Resensi Novel Perahu Kertas karya Dee Lestari – Perahu Kertas adalah sebuah judul novel yang ditulis oleh seorang penulis sekaligus penyanyi asal Indonesia, yakni Dewi Lestari atau Dee sebagai nama penanya. Novel dengan genre romansa remaja ini, terlebih dahulu sudah dipublikasikan ke dalam bentuk digital (WAP) bulan April tahun 2008, hingga akhirnya berhasil dibukukan dan terbit pada tahun 2009 oleh penerbit Bentang Pustaka.
Perahu Kertas adalah novel keenam karya Dee dan novel pertamanya dengan genre populer. Untuk pertama kalinya, Dee dikenal oleh masyarakat luas sebagai seorang novelis saat novel pertamanya yang bertajuk Supernova terbit pada tahun 2001. Kemudian, Dee membuat beberapa karya tulis lainnya yang juga tidak kalah terkenal di kalangan masyarakat, khususnya pecinta sastra, salah satunya Perahu Kertas ini.
Uniknya dari Perahu Kertas ini ialah awalnya naskah dari cerita ini sudah ditulis oleh Dee pada tahun 1996, kemudian naskah tersebut sempat mengalami ‘mati suri’ selama kurang lebih 11 tahun. Hingga akhirnya, Perahu Kertas ditulis kembali oleh Dee pada akhir tahun 2007. Hebatnya, Dee menyelesaikan naskah cerita ini dalam kurun 55 hari, tentu hal itu dibarengi dengan keuletan dan sikap nekatnya.
Table of Contents
Sinopsis Novel Perahu Kertas
Novel Perahu Kertas bertemakan persahabatan, percintaan, dan idealisme seseorang. Kisah ini berawal dengan seorang remaja laki-laki yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Akhir (SMA) bernama Keenan. Ia adalah laki-laki yang cerdas, mempunyai minat dan bakat dalam bidang seni melukis sangat kuat.
Keenan hanya bercita-cita menjadi seorang penulis, tidak ada cita-cita lain baginya. Akan tetapi, kesepakatan antara Keenan dengan sang ayah yang mengharuskan dirinya pergi meninggal Amsterdam untuk kuliah di Indonesia, tepatnya di Fakultas Ekonomi, Bandung.
Tokoh utama lain dalam novel ini ialah Kugy. Kugy merupakan perempuan unik, mempunyai daya imaji yang sangat tinggi, kemudian bisa dibilang ia berpenampilan eksentrik cenderung berantakan. Kugy hendak berkuliah di kampus yang sama dengan Keenan, di Bandung.
Sedari kecil, Kugy memang sudah mencintai dunia perdongengan. Maka dari itu, jangan heran bila dirinya mempunyai imajinasi tinggi. Ia memiliki koleksi dan taman bacaan, serta hobi menulis cerita dongeng. Tidak lain, ia hanya bercita-cita untuk menjadi juru dongeng.
Akan tetapi, dirinya menyadari bahwa penulis atau juru dongeng bukanlah suatu profesi atau pekerjaan yang ‘menghasilkan’ dan diterima oleh lingkungan kehidupannya. Kugy memiliki cara agar dirinya tidak jauh-jauh dari dunia kepenulisan, yakni dengan melanjutkan studinya di Fakultas Sastra.
Pertemuan antara Keenan dan Kugy berawal dari Eko dan Noni yang mana Eko merupakan sepupu dari Keenan, sedangkan Noni merupakan sahabat baik Kugy sedari kecil. Mereka semua, kecuali Noni, berpindah dari Jakarta dan kuliah di kampus yang sama di kota Bandung. Keenan, Kugi, Eko, dan Noni akhirnya menjadi sahabat baik.
Hingga akhirnya, Kugy dan Keenan memiliki rasa kagum antara satu sama lain dan mulai mengalami adanya perubahan. Dengan kata lain, tanpa memiliki kesempatan untuk bersuara, mereka sudah meletakkan hatinya masing-masing. Akan tetapi, keadaan saat itu memang tidak memungkinkan untuk mereka saling berbagi rasa.
Kugy sudah memiliki kekasih, bernama Joshua atau Kugy memanggilnya Ojos. Keenan yang saat itu belum memiliki kekasih, kemudian dicomblangkan oleh Eko dan Noni bernama Wanda, yakni seorang kurator muda dan bisa dikatakan bernasib sama dengan Keenan.
