di sebuah desa yang akan beralih tempat ke dekat kota Archantum. Lalu, setelah sampai di kota besar tersebut, mereka lekas mengetahui pemegang potongan kedua tombak pusaka, yakni Nyonya Kulture.
Sama seperti sebelumnya, tetapi setelah melewati berbagai tantangan, Nyonya Kulture memberikan potongan kedua dari tombak pusaka, sekaligus memberi tahu petunjuk selanjutnya. Mereka diharuskan pergi ke sebuah pertambangan kuno untuk menemui pemegang potongan tombak pusaka yang ketiga, orang tersebut bernama Finale.
Lagi dan lagi, si Tanpa Mahkota mengadang Raib dan rombongan di tengah jalan. Mereka mencoba untuk melawan dan bertarung dengan si Tanpa Mahkota, tetapi potongan kedua dari tombak pusaka itu berhasil diambil olehnya. Sebelum memutuskan pergi, si Tanpa Mahkota sempat mengatakan bahwa Ali merupakan seorang keturunan murninya.
Saat sebelum sempat dibunuh, Batozar dan lainnya melakukan teleportasi melalui gerbang cermin ke ruang studio akting milik Nyonya Kulture, di Archantum. Intuisi Batozar mengarahkan mereka pada kediaman Kulture yang sebagian hancur. Dengan menyusup, mereka berhasil masuk dan mendapati ruang rahasia yang diisi oleh Tuan Entre, Arci, dan Nyonya Kulture. Namun, terlepas dari rumor yang menyatakan Aeci dan Nyonya Kulture telah mati, mereka nyatanya masih hidup dan berada di situ.
Raib beserta rombongannya dan tiga anggota dari Para Pemburu membuat suatu rencana untuk menaklukkan si Tanpa Mahkota. Dengan gerbang cermin, mereka beralih ke kediaman Finale yang di sana juga sudah ada si Tanpa Mahkota. Pertarungan pun memanas, bahkan kekuatan si Tanpa Mahkota tidak ada yang dapat menandingi lagi, terkecuali Finale sebab dirinya berkekuatan besar pula. Namun, sayangnya si Tanpa Mahkota kembali berhasil mengambil potongan ketiga dari tombak pusaka itu.
Lantas, bagaimanakah kisah selanjutnya? Akankah Batozar, Raib dan rombongannya berhasil merebut kembali ketiga potongan tombak pusaka yang sudah diambil oleh si Tanpa Mahkota? Atau justru ada pertempuran-pertempuran lainnya yang menghalangi mereka? Ikut petualangan tiga sahabat yang ditemani oleh Batozar, tentu dengan segera membaca Komet Minor sekarang!
Setelah “musuh besar” kami lolos, dunia paralel dalam situasi genting. Hanya soal waktu, pertempuran besar akan terjadi. Bagaimana jika ribuan petarung yang bisa menghilang, mengeluarkan petir, termasuk teknologi maju lainnya muncul di permukaan Bumi?
Tidak ada yang bisa membayangkan kekacauan yang akan terjadi. Situasi menjadi lebih rumit lagi saat Ali, pada detik terakhir, melompat ke portal menuju Klan Komet. Kami bertiga tersesat di klan asing untuk mencari pusaka paling hebat di dunia paralel.
Keunggulan Novel Komet Minor karya Tere Liye
Setiap pembaca suatu karya sastra tulis, tentu akan mengambil nilai keunggulan dari karya sastra tersebut. Keunggulan dalam novel Komet Minor karya Tere Liye ini, di antaranya.
Pertama, alur cerita yang membangkitkan perasaan masyarakat pembacanya sebab dibuat sedemikian menarik, berurutan, dan bagus. Meski begitu, sebagai pembaca pun kita dituntut untuk berpikir lebih keras agar dapat memahami alur ceritanya, tetapi apabila sudah mengikuti dan membaca serial Bumi ini dari novel yang pertama, kalian akan terbiasa dan mudah memahami alur cerita yang ditulis oleh sang penulis.
Kedua, visualisasi karakter dan berbagai latar tempat yang unik. Tere Liye sengaja menggambarkan unsur-unsur tersebut dengan sangat indah. Kitar dibuat seakan berada di tempat yang sedang diceritakan dalam novel ini. Novel ini memanglah fiksi, begitupun latar tempat yang dimuat di dalam cerita, penggambarannya sangat detail sehingga membuat kita memahami maksud cerita yang dibuat oleh si penulis.
Selain itu, visualisasi karakter tokoh juga sangat terperinci sehingga para pembaca dapat mengilustrasikan tokoh-tokoh di dalam pikirannya dengan mudah. Terlebih, saat melakukan pertarungan yang mana kemampuan dari para tokoh digambarkan secara mendetail sehingga pembaca tidak ambil pusing terkait hal tersebut dan dapat lebih fokus ke alur cerita yang dibuat.
