Alasan untuk Tetap Hidup – Pernahkah kamu mengalami depresi atau gangguan kecemasan? Keduanya merupakan sesuatu yang tidak membuat nyaman perasaan. Kecemasan ditandai dengan rasa takut dan rasa sedih yang disinyalir sebagai salah satu gangguan mental yang serius. Gangguan kecemasan disebabkan oleh adanya masalah fungsi pada otak yang mengatur rasa takut dan emosi.
Rasa cemas biasanya adalah reaksi yang dikeluarkan oleh tubuh ketika kita mengalami stress. Dan rasa cemas berlebihan yang dapat menyebabkan aktivitas terganggu dan sulit dikontrol inilah yang pada akhirnya bisa membahayakan penderitanya.
Sementara depresi adalah gangguan ketika seseorang merasa tertekan dan kehilangan motivasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Depresi merupakan gangguan mental yang dapat mempengaruhi suasana hati, cara berpikir, dan cara bertindak seseorang.
Seseorang yang mengalami depresi dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik yang tidak dapat dihindarkan. Dalam kasus yang parah, bahkan depresi dapat memicu pengidapnya untuk melukai diri sendiri sampai menimbulkan pikiran untuk bunuh diri.
Depresi dan gangguan kecemasan sama-sama dapat melumpuhkan individu dan sama-sama dianggap sebagai penyakit yang dapat mengurangi kualitas dan kesenangan seseorang dalam menjalani kegiatan sehari-hari yang sebelumnya terasa menyenangkan. Keduanya adalah gangguan mental yang beriringan, namun masing-masing dapat diatasi dan memiliki tata cara perawatannya masing-masing.
Matt Haig, penulis buku fenomenal ‘Alasan untuk Tetap Hidup’ ini adalah salah satu orang yang pernah berada di titik itu. Ia pernah memiliki pikiran untuk bunuh diri di pinggir tebing ketika berusia 24 tahun.
Serangan panik yang bertubi-tubi dan harapan yang tak kunjung terlihat membuatnya berpikir bahwa segalanya mungkin akan lebih baik jika ia mengakhiri hidupnya. Tetapi, pada langkah terakhir Haig mengurungkan niatnya. Karena terbukti bahwa depresi dan gangguan kecemasan dapat diatasi.
Melalui buku ini, Matt Haig mencoba untuk membagikan kisahnya sebagai orang yang pernah mengalami hal mengerikan tersebut. Mulai dari gejala depresi, rasanya mendapat serangan panik, hingga alasan yang membuatnya untuk tetap bertahan hidup.
Buku ini akan membawa pembaca untuk mengenal dan menyelami bagaimana kehidupan seorang penderita depresi dan bagaimana cara mereka untuk membantu dirinya sendiri menjadi lebih baik. Tulisan di dalam buku ‘Alasan untuk Tetap Hidup’ ini adalah serangkaian kisah memoar pribadi Matt Haig.
Lalu, apakah Grameds penasaran dengan isi buku “Alasan Untuk Tetap Hidup”? Yuk mari simak bersama-sama review singkat buku “Alasan Untuk Tetap Hidup” sampai selesai.
Table of Contents
Profil Matt Haig, Penulis Buku “Alasan untuk Tetap Hidup”
Matt Haig adalah seorang penulis buku fiksi dan non-fiksi yang memulai karirnya sebagai jurnalis di berbagai majalah terkenal, seperti The Guardian, The Sunday Times, dan The Independent. Laki-laki kelahiran Inggris, 3 Juli 1975 ini tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang kreatif. Ibunya adalah seorang penulis, dah ayahnya adalah seorang jurnalis. Haig mulai menulis sejak masih muda dan mengembangkan ekspresinya melalui kata-kata.
Pada tahun 1997, Haig lulus dari Universitas Leeds dengan gelar dalam bidang Sastra Inggris dan Sejarah Modern. Kemudian, ia pindah ke Spanyol dan tinggal di sana selama beberapa tahun, bekerja sebagai guru bahasa Inggris. Pengalaman ini mempengaruhi tulisan-tulisannya di kemudian hari, terutama dalam novelnya yang berjudul The Dead Fathers Club pada 2006 yang terinspirasi oleh karya William Shakespeare, “Hamlet”.
Matt Haig telah menikah dengan perempuan bernama Andrea Semple. Dari pernikahannya, Haig dan Andrea dikaruniai dua anak. Keluarga kecil mereka tinggal di Brighton, Sussex.
Pada usia 24 tahun, Matt Haig mengalami depresi dan gangguan kecemasan yang mendorongnya untuk melakukan bunuh diri berkali-kali. Masa terpuruknya tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kebiasaannya mengonsumsi alkohol, karya novelnya yang ditolak oleh penerbitan, memiliki keraguan sebagai seorang penulis, dan ketidakamanan finansial.
Matt Haig akhirnya mengurungkan niatnya untuk bunuh diri dan bertahan hidup serta berhasil keluar dari lingkaran keterpurukan tersebut. Pengalaman dan perjuangannya dalam mengatasi depresi dan gangguan kecemasan itulah yang membawanya menulis buku Alasan untuk Tetap Hidup (Reasons to Stay Alive).
Laki-laki kelahiran Inggris tersebut dikenal karena gaya penulisannya yang emosional, introspektif, dan jujur. Matt Haig sering kali menggabungkan unsur-unsur fantasi dengan tema-tema kehidupan nyata dalam karyanya. Pengalaman pribadinya dengan kesehatan mental dan perjuangannya dalam menemukan makna hidup yang memberikannya dimensi yang kuat dalam setiap tulisannya.
Haig meraih ketenaran yang lebih luas dengan penerbitan novel fiksinya yang berjudul The Humans pada tahun 2013. Buku ini mendapatkan pujian luas dari para kritikus dan menjadi titik balik dalam karirnya sebagai penulis. Ia terus menerbitkan novel-novel dewasa yang sukses seperti How to Stop Time pada tahun 2017 dan The Midnight Library pada tahun 2020, yang merupakan karyanya yang paling populer hingga saat ini.
Selain menulis fiksi dewasa, Haig juga menulis buku untuk anak-anak dan remaja. Beberapa karyanya yang terkenal dalam genre ini termasuk A Boy Called Christmas pada tahun 2015 dan sekuelnya, The Girl Who Saved Christmas pada tahun 2016.
Dalam beberapa tahun terakhir, Matt Haig telah menjadi salah satu penulis terkenal di Inggris dan telah meraih banyak penghargaan atas karya-karyanya. Ia juga aktif di media sosial, khususnya di Twitter, di mana ia sering berbagi pemikiran dan pengalaman pribadinya dengan penggemar dan pengikutnya.
Dengan karya-karyanya yang menginspirasi dan penuh empati, Matt Haig telah menjadi salah satu penulis terkenal di Inggris dan mampu menghadirkan percikan harapan dan pemahaman dalam hidup banyak pembaca di seluruh dunia.
Sinopsis Buku Alasan untuk Tetap Hidup (Reasons to Stay Alive) Karya Matt Haig
“Depresi membuat Anda memikirkan hal-hal yang tidak benar. Tapi depresi itu sendiri bukanlah kebohongan. Depresi adalah hal paling nyata yang pernah saya alami. Meskipun, tentu saja, ia tidak kelihatan.” (Halaman 2)
Alasan untuk Tetap Hidup karya Matt Haig adalah sebuah karya mengenai depresi dan gangguan kecemasan yang diceritakan dari sudut pandang penderitanya sendiri. Ya, penulis terkenal asal Inggris tersebut pernah mengalami gangguan mental hingga pernah hampir mau mengakhiri hidupnya dengan melompat dari tebing.
Buku ini adalah bukti cahaya yang Matt Haig tulis dari keterpurukannya melalui dunia kelam. Matt Haig seolah menyiratkan bahwa pengalamannya depresi pada umur 24 adalah karena ia merasa takut akan datangnya masa depan.
Namun, tanpa disadari ternyata depresi dan gangguan kecemasan Matt Haig ini datang sejak ia masih kecil. Saat seorang perempuan yang disukainya mengolok rambut yang tumbuh di tahi lalat pipinya, dan karena itulah itu memotong tahi lalatnya.
Lalu, semakin dewasa ia merasakan kepanikan dan kecemasannya kian menjadi. Bahkan meskipun tempat yang ia tuju adalah sebuah minimarket yang sering didatanginya sejak kecil. Karena seperti itulah, kita sering tidak menyadari dan barangkali gangguan kecemasan itu sudah ada di dalam diri kita yang tak nampak keberadaannya.
Di awal buku ini, Matt Haig menganalogikan depresi bagaikan sebuah terowongan yang kedua ujungnya tertutup rapat dan yang mengalami depresi tersebut terjebak di dalamnya. Menurut Matt Haig depresi menjadi sesuatu yang keberadaannya misterius, Matt beranggapan bahwa depresi adalah penyakit pikiran.
Matt Haig juga mengutarakan bahwa ia bisa gila dan harus menyembunyikan hal yang dirasakannya dari dunia luar, karena ia takut diasingkan. Dan Matt akhirnya menyayangkan keputusannya tersebut, sebab membicarakan secara lisan maupun tulisan tentang depresinya dapat membantunya untuk terkoneksi kembali dengan dunia ini.
Matt Haig menceritakan dengan detail bagaimana kondisi depresi yang pernah dideritanya. Ia menggambarkan tentang beratnya berperang melawan pikirannya sendiri. Seorang penderita depresi bukan kebahagiaan yang dikejarnya, melainkan keinginan untuk bisa menghilangkan kesedihan yang dialaminya.
Melalui buku ini, Matt Haig akan membagikan pengalamannya, mulai dari apa saja gejala depresi, rasanya mendapat serangan panik, hingga apa yang membuatnya bisa bertahan hidup hari ini. Dibantu oleh Matt Haig, kita akan berkenalan dengan penderita depresi dan gangguan kecemasan, membaca kisahnya, dan mengambil pelajaran yang ada di dalam buku.
5 Pelajaran Penting dalam Buku Alasan untuk Tetap Hidup
Matt Haig di dalam bukunya Alasan untuk Tetap Hidup menyampaikan beberapa pelajaran penting seputar kesehatan mental, harapan, dan arti hidup. Pelajaran penting tersebut terangkum dalam 5 alasan untuk tetap hidup dan melawan depresi serta berdamai dengan diri sendiri, 5 alasan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pentingnya Mencari Dukungan
Matt Haig menekankan pentingnya mencari dukungan ketika menghadapi masalah kesehatan mental. Ia berbagi pengalaman tentang bagaimana dukungan keluarga, teman, dan tenaga medis membantu dirinya dalam perjalanan pemulihan. Pesan ini menggarisbawahi pentingnya berbicara tentang masalah kesehatan mental dan mencari dukungan dari orang-orang yang dapat membantu.
2. Ada Harapan di Tengah Kegelapan
Sebagaimana ada putih dan hitam, ada panjang dan pendek, maka ada cahaya harapan di tengah kegelapan. Matt Haig menyoroti tentang pentingnya menyadari bahwa selalu ada cahaya harapan meskipun di dalam terowongan atau tempat tergelap sekalipun. Ia berbicara tentang perlahan-lahan untuk menemukan alasan-alasan tetap hidup dan menemukan kebahagiaan kecil di dalam kehidupan sehari-hari.
3. Memahami Stigma dan Melawannya
Matt Haig membahas stigma yang terkait dengan kesehatan mental dan penting untuk memahami serta melawannya. Haig mengingatkan pembaca untuk tidak merasa malu atau merasa bersalah atas kondisi mereka, dan mengajak para pembaca untuk membuka percakapan yang lebih terbuka dan jujur tentang kesehatan mental.
4. Menghargai Kehidupan
Buku ini juga mengajarkan pembaca untuk menghargai kehidupan yang ada di sekitar kita. Matt Haig menerangkan bahwa depresi dapat menghalangi mata kita untuk melihat kehidupan itu sendiri dan mengaburkan pandangan kita terhadap kebaikan-kebaikan kecil yang membuat bahagia. Dengan begitu, Haig mengajak pembaca untuk lebih memperhatikan momen-momen kecil, menemukan kegembiraan dalam kehidupan sehari-hari, dan menghargai apa yang ada di sekitar kita.
5. Memahami bahwa Kesehatan Mental Adalah Bagian dari Kehidupan
Matt Haig ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa kesehatan mental adalah hal yang penting yang sudah sewajarnya kita perhatikan dan tidak boleh terabaikan. Ia mengingatkan bahwa kita tidak sendirian hidup di dunia ini dan dalam memperjuangkan kesehatan mental tersebut perlu untuk mencari bantuan dari orang-orang terkasih. Sebab, merawat kesehatan mental sama dengan merawat kesehatan fisik kita.
Buku “Alasan untuk Tetap Hidup” karya Matt Haig ini menghadirkan pengalaman pribadinya sendiri tentang kesehatan mental yang pernah ia lalui sambil memberikan pelajaran penting tentang harapan, dukungan, dan menghargai serta mensyukuri kehidupan. Matt Haig berbagi wawasan dan pemikirannya untuk menginspirasi dan membantu pembaca yang barangkali sedang menghadapi perjuangan serupa.
Nah, biar nggak penasaran dengan isi dan juga pesan-pesan motivasi yang ada dalam buku “Alasan Untuk Tetap Hidup”, yuk langsung dapatkan segera bukunya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Melani Wulandari
Rujukan:
- https://www.bbc.com/indonesia/majalah60330576#:~:text=Menurut%20sang%20psikiater%2C%20perbedaan%20terbesar,pekerjaan%2Dpekerjaan%20yang%20sebelumnya%20menyenangkan.
- https://kapito.id/sosok/biografi-matt-haig-penulis-asal-inggris-yang-punya-julukan-the-king-of-emphathy/
- Review Buku Aku Lala Padamu
- Review Buku Alasan untuk Tetap Hidup
- Review Buku Anak-Anak Tukang
- Review Buku Angsa dan Kelelawar
- Review Buku Beautiful Uncertainties
- Review Buku Belahan Jantungku
- Review Buku Berani Berubah Untuk Hidup Yang Lebih Baik
- Review Buku Chain of Iron
- Review Buku China’s Disruptors
- Review Buku Convenience Store Woman
- Review Buku Filosofi Teras
- Review Buku Hidup Sederhana: Hadir di Sini dan Saat Ini
- Review Buku In the Middle of Everything
- Review Buku Jangan Membuat Masalah Kecil Jadi Besar
- Review Buku Kakeibo
- Review Buku Kapan Nanti: Novel Terbaru Ziggy
- Review Buku Life as We Know It
- Review Buku Lord of The Darkwood
- Review Buku Marketing 4.0
- Review Buku Misteri Listerdale
- Review Buku Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru
- Review Buku Pressure and Pleasure
- Review Buku Puisi Perihal Gendis
- Review Buku The Naked Traveler 8
- Review Buku Wabi Sabi
- Review Komik A Couple of Cuckoos
- Review Komik Blue Lock
- Review Komik Boruto
- Review Komik C.M.B.
- Review Komik Death Note
- Review Komik Fight Ippo
- Review Komik Haikyu!!
- Review Komik Love, Blob
- Review Komik Mashle
- Review Komik My Hero Academia
- Review Komik Q.E.D IFF
- Review Komik Ruler of The Land
- Review Komik Spy x Family
- Review Komik The King's Beast
- Review Komik Tomie Part 2 Karya Ito Junji
- Review Novel After All This Time Karya Ollyjayzee
- Review Novel Agaskar
- Review Novel Ayah dan Sirkus Pohon
- Review Novel Buku Catatan Josephine (Crooked House)
- Review Novel Dari Aku yang Hampir Menyerah
- Review Novel Eknath
- Review Novel Enola Holmes #6: Kasus Perpisahan Gipsi
- Review Novel Fickle and Brittle
- Review Novel Ghosting Writer
- Review Novel Hingga Ujung Cakrawala
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Kasus Kipas Merah Muda Misterius
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes - Misteri Nona Bertangan Kidal
- Review Novel Kuliner Aruna dan Lidahnya
- Review Novel Lebih Senyap dari Bisikan
- Review Novel Lelaki di Sudut Cafe
- Review Novel Mata dan Manusia Laut
- Review Novel Mata dan Nyala Api Purba
- Review Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi
- Review Novel Pantai Pesisir
- Review Novel Pembunuhan di Teluk Pixy
- Review Novel Poempm
- Review Novel Psychic Detective Yakumo 2: That Which Connects Souls
- Review Novel Pulang
- Review Novel Putri Cina
- Review Novel Rumah Hujan
- Review Novel Rewrite My Heart
- Review Novel Salju Pertama di New York
- Review Novel Saman
- Review Novel Semua Ikan di Langit Karya Ziggy Z
- Review Novel Series American Royals 1
- Review Novel Shine
- Review Novel Si Anak Savana
- Review Novel Solo Leveling 3
- Review Novel The Maltese Falcon
- Review Novel The Nightingale
- Review Buku The Taming of The Shrew
- Review Novel The Underling Purpose
- Review Novel Three Act Tragedy (Tragedi Tiga Babak)
- Review Novel White Fang
- Review Novel Yakumo The Abyss Of A Soul
- Review Cursed Bunny
- Review Srimenanti