Atavisme merupakan sebuah buku karya Budi Darma, penulis ternama asal Indonesia. Buku ini menjadi buku terbaru karya Budi Darma yang diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama pada April 2022. Buku Atavisme menyajikan kumpulan cerita pendek terakhir karya Budi Darma yang menegaskan kepiawaiannya sebagai pencerita ulung.
Keajaiban yang terdapat dalam setiap cerita karyanya membawa kedalaman pada kisah tersebut dan juga karakternya. Buku Atavisme ini memuat total tujuh belas cerpen karya almarhum Budi Darma yang pernah diterbitkan di berbagai media sejak tahun 2010 hingga 2021.
Keberadaan pohon jejawi di depan Kedung Gang Buntu mengganggu hari-hari Henky van Kopperlyk. Dua penyanyi di stasiun bawah tanah, seorang dari mereka buta dan yang satu lagi bisa melihat, tak berhubungan secara darah, tetapi takdir mengikat keduanya. Jebule belajar dari cerita para pemimpin besar dunia sampai menjadi presiden panutan, sekaligus dibenci oleh rakyatnya.
Tukang Cukur yang selalu ada dalam setiap huru-hara dan dikabarkan suka menggunting telinga pelanggannya. Bik Rimang yang dielu-elukan justru seusai membunuh suaminya Jemprot, yang dibenci karena sering menghajar Bik Rimang. Atau, suara pengumuman di bandara Amsterdam menggunakan bahasa etnik Jawa mengingatkan kepada Sandra Liangsi, yang hilang setelah membunuh banyak orang.
Table of Contents
Profil Budi Darma – Penulis Buku Atavisme
Prof. Dr. H. Budi Darma, M.A. (25 April 1937 – 21 Agustus 2021) merupakan seorang penulis dan akademisi Indonesia yang pernah menjabat sebagai guru besar di FPBS Universitas Negeri Surabaya, atau yang dulu dikenal sebagai IKIP Surabaya). Budi Darma adalah putra keempat dari enam bersaudara yang semuanya adalah anak laki-laki. Ayahnya bekerja sebagai pegawai kantor pos yang bisa dipindah tugas ke daerah lain. Maka itu, Budi Darma beserta keluarganya selalu berpindah-pindah dari kota yang satu ke kota yang lainnya.
Budi Darma lulus dari Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada pada 1963. Pada tahun yang sama, Budi Darma berhasil menerima Bintang Bakti Wisuda. Ia juga pernah mendalami pengetahuan di Universitas Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat pada tahun 1970 hingga 1971. Lalu, ia juga berhasil meraih gelar MA dari Universitas Indiana, Bloomington, AS pada 1976, dan meraih gelar Ph.D. dari universitas yang sama pada 1980.
Ia juga pernah mengemban jabatan Visiting Research Associate di Universitas Indiana. Nama Budi Darma juga sempat diabadikan dalam Who’s Who in The World dan Ensiklopedi Pengarang Indonesia. Budi Darma mulai menggeluti karir sebagai penulis sejak tahun 1969. Ia membuat karya dalam Bahasa Indonesia dan juga Bahasa Inggris. Karya-karya Budi Darma ada yang berupa novel novel, esai, cerita pendek, atau makalah untuk berbagai pertemuan.
Beberapa contoh karya Budi Darma yang telah diterbitkan, yaitu novel Olenka (1983), Rafilus (1988), dan Ny. Talis: kisah mengenai Madras (1996). Karya cerita pendek: Orang-Orang Bloomington (1981), Kritikus Adinan (2001); buku ini pernah diterbitkan ulang dengan judul Laki-Laki Lain dalam Secarik Surat (2008), Fofo dan Senggring (2005), Hotel Tua (2017), dan Atavisme (2022). Karya puisi yang berjudul Berfikir dengan Nurani (2012).
Karya esai, di antaranya Solilokui: Kumpulan Esei Sastra (1983), Sejumlah Esai Sastra (1984), Harmonium (1995), dan Moral dalam Sastra (1981). Karya terjemahan, yakni Warisan: novel karya Tsitsi V. Himunyanga-Phiri (1996). Selain karya sastra, Budi Darma juga memiliki karya non-sastra, di antaranya, yaitu Sejarah 10 November 1945 (1987), Culture in Surabaya (1992), Modern Literature of ASEAN (2000), dan Kumpulan Esai Sastra ASEAN (Asean Committee on Culture and Information).
Novel pertama karya Budi Darma berjudul Olenka. Novel debutnya ini sudah banyak mendapat perhatian dan sudah mengantarkannya ke berbagai acara penghargaan. Novel Olenka ini berhasil membawa Budi Darma menerima Hadiah Pertama Sayembara Mengarang Roman DKJ 1980 dan juga memperoleh Hadiah Sastra DKJ 1983, serta menerima Hadiah Sastra ASEAN tahun 1984. Novel keduanya yang berjudul Rafilus mulai ditulis saat ia mendapatkan undangan untuk mengunjungi Inggris pada tahun 1985. Walaupun peristiwa-peristiwa dalam Rafilus terjadi di Surabaya, Budi Darma berhasil mengungkapkan segi-segi gelap kehidupan manusia secara general.
Kumpulan cerita pendek yang berjudul Orang-Orang Bloomington, ditulis pada saat ia berada di Bloomingtoon, Amerika Serikat. Dalam bukunya yang berjudul Modern Indonesian Literature jilid ke-2, Prof. Dr. A. Teeuw mengulas karya-karya Budi Darma dalam satu bab khusus. Sebuah cerita pendek karya Budi Darma yang dimuat dalam majalah Horison, Sang Anak oleh Satyagaraha Hoerip, dimasukkan ke dalam antologi Cerita Pendek Indonesia jilid ke-3, diterbitkan pada tahun 1980 oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I.
Tulisan-tulisan Budi Darma pernah diterbitkan di beberapa majalah, antara lain, Horison (Jakarta), Gema (Yogyakarta), Basis (Yogyakarta), Roman (Jakarta), Indonesia (Jakarta), dan Gelora (Surabaya). Selain itu, Budi Darma juga pernah mengisi siaran sastra dan budaya di RRI (Yogyakarta, Semarang, Surabaya) dan TVRI (Surabaya).
Budi Darma telah menerima berbagai penghargaan, antara lain SEA Write Award, Penghargaan Sastra Dewan Kesenian Jakarta, dan Anugerah Seni Pemerintah RI. Sebagai seorang akademisi, Budi Darma sering diundang untuk memberikan ceramah, mengajar, dan menguji calon sarjana atau doktor sastra, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Ia juga kerap kali diundang untuk melakukan penelitian, khususnya tentang sastra Inggris atau Amerika. Di samping itu, Budi Darma juga tercatat sebagai Chief Editor Modern Literature of ASEAN terbitan COCI (Committee on Cultural Information) ASEAN tahun 2000. Buku ini membahas mengenai sastra di tujuh negara ASEAN, yakni Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Sinopsis Buku Atavisme
Pada cerita pendek Darojat dan Istrinya, dikisahkan bahwa mereka berdua sebenarnya tidak benar-benar mengetahui alasan mereka menikah. Mereka sempat bimbang untuk memiliki anak atau tidak. Lalu, Triman pun lahir. Seperti namanya, Triman menerima seluruh perlakuan dan pemberian orang tuanya.
Kemudian, pada cerpen yang berjudul Tukang Cukur, latarnya adalah kegentingan sosial politik pada tahun 1948 hingga 1949 di Kota Kudus. Tukang cukur ini adalah jenis orang yang selalu mengikuti huru-hara. Ia ikut dengan cara memalsukan identitas. Hal ini dilakukan untuk mengamankan dirinya. Orang seperti tukang cukur ini walaupun terkesan seperti bunglon yang menyamar, pada kenyataannya ada banyak di antara kita.
Lalu, cerpen yang berjudul Tamu, mengisahkan tentang pasangan suami-istri yang baru pindah ke suatu kota untuk membangun peternakan. Pada awalnya, si suami tidak setuju untuk beternak, karena hewan-hewan itu pada akhirnya akan dibantai untuk dikonsumsi. Sang suami tidak setuju, karena ia tak tega melihat hewan-hewan disembelih.
Kelebihan Buku Atavisme
Sebagai salah satu karya yang menggabungkan sejumlah karya penulis legendaris Indonesia, kualitas buku Atavisme ini tak perlu diragukan lagi. Cara Budi Darma dalam membingkai kisah yang berfokus pada karakter para tokohnya selalu membuat pembaca kagum. Namun, ia juga tidak melupakan alur cerita dan pesan moral yang ingin disampaikan.
Dalam cerita-cerita pendek karya Budi Darma, dunia yang dibentuk adalah dunia yang memperkenalkan, mendalami, sampai mengantarkan nasib para tokohnya menuju takdir atau apapun itu yang menjadi akhir cerita. Budi Darma juga beberapa kali menyelipkan unsur yang unik, seperti humor, tetapi dalam porsi yang pas. Ia juga tak segan menyelipkan unsur yang gila untuk menjelaskan perwujudan profil para tokohnya.
Buku ini dinilai memberikan banyak rasa kepada pembaca. Ini adalah buku yang merangkum cerita-cerita pendek yang segar dan mampu memperkenalkan pembaca kepada berbagai tokoh dari berbagai kalangan. Buku Atavisme ini juga mampu membuat pembaca merasa diajak jalan-jalan berkeliling Indonesia dan juga luar negeri.
Kekurangan Buku Atavisme
Selain kelebihan, buku Atavisme ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan pada buku ini terletak pada gaya penceritaan Budi Darma yang mungkin tidak bisa dimengerti semua kalangan. Beberapa pembaca merasa cerpen-cerpen karyanya absurd dan tidak sesuai dengan preferensi mereka. Namun, sebagian pembaca mengerti bahwa ke-absurd-an tersebut adalah sebuah keunikan dari karya ini yang membuat mereka merasa dibawa ke alam mimpi.
Pesan Moral Buku Atavisme
Budi Darma selalu menyelipkan pesan moral di semua cerita pendek yang ditulisnya. Contohnya, pada cerpen Darojat dan Istrinya yang memperlihatkan orang yang tidak yakin dan tidak bersungguh-sungguh dengan perbuatannya. Padahal, itu adalah sebuah hal yang besar seperti pernikahan dan perihal melahirkan seorang manusia.
Dari Darojat dan Istrinya, kita dapat belajar untuk tidak seperti mereka. Hendaknya kita selalu berpikir panjang untuk mengambil sebuah keputusan. Baik itu keputusan kecil maupun besar. Sebaiknya kita juga tak menyepelekan apapun, karena sejatinya segala hal yang ada dan terjadi dalam hidup ini dapat memberikan dampak kepada kehidupan kita.
Kemudian, pada cerpen yang berjudul Tamu, dikisahkan bahwa sang suami tak sampai hati melihat hewan-hewan disembelih. Hal ini menjadi sebuah kualitas yang baik dari seorang manusia, di mana seseorang dapat memiliki empati yang besar kepada sesama makhluk hidup. Hendaknya kita dapat meneladani sikap si suami ini yang mampu berempati kepada orang lain dan juga makhluk yang hidup berdampingan dengan kita.
Nah, itu dia Grameds ulasan buku Atavisme karya Budi Darma. Bagi kalian yang penasaran akan cerita-cerita pendek karya penulis legendaris Indonesia ini, kalian bisa mendapatkan buku ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!
Rating: 3.89
- Review Novel The Time We Walk Together
- Review Novel Sangkakala di Langit Andalusia
- Review Novel Magnus Chase and The Gods of Asgard #3: The Ship of the Dead
- Review Novel Para Pencemas (Anxious People)
- Review Novel Patuhi Rules
- Review Novel Love Letters for Mr. T
- Review Novel Klara dan Sang Matahari
- Review Novel Gagal Cinta Kronis
- Review Novel Penyalin Cahaya
- Review Novel High Reputation
- Review Novel Philia
- Review Novel Dago Love Story
- Review Novel Temenan Sama Nasib
- Review Novel Merindu Cahaya De Amstel
- Review Novel American Gods
- Review Novel Brianna dan Bottomwise
- Review Novel Hilang Dalam Dekapan Semeru
- Review Novel The School for Good and Evil
- Review Novel Pembunuh di Balik Kabut
- Review Novel TeenLit: Vision
- Review Novel Banyu Biru
- Review Novel Lavender
- Review Buku English Classics: Sherlock Holmes - Short Stories #1
- Review Buku The Prophet
- Review Review Novel Belantara
- Review Novel Aliansi Monyet Putih
- Review Novel The Days I Love You
- Review Novel Misteri Kereta Api Biru
- Review Novel Cerita untuk Ayah
- Review Novel Lusi Lindri
- Review Novel Mayat dalam Perpustakaan
- Review Novel Rogue Lawyer
- Review Novel Para Pelindung (The Guardians)
- Review Novel Annisa
- Review Novel Arum Manis
- Review Novel Sang Penjaga Waktu (The Time Keeper)
- Review Novel Black House
- Review Buku Se(N)Iman
- Review Novel Not Me
- Review Novel Komsi Kamsa
- Review Buku Atavisme
- Review Novel Manusia dan Badainya
- Review Novel Muslihat dengan Cermin (They Do it with Mirror)
- Review Novel Masque of the Red Death
- Review Buku The Mysterious Affair at Styles
- Review Norse Mythology
- Review Novel Melbourne Wedding Marathon