Ketiga, seperti novel-novel sebelumnya dari serial Bumi ini, pada novel Komet Minor bukan hanya mengisahkan petualangan dan penjelajahan ke berbagai klan dunia paralel, tetapi Tere Liye selalu menyisipkan pesan moral serta pengetahuan yang mampu diambil dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Meski terkadang menggunakan istilah ilmiah dalam memaparkan beberapa teori, tetapi tetap mudah untuk dipahami sebab selalu ada penjelasannya setelah itu.
Keempat, tidak jauh berbeda pada poin kedua, dalam novel Komet Minor latar tempat yang diambil tidak akan terbayangkan sebelumnya, bahkan bisa dikatakan tidak sederhana sebab dunia yang ditampilkan pada klan ini merupakan yang termaju apabila dibandingkan dengan klan-klan lain, seperti mata uangnya yang berupa digital, rumah-rumah di sana berbentuk segitiga, piramida, persegi, setengah lingkaran dan sebagainya. Penggambaran tersebut benar-benar di luar benak para pembaca.
Tak hanya itu, baik kota maupun desa yang ada di klan Komet Minor mempunyai teknologi teleportasi terkemuka di seluruh klan yang ada, yaitu dapat berpindah-pindah lokasi. Adapun penduduk di klan Komet Minor merupakan bangsa nomad. Sepertinya pengambilan nama bangsa itu, penulis terinspirasi dari istilah nomaden yang mana mereka hanya akan tinggal beberapa hari, lalu pindah ke tempat lain, dan begitu seterusnya.
Hebatnya, kota di klan Komet Minor dapat berpindah dengan hanya sekejap, bahkan bekas kotanya tidak akan terlihat di lahan permukaan yang pernah disinggahinya. Menakjubkan. Benar-benar penggambaran yang super fantasi.
Kelemahan Novel Komet Minor karya Tere Liye
Kelemahan dalam novel Komet Minor terletak pada penjelasan karakter tokoh antagonis, yakni si Tanpa Mahkota. Penggambaran karakter dari si Tanpa Mahkota kurang dijelaskan secara terperinci berdasarkan perspektif dirinya sendiri, terlebih latar belakang mengapa ia sangat menginginkan senjata pusaka dan ingin sekali menguasai seluruh klan yang ada.
Berbagai penjelasan itu hanya berasal dari perkiraan atau asumsi tokoh lain yang mengatakan bahwa barangkali si Tanpa Mahkota mempunyai amarah dan dendam tersendiri pada pemilik kekuatan sebab telah memasukkannya ke dalam penjara selama kurang lebih 2000 tahun lamanya.
Kemudian, ada pula yang berasumsi bahwa si Tanpa Mahkota memang mempunyai tekad kuat untuk menaklukkan seluruh klan yang ada. Maka alangkah baiknya sang penulis menjelaskan melalui sudut pandang si Tanpa Mahkota terkait hal-hal tersebut.
Masih seputar penggambaran dari karakter tokoh si Tanpa Mahkota, barangkali karena novel Komet Minor dihadirkan sebagai akhir dari perjalanan Raib, Ali, dan Seli dalam melawan si Tanpa Mahkota, semestinya penulis memberikan penjelasan antara hubungan si Tanpa Mahkota dengan yang lainnya.
Contohnya, novel-novel awal dalam serial Bumi, penulis seolah membentuk anggapan bahwa Raib sebagai keturunan si Tanpa Mahkota, tetapi dalam novel Komet Minor si Tanpa Mahkota mengatakan bahwa Ali yang merupakan keturunannya.
SELENA dan NEBULA adalah buku ke-8 dan ke-9 yang menceritakan siapa orangtua Raib dalam serial petualangan dunia paralel. Dua buku ini sebaiknya dibaca berurutan.
Kedua buku ini juga bercerita tentang Akademi Bayangan Tingkat Tinggi, sekolah terbaik di seluruh Klan Bulan. Tentang persahabatan tiga mahasiswa, yang diam-diam memiliki rencana bertualang ke tempat-tempat jauh. Tapi petualangan itu berakhir buruk, saat persahabatan mereka diuji dengan rasa suka, egoisme, dan pengkhianatan.
Ada banyak karakter baru, tempat-tempat baru, juga sejarah dunia paralel yang diungkap. Di dua buku ini kalian akan berkenalan dengan salah satu karakter paling kuat di dunia
Dua buku ini bukan akhir. Justru awal terbukanya kembali portal menuju Klan Aldebaran.
Pesan Moral dalam Novel Komet Minor karya Tere Liye
Tere Liye selaku penulis, selalu menyisipkan pesan moral dalam setiap karya tulisnya. Meski novel Komet Minor adalah novel bergenre fiksi fantasi, tetapi di dalamnya memuat banyak pesan moral yang hendak disampaikan oleh sang penulis.
Adapun pesan moral yang disisipkan dalam novel ini, yakni sekuat dan sehebat apapun kemampuan jahat yang dimiliki oleh seseorang, bahkan tak ada yang dapat menaklukkannya, tetapi hal itu bisa dilumpuhkan melalui suatu perbuatan baik.
Contohnya dalam novel Komet Minor ini, walau si Tanpa Mahkota sudah belajar dan berlatih selama ribuan tahun hingga tidak ada yang dapat menandinginya, tetapi pada akhirnya ia dapat dikalahkan. Hal itu karena kesombongan serta kebodohannya sendiri yang sedari awal berpikir bahwa dirinya terhebat dan pintar. Dengan kata lain, sebesar apapun ambisi jahat seseorang, akan terkalahkan dengan sebuah bentuk kebaikan dari lawannya.
Selain itu, novel ini menjadi pengingat para pembacanya bahwa persahabatan itu akan terlihat istimewa dan menyenangkan apabila diiringi dengan kekompakan serta ketulusan. Sebagai contohnya, Raib, Ali, dan Seli meskipun telah melewati berbagai rintangan, mereka dapat menghadapi dan menyelesaikannya karena kekompakkan antara satu sama lain dalam menjaga persahabatan mereka. Di balik pertengkaran yang kerap mereka lakukan, tetapi saat menghadapi suatu masalah, mereka selalu kompak dan tulus.
Pengorbanan mereka dalam bertarung melawan kejahatan si Tanpa Mahkota, dilakukan oleh ketiganya dengan tanpa lelah. Kemudian, yang menjadi poin penting kisah petualangan mereka dalam Komet Minor adalah memaafkan. Hal itu karena sebesar apapun kejahatan yang dilakukan oleh musuh atau lawan, semua akan berakhir dengan indah apabila kita mau untuk memaafkan segalanya.
Contohnya dalam novel ini, dengan kebaikan yang dilakukan oleh Raib, ia memilih untuk memaafkan si Tanpa Mahkota. Hingga kedua sahabatnya pun, Ali dan Seli melakukan hal yang sama. Buku Kehidupan mencatat penjelajahan dan petualangan Raib, Ali, dan Seli adalah yang terhebat.
Novel ini sangat direkomendasikan untuk berbagai kalangan. Bagi yang sudah menggeluti serial Bumi dari awal, tentu akan ikut terhanyut dan mengambil berbagai nilai tulusnya persahabatan yang terjalin dari ketiga tokoh utama dalam cerita. Novel ini memuat pula kecanggihan teknologi dan asrinya alam sehingga para pembacanya turut memainkan imajinasinya akan hal-hal tersebut.
Walaupun dalam novel ini penjahat sekaligus musuh terbesar sudah berhasil ditaklukkan, bukan berarti serial Bumi akan berakhir sampai di sini sebab masih ada berbagai misteri yang belum terpecahkan.
Itulah Resensi Novel Komet Minor karya Tere Liye. Apabila Grameds tertarik dan ingin memperluas pengetahuan terkait bidang apapun atau ingin mencari novel dengan berbagai genre, tentu kalian bisa temukan, beli, dan baca bukunya di Gramedia.com dan Gramedia Digital karena Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas bagi kalian yang ingin menimba ilmu.
Penulis: Tasya Talitha Nur Aurellia
Sumber: dari berbagai sumber
Awalnya kami hanya mengikuti karyawisata biasa seperti murid-murid sekolah lain. Hingga Ali, dengan kegeniusan dan keisengannya, memutuskan menyelidiki sebuah ruangan kuno. Kami tiba di bagian dunia paralel lainnya, menemui petarung kuat, mendapat kekuatan baru serta teknik-teknik menakjubkan. Dunia paralel ternyata sangat luas, dengan begitu banyak orang hebat di dalamnya.
Ceros dan Batozar adalah buku ke-4 ½ dari serial BUMI.
- Urutan Novel Tere Liye
- Resensi Novel Bumi Tere Liye
- Resensi Novel Bulan Tere Liye
- Resensi Novel Matahari Tere Liye
- Resensi Novel Bintang Tere Liye
- Resensi Novel Komet Tere Liye
- Resensi Novel Komet Minor Tere Liye
- Resensi Novel Selena Tere Liye
- Resensi Novel Nebula Tere Liye
- Resensi Novel Si Putih Tere Liye
- Resensi Novel Ceroz dan Batozar Tere Liye
- Resensi Novel Sagaras
- Review Novel Bibi Gill
- Resensi Novel Ily Tere Liye
- Resensi Novel Lumpu Tere Liye
- Resensi Novel Pulang Pergi
- Resensi Novel Selamat Tinggal
- Resensi Novel Tentang Kamu
- Resensi Buku Rindu Tere Liye
- Review Novel Negeri Di Ujung Tanduk
- Resensi Novel Bedebah Di Ujung Tanduk Tere Liye
- Resensi Buku Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
- Review Novel Janji Tere Liye
- Rekomendasi Novel Tere Liye Terbaik
- Rekomendasi Novel Fiksi Indonesia
- Review Novel Si Anak Cahaya
- Review Novel Sepotong Hati yang Baru
- Review Novel Pergi
- Review Novel Yang Telah Lama Pergi