Hal itu terlihat bahwa Keenan dan Wanda memiliki minat dan bakat dalam bidang yang sama, yaitu melukis dan ingin menjadi seorang pelukis juga. Akan tetapi, orang tua dari mereka berdua tidak mengizinkan sebab para orang tuanya menganggap bahwa hanya dengan lukisan tidak dapat menghasilkan uang untuk kebutuhan hidup. Keenan dan Wanda memiliki hubungan yang semakin erat karena keduanya merasa jika mereka bernasib sama.
Sebenarnya, ketika Kugy mengetahui kedekatan antara Kugy dan Wanda, dirinya seakan cemburu, tetapi ia terlihat seolah tidak peduli, bahkan menyangkal rasa cemburu itu. Hingga akhirnya Wanda dan Keenan menjadi sepasang kekasih sebab dan Wanda juga rela untuk bertindak apa saja untuk menunjukkan rasa cintanya kepada Keenan.
Setelah mendengar Keenan dan Wanda berpacaran, Kugy merasakan amat sakit di dadanya seakan ditusuk tombak runcing. Ia tidak tahu apa yang dirasakan oleh perasaannya saat itu, bisa dibilang perasaannya absurd.
Pada satu sisi, dirinya sadar bahwa ia mempunyai Ojos sebagai kekasihnya. Akan tetapi, di sisi lain, dirinya ada perasaan yang berbeda pada Keenan, perasaan yang seolah memandang Keenan sebagai sosok yang spesial di mata Kugy. Ojos jadi merasakan adanya perbedaan dalam diri Kugy, yakni sikap ketidakpedulian. Sayangnya, hubungan mereka berdua terpaksa kandas.
Persahabatan mereka berempat, yakni Keenan, Kugy, Eko, dan Noni sedikit merenggang. Kugy memutuskan untuk mencari kesibukan baru, yaitu menjadi seorang guru relawan bernama Sakola Alit, semacam sekolah darurat.
Di Sakola Alit, Kugy bersua dengan murid yang sangat bandel bernama Pilik. Pilik beserta teman-teman lainnya berhasil ia taklukkan hatinya dengan menuliskan sebuah cerita dongeng terkait kisah petualangan mereka, berjudul “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”. Kugy menulis cerita hampir setiap hari tentang para muridnya. Cerita itu ia tulis di dalam sebuah buku yang nantinya akan diberikan pada Keenan.
Kemudian, awalnya hubungan antara Keenan dan Wanda berjalan baik-baik saja, tetapi lambat laun mulai berbeda dan berubah. Wanda selalu berpikir bahwa Keenan tidak sepenuh hati mencintainya, kemudian mereka dihadapkan dengan konflik yang terbilang besar, hingga akhirnya hubungan mereka kandas jua. Saat hubungan Keenan sudah berakhir dengan Wanda, berakhir pulalah impian yang selama ini ia susun hanya dalam semalam.
Dengan perasaan yang berantakan, Keenan terpaksa pergi meninggalkan kehidupannya di Bandung dan pergi ke Ubud, Bali. Di sana, ia menetap di rumah sahabat ibunya, yaitu Pak Wayan. Keluarga Pak Wayan adalah para seniman terkenal di Bali sehingga saat Keenan tinggal bersama mereka, ia merasakan adanya kenyamanan dan perasaannya yang luka itu lambat laun terobati.
Adapun orang yang dikatakan sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan batin Keenan, yakni Luhde Laksmi yang merupakan keponakan dari Pak Wayan. Keenan perlahan dapat kembali melukis dengan modal kisah dalam buku “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit” yang diberikan oleh Kugy. Keenan berhasil menciptakan sebuah karya lukisan berseri yang amat terkenal, bahkan menjadi buruan para kolektor lukisan.
Di balik itu, ada sosok Kugy yang sangat kehilangan para sahabatnya, ia merasa sepi berada di Bandung dan mencoba untuk menata kembali hidupnya.
Kugy telah lulus kuliah secara cepat dan tak lama dari itu, ia bekerja sebagai copywriter pada sebuah biro iklan di Jakarta. Di tempat Kugy bekerja, ia bertemu dengan seseorang bernama Remigius atau Remi. Remi merupakan sahabat dari Karel–abangnya Kugy–sekaligus atasannya Kugy.
Kugy memiliki pemikiran yang unik, ajaib, dan selalu spontan sehingga menjadikan dirinya sebagai orang yang bisa dibilang cukup diandalkan di kantornya. Akan tetapi, berbeda dengan Remi, ia melihat sosok Kugy dengan pandangan yang berbeda. Remi menyukai Kugy bukan sekadar akan ide-ide cemerlangnya, melainkan pula semangat dan taraf keunikan yang ada dalam diri Kugy.
Bagi Remi, Kugy bukanlah wanita biasa, tetapi luar biasa. Kemudian, Remi memutuskan untuk menyatakan perasaannya pada Kugy, hingga akhirnya ketulusan darinya berhasil meluluhkan Kugy.
Di samping itu, Keenan tidak bisa untuk terus menerus tinggal di Bali dengan kondisi kesehatan sang ayah yang semakin memburuk. Tidak ada pilihan lain, ia terpaksa pulang ke Jakarta dan memimpin perusahaan keluarganya. Keenan dan Luhde, sementara Kugy dengan Remi. Mereka semua merasa bahwa telah bertemu dengan orang yang tepat dan cinta yang sesungguhnya.
Akan tetapi, hal itu tidaklah lama. Remi merasa bahwa Kugy hanya setengah hati padanya, demikian pula dengan Luhde. Hingga akhirnya, lukisan milik Keenan dan dongeng milik Kugy bertemu dengan impian dan hati yang seiringan bersatu.
Pertemuan Keenan dan Kugy tidak terhindarkan, terlebih keempat sahabat ini bertemu kembali dengan kondisi yang sudah berubah dan berbeda. Hati mereka kembali diuji, kisah percintaan dan persahabatan selama lima tahun ini kandas secara tidak terduga. Setiap hati dari mereka hanya dapat pasrah akan cinta yang mengalir dan bermuara entah ke mana.
Lantas, Akankah mereka terus-menerus pasrah dengan keadaan? Ikuti kelanjutan kisah persahabatan dan percintaan antara Keenan, Kugy, Eko, dan Noni, tentunya di novel Perahu Kertas karya Dewi “Dee” Lestari.
Dalam pengalaman membaca, ketika ada rangkaian kalimat yang berdenting begitu telak, kadang kita bisa berhenti sejenak, untuk merenung dan berefleksi. Momen-momen itu bagai penanda, pembatas buku yang selamanya tersimpan dalam cerita, sekaligus menjadi bukti bahwa sebuah rangkaian kalimat—tak peduli sependek atau sesederhana apapun ia—sanggup meninggalkan makna yang mendalam bagi kita.
Kepingan Supernova dihadirkan untuk merangkum momen semacam itu. Nikmatilah Kepingan Supernova dengan cara yang Anda suka. Semoga buku ini dapat menjadi penanda kebersamaan Anda dengan semesta Supernova.
Penokohan Novel Perahu Kertas
1. Kugy
Kugy adalah gadis unik berbadan mungil, penuh imajinasi, periang, sosok yang spontan, dan cenderung berantakan. Bisa dikatakan, penampilannya eksentrik dan tomboy. Ia hobi menuliskan kalimat-kalimat, kemudian dibentuk menjadi sebuah perahu dan dihanyutkan ke sungai. Kugy bercita-cita menjadi seorang penulis sastra yang berisikan berbagai dongeng di dalamnya.
2. Keenan
Keenan mempunyai karakter yang penuh akan kejutan, cerdas, dan berjiwa seni. Selain itu, ia juga seorang penulis handal sebab dirinya mempunyai pelukis yang profesional.
3. Noni
Noni adalah sahabat Kugy. Ia selayaknya menjadi saksi bisu perjalanan kehidupan Kugy. Hal itu karena Nony membantu semua keperluan pelajaran Kugy hampir setiap harinya. Noni memiliki karakter yang dewasa, sabar, dan telaten, terutama dalam mengurus keperluan Kugy.
4. Eko
Eko merupakan sepupu dari Keenan sejak SMA bersekolah di kota Bandung. Hingga akhirnya, mereka kuliah di universitas yang sama. Saat masih duduk di Sekolah Dasar, Keenan dan Eko sangat dekat, bahkan menjadi sahabat baik sampai saat ini.
5. Karel
Kare adalah abang atau kakak laki-laki dari Kugy yang kerap memberikan suatu kepercayaan pada Kugy bahwa Kugy merupakan seorang Dewa Neptunus. Hal itu karena Kugy berzodiak Aquarius.
6. Luhde Laksmi
Luhde merupakan sosok gadis Bali dan keponakan Pak Wayan, sahabat dari ibunya. Luhde ini adalah perempuan yang anggun, pemalu, cerdas, dan perhatian. Ia juga berkeinginan untuk berusaha membuat Keenan bersemangat kembali dalam menjalani hidupnya.
7. Wanda
Wanda merupakan sepupu Noni. Wanda yang pernah dicomblangi oleh Noni dan Eko dengan Keenan. Hingga akhirnya, mereka bisa menjadi sepasang kekasih, tetapi sayangnya kandas di tengah jalan karena konflik yang cukup besar. Wanda mempunyai karakter yang baik hati sebab kerap kali membantu Keenan. Hal itu juga ia lakukan untuk menunjukkan rasa cintanya pada Keenan. Ia selalu memperhatikan penampilan agar tetap sempurna. Oleh karena itu, dirinya akan sensitif dan bersikap sinis apabila disinggung terkait penampilannya.
8. Remi
Remigius atau Remi memiliki sifat yang ramah, perhatian, dan romantis. Hal itu terbukti bahwa dirinya kerap berusaha untuk membahagiakan Kugy saat dirinya masih menjadi kekasih Kugy.
Buku ini bercerita tentang pencarian jiwa dan perjalanan berdamai dengan masa lalu melalui kopi. Ben dan Jody adalah sahabat yang membangun kedai “Filosofi Kopi”, sebuah kedai kopi terkemuka di Jakarta yang hanya menyediakan kopi terbaik Indonesia.
Sebuah tantangan untuk membuat kopi yang sempurna dari seorang pengusaha membawa Ben dan Jody pada petualangan menyusun serpihan masa lalu mereka yang penuh getir dengan orang tua mereka masing-masing.
Keunggulan Novel Perahu Kertas
Perahu Kertas yang ditulis oleh Dewi Lestari adalah salah satu novel dengan cerita yang menarik dan unik. Novel ini mengusung tema persahabatan, sekaligus percintaan berbalut mimpi, harapan dan cita-cita yang dikemas secara apik. Konflik yang dimuat senantiasa membuat pembaca juga terhanyut ke dalam cerita.
Pilihan kata dan gaya bahasa yang dituangkan pun bersifat ringan, sederhana, dan menyesuaikan kondisi masyarakat pembaca di masa kini sehingga cerita dalam novel ini pun dapat dinikmati, dimengerti, dan dipahami secara baik dari berbagai kalangan pembaca, mulai dari remaja sampai dewasa.
Selain itu, novel ini mengandung nilai edukatif sebab saat kalian membaca novel ini, akan ada banyak pelajaran yang dapat dipetik dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Hal itu, di antaranya harus tetap semangat dalam meraih mimpi dan cita-cita, tetap percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur dan menetapkan, pantang mundur atau menyerah, serta memahami jati diri.
Kemudian, banyak pula sisi positif dan arti dari sebuah kehidupan yang bukan hanya menceritakan kisah remaja kebanyakan, melainkan mengisahkan kehidupan empat remaja yang memiliki keterkaitan dengan lingkungan internalnya.
Adapun penggambaran setting tempat dan waktu yang bisa dikatakan cukup terperinci, tetapi masih dalam batas wajar alias tidak berlebihan. Hal demikian menjadi daya pikat masyarakat untuk membaca novel Perahu Kertas dan seakan-akan kita sebagai pembaca ikut masuk ke dalam ceritanya.
Barangkali dari judulnya terlihat sederhana dan sekadar bertemakan kisah cinta biasa. Akan tetapi, saat kalian membaca ini tentu ada banyak unsur lain yang merangkul kuat sisi percintaan tersebut sehingga menjadi sesuatu yang menginspirasi dan edukatif. Unsur-unsur tersebut di antaranya, adanya arti dari sebuah persahabatan, mimpi yang harus diperjuangkan dan digapai, serta kekeluargaan dengan segala pergolakan yang ada.
Tak hanya itu, deskripsi antara alur cerita, latar, dan tokoh, terbilang imajinatif. Hal itu akan dirasakan saat para pembaca membuka halaman demi halaman dari novel Perahu Kertas ini yang mana daya imaji kita turut berselancar bersama cerita di dalamnya. Hal itu pula yang dapat membawa para pembaca untuk membayangkan kejadian di dalam cerita menjadi suatu bentuk nyata yang ada di kehidupan sekitar atau bahkan sehari-hari.
Kelemahan Novel Perahu Kertas
Di balik keunggulan suatu karya sastra novel, tentu ada kelemahannya. Akan tetapi, apabila ada kelemahan di dalamnya, bukan berarti novel tersebut tidak bagus dan tidak layak baca. Hal itu melainkan sebagai bagian dari saran dan masukan para pembaca untuk penulis agar karya-karyanya menjadi lebih baik di kemudian hari.
Kelemahan dalam novel Perahu Kertas terletak pada latar tempat yang kerap kali berubah dan berpindah. Barangkali bagi sebagian pembaca, hal itu akan membuat bingung dalam memahami latar tempat yang ada di dialog-dialog para tokoh, terkecuali latar tempat yang memang sudah dijelaskan pada alur cerita. Hal tersebut diperlukan konsentrasi tinggi dan pemahaman oleh para pembacanya untuk mengidentifikasi latar tempat dalam cerita.
Tidak hanya itu, ada pula beberapa penggalan cerita yang mana alur ceritanya cenderung monoton alias itu-itu saja sehingga menimbulkan impresi kurang memikat. Hal itu yang akhirnya mendatangkan rasa bosan dari para pembaca saat hendak menyelami novel.
Kesimpulan dan Amanat Novel Perahu Kertas
Di novel karya Dee Lestari ini, kita dapat mengambil berbagai amanat yang memuat di dalamnya, hal itu seperti bersikap rasional bahwa memang kenyataannya tidak semua hal yang kita impikan atau dicita-citakan akan terwujud. Dengan kata lain, menerima realitas hidup yang sesungguhnya. Kemudian, kita harus bijaksana dalam memutuskan sesuatu hal sebab di setiap pilihan tentu ada konsekuensinya.
Intinya, dalam sebuah pencapaian, adanya proses panjang beserta segala halang rintang. Melalui proses itu, kita diuji apakah kita mampu untuk menghadapi dan melewatinya atau justru berhenti di tengah jalan dan pasrah akan semuanya.
Itulah Resensi Novel Perahu Kertas karya Dewi “Dee” Lestari. Bagi Grameds yang tertarik dan ingin memperluas pengetahuan terkait bidang apapun atau ingin mencari novel dengan berbagai genre, tentu kalian bisa temukan, beli, dan baca bukunya di Gramedia.com dan Gramedia Digital karena Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas bagi kalian yang ingin menimba ilmu.
Penulis: Tasya Talitha Nur Aurellia
Sumber: dari berbagai sumber
Terdiri dari 13 prosa dan karya fiksi, Madre merupakan kumpulan karya Dee selama lima tahun terakhir. Untaian kisah apik ini menyuguhkan berbagai tema: perjuangan sebuah toko roti kuno, dialog antara ibu dan janinnya, dilema antara cinta dan persahabatan, sampai tema seperti reinkarnasi dan kemerdekaan sejati.
Lewat sentilan dan sentuhan khas seorang Dee, Madre merupakan etalase bagi kematangannya sebagai salah satu penulis perempuan terbaik di Indonesia.
- Cara Belanja Buku di Gramedia Online
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Cara Berlanggan Koran Suara Merdeka
- Review Novel Pendidikan
- Novel Agatha Christie
- Rekomendasi Cerita Dongeng Sebelum Tidur Terbaru
- Rekomendasi Novel Sedih Terbaru
- Rekomendasi Light Novel
- Rekomendasi Novel Romantis Cinta
- Rekomendasi Novel Metropop
- Rekomendasi Novel Terbaik
- Rekomendasi Novel Horor
- Rekomendasi Novel Remaja Terbaik
- Rekomendasi Novel Fantasi
- Rekomendasi Novel Fiksi
- Rekomendasi Novel Dewasa
- Rekomendasi Novel Tere Liye Terbaik
- Rekomendasi Novel Pernikahan
- Rekomendasi Novel Romantis Korea
- Rekomendasi Novel Romantis Islami
- Rekomendasi Novel Sejarah
- Urutan Novel Percy Jackson
- Genre Novel
- Rekomendasi Buku Self Improvement
- Rekomendasi Buku Tentang Insecure
- Rekomendasi Buku Motivasi
- Rekomendasi Buku Pengembangan Diri dan Motivasi
- Aplikasi Membaca Novel Gratis
- Fakta One Piece
- Resensi Novel Mariposa
- Resensi Novel Perahu Kertas
- Resensi Novel Laut Bercerita
- Resensi Novel Resepsi
- Resensi Novel Septihan
- Resensi Novel Dikta dan Hukum
- Resensi Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
- Resensi Novel Antares
- Resensi Novel Sang Alkemis
- Resensi Novel Hujan Tere Liye
- Resensi Buku Rich Dad Poor Dad
- Review Buku Keajaiban Toko Kelontong Namiya
- Resensi Novel Almond
- Review Novel Fish In The Water
- Review Novel The Good Samaritan