Catatan Seorang Demonstran – Nama Soe Hok Gie mungkin sudah tidak asing di telinga Grameds. Khususnya bagi kamu yang memang suka dengan hal-hal berbau sejarah. Tentunya nama Soe Hok Gie memang sudah banyak terlintas di telinga dan pikiran kamu.
Soe Hok Gie tak hanya seorang aktivis saja, namun ia juga mengeluarkan banyak buku menarik yang tentunya selalu menjadi favorit para pembacanya. Salah satu buku karya dari Soe Hok Gie yang sampai saat ini masih terus banyak pembacanya adalah buku dengan judul “Catatan Seorang Demonstran”.
Buku dengan judul “Catatan Seorang Demonstran” karya Soe Hok Gie ini masih bisa kamu temukan di toko buku terdekat seperti Gramedia. Banyak sekali hal menarik yang bisa kamu dapatkan ketika membaca buku tersebut.
Nah sebelum kamu membeli buku “Catatan Seorang Demonstran” karya Soe Hok Gie ini, alangkah lebih baiknya jika kamu juga membaca review singkatnya pada artikel ini agar bisa lebih tahu lagi secara garis besar buku tersebut memiliki pokok bahasan seperti apa.
Table of Contents
Biografi singkat Soe Hok Gie Sang Penulis Buku Catatan Seorang Demonstran
Soe Hok Gie adalah seorang aktivis Indonesia keturunan Tionghoa yang juga turut andil dalam penurunan masa pemerintahan orde baru. Soe Hok Gie lahir pada 17 Desember 1942 di Jakarta.
Soe Hok Gie lahir dari latar belakang keluarga yang bergelut dalam bidang sastra. Tak heran jika Soe Hok Gie memiliki banyak karya sastra yang cukup populer. Ia sejak kecil sudah kerap berada di perpustakaan umum dan juga taman-taman bacaan di pinggir jalan.
Seorang peneliti menjelaskan jika Soe Hok Gie sudah sejak kecil di sekitaran masa sekolah dasar atau SD kerap membaca karya sastra serius pada kala itu seperti karya milik Pramoedya Ananta Toer.
Soe Hok Gie menyelesaikan jenjang sekolah menengah atas atau SMA di Kolese Kanisius jurusan Sastra. Saat berada di bangku SMA inilah minat Soe Hok Gie akan dunia sastra semakin mendalam. Selain itu pada waktu yang sama pula dirinya juga sudah mulai tertarik dengan ilmu-ilmu sejarah.
Dari situlah, kesadaran akan dunia berpolitik milik Soe Hok Gie sudah mulai bangkit. Ia sudah mulai membuat catatan perjalanan dan juga setiap tulisan yang dihasilkan oleh Soe Hok Gie terbilang selalu tajam sekaligus penuh akan kritik.
Setelah selesai menyelesaikan jenjang SMA, Soe Hok Gie memutuskan untuk melanjutkan jenjang pendidikannya di Universitas Indonesia atau UI pada saat itu. Ia memilih untuk masuk ke fakultas Sastra dan mengambil jurusan Sejarah.
Soe Hok Gie juga memiliki hobi lain yaitu naik gunung. Lalu Soe Hok Gie juga terkenal akan produktivitas karya-karya miliknya. Beberapa tulisan dari Soe Hok Gie juga pernah dimuat di beberapa media besar seperti Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan juga Indonesia Raya. Hingga pada tahun 1983, Soe Hok Gie menerbitkan sebuah buku dengan judul Catatan Seorang Demonstran.
Review Buku Catatan Seorang Demonstran
Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika buku Catatan Seorang Demonstran adalah salah satu buku karya Soe Hok Gie. Soe Hok Gie sendiri adalah seorang aktivis yang memiliki keberanian besar dalam memberikan kritikan terhadap politik, budaya, hingga ekonomi Indonesia pada masanya.
Soe Hok Gie juga seorang mahasiswa sastra Universitas Indonesia atau UI yang sekaligus juga seorang pecinta alam. Pada buku Catatan Seorang Demonstran dijelaskan bahwa Soe Hok Gie juga kerap mendapatkan kecaman dari berbagai pihak. Meski begitu, ia dikenal begitu disukai oleh masyarakat umum. Namun, Soe Hok Gie menutup usia pada 16 Desember 1965 di Gunung Semeru akibat menghirup gas beracun.
Buku dengan judul Catatan Seorang Demonstran ini dibagi menjadi beberapa bagian. Pada Bagian I Soe Hok Gie : Sang Demonstran, Bagian II Masa Kecil, Bagian III Di Ambang Remaja, Bagian IV Lahirnya Seorang Aktivis, Bagian V Catatan Seorang Demonstran, Bagian VI Perjalanan Ke Amerika, Bagian VII Politik, Pesta dan Cinta dan Bagian VIII Mencari makna.
Setiap bagian yang ada dalam buku Catatan Seorang Demonstran memiliki hal menarik yang akan kita dapatkan ketika membacanya. Ketika kamu memutuskan membaca buku ini, nantinya kamu akan melihat bagaimana perkembangan Indonesia dari masa ke masa hingga Sang Penulis buku Catatan Seorang Demonstran Soe Hok Gie menutup usia.
Pada bagian cerita tentang pendakian Soe Hok Gie ke beberapa gunung sekaligus aktivitas keoraganisasian yang pernah dilakukannya yang dijabarkan pada buku Catatan Seorang Demonstran juga menjadi salah satu bagian menarik dari buku tersebut.
Selain itu buku Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie juga menjelaskan tentang sikap toleran, penyelesaian masalah, hingga adanya konflik-konflik lainnya.
Secara garis besar buku Catatan Seorang Demonstran merupakan sebuah buku yang menceritakan bagaimana seorang keturunan Tionghoa bernama Soe Hok Gie menjalani kehidupan keseharian sebagai seorang mahasiswa, suka dengan pendakian gunung, sekaligus gemar menulis.
Buku Catatan Seorang Demonstran dikemas dalam bentuk catatan harian. Sehingga bagi kamu yang membaca buku tersebut bisa merasakan bagaimana konflik dan juga perasaan yang dialami oleh Soe Hok Gie pada masa tersebut.
Soe Hok Gie adalah seorang pemikir yang juga berani mengungkapkan pendapatnya terkait dengan kesenjangan yang ada pada Negara Indonesia pada masanya, dimulai dari kebijakan pemerintah, kondisi rakyat kecil pada saat itu hingga keberanian mahasiswa dalam bersikap untuk bisa menghadapi masalah yang ada.
Buku dengan judul Catatan Seorang Demonstran juga menyajikan tentang kehidupan Soe Hok Gie dalam cinta, pertemanan hingga hobi yang dimilikinya. Menariknya buku tersebut tak hanya dibuat dalam bentuk catatan harian saja.
Namun dalam buku Catatan Seorang Demonstran juga menyajikan puisi karya dari Soe Hok Gie. Ia menuliskan puisi tersebut sama dengan bagaimana situasi yang dialaminya saat itu.
Fakta Menarik Soe Hok Gie Sang Penulis Buku Catatan Seorang Demonstran
Pada penjelasan sebelumnya kita sudah tahu jika Soe Hok Gie adalah seorang aktivis yang begitu berpengaruh besar pada masanya. Ia juga membuat banyak buku yang cukup populer hingga saat ini seperti Catatan Seorang Demonstran.
Selain itu semasa Soe Hok Gie hidup ternyata ia juga memiliki fakta-fakta menarik lho. Apa saja fakta menarik yang dimiliki oleh Soe Hok Gie. Berikut adalah penjelasan selengkapnya.
1. Sosok yang Begitu Pintar Ungkapkan Sarkasme
Soe Hok Gie adalah salah satu sosok yang begitu cerdas dalam mengungkapkan sarkasme. Ketika Soe Hok Gie akan mendaki Gunung Semeru, ia terlebih dahulu membagikan kiriman kepada para mahasiswa yang menjadi anggota DPR setelah Orde Baru berkuasa. Kiriman tersebut berupa bedak, lipstik, dan cermin.
Soe Hok Gie berharap agar mereka yang duduk di DPR bisa berdandan dan tambah cantik ketika berhadapan dengan penguasa. Kala itu Soe Hok Gie merasa kecewa kepada teman-temannya yang sudah berada di kantor DPR.
Sebab menurut Soe Hok Gie, mereka sudah melupakan rakyat dan lebih mementingkan kedudukan dirinya di kursi parlemen. Bagi Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa hanyalah kekuatan moral, namun bukan pelaku politik praktis.
Pada surat pengantar kiriman tanggal 12 Desember 1969, Soe Hok Gie menuliskan sebuah kalimat “Bekerjalah dengan baik, hidup Orde Baru! Nikmati kursi Anda–tidurlah nyenyak.”
2. Sosok yang Begitu Produktif Menulis
Sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa Soe Hok Gie juga seorang penulis yang begitu produktif pada masanya. Banyak artikel buatan Soe Hok Gie yang kerap dimuat di media baca seperti Harian KAMI, Kompas, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya.
Setiap tulisan yang dibuat oleh Soe Hok Gie dilakukan di rumah orang tuanya. Rumah tersebut berada di Jalan Kebon Jeruk IX, dekat Glodok, Jakarta Barat. Ia berada di kamar paling belakang dan proses penulisan artikel dilakukannya ketika banyak orang sudah tertidur pulas.
Selain itu Soe Hok Gie juga sudah memiliki buku yang berhasil diterbitkan seperti buku dengan judul “Catatan Seorang Demonstran”. Buku tersebut sampai saat ini masih begitu populer. Bagi kamu yang suka dengan dunia sejarah maupun politik mungkin tidak asing dengan berbagai macam buku karya Soe Hok Gie.
Meski Soe Hok Gie banyak yang menyukai dirinya, namun sebenarnya ada beberapa pihak yang juga tidak begitu suka dengannya. Pernah pada suatu hari Soe Hok Gie mendapatkan surat kaleng dari seseorang yang mengaku sebagai pencinta Bung Karno. Siapa sangka jika kiriman tersebut berupa surat gusar terhadap kritik yang dilakukan oleh Soe Hok Gie dalam mingguan Mahasiswa Indonesia. Bahkan isi surat tersebut juga terbilang berisi umpatan berbau rasial.
3. Sosok yang Begitu Bijak
Tak hanya pandai dalam menulis artikel-artikelnya saja, namun Soe Hok Gie juga memiliki sisi bijak dalam dirinya. Hal ini bisa ditunjukkan ketika dirinya menyikapi Partai Komunis Indonesia atau PKI.
Soe Hok Gie secara gencar memberikan kritik terhadap PKI sekaligus perilaku politik di dalamnya. Meski begitu dirinya juga menjadi salah satu tokoh intelektual yang pertama mengecam pembunuhan massal terhadap kader dan simpatisan PKI hingga peristiwa G30S.
Soe Hok Gie juga menuliskan dalam esai dengan judul Di Sekitar Peristiwa Pembunuhan Besar-besaran di Bali. Selain itu ia juga memberikan kritikan terhadap stigmatisasi kader PKI seperti surat “bersih diri”.
“Bahkan anak-anak SD kelas V dan IV (umur 12-14 tahun) harus punya surat “bersih diri” (bersih dari apa?). Tiga tahun yang lalu mereka baru berusia 9-11 tahun. Ini benar-benar keterlaluan,” tulis Gie dalam Surat Tidak Terlibat G30S yang dimuat di Kompas, 29 April 1969.
4. Memiliki Hobi Mendaki Gunung
Soe Hok Gie bukan hanya seorang aktivis. Ia juga memiliki hobi mendaki gunung. Ia juga tutup usia ketika berada di Gunung Semeru akibat menghirup asap beracun.Pada saat pendakian dilakukan oleh Soe Hok Gie, cuaca memang terlihat begitu buruk. Bahkan kabut gelap juga sudah menyelimuti Mahameru.
Soe Hok Gie bersama dengan rekan perjalanannya mendaki Gunung Semeru yang bernama Idhan Lubis tiba-tiba mengalami kejang dan meninggal dunia. Akan tetapi Soe Hok Gie tutup usia di tempat yang ia cintai yaitu gunung, meski pada usia yang terbilang cukup muda.
Soe Hok Gie menjadikan aktivitas naik gunung untuk sekedar berkreasi saja. Bahkan semasa ia berkuliah di Universitas Indonesia, Soe Hok Gie juga turut andil dalam mendirikan UKM pecinta alam atau Mapala di UI.
Selain itu Soe Hok Gie juga begitu menyukai bait puisi dari filsuf Yunani, “Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan. Yang kedua, dilahirkan tapi mati muda. Yang tersial adalah berumur tua. Berbahagialah mereka yang mati muda.”
Itulah beberapa fakta menarik yang dimiliki oleh Soe Hok Gie seorang aktivis sekaligus penulis yang mampu menerbitkan buku menarik. Salah satu buku yang hingga kini masih populer karya Soe Hok Gie tentunya adalah Catatan Seorang Demonstran.
Kutipan Menarik dalam Buku Catatan Seorang Demonstran
Buku Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie bukan hanya populer karena penulisnya saja, namun banyak hal menarik yang bisa didapatkan di dalamnya. Grameds sebagai pembaca bisa mengerti bagaimana keadaan penulis ketika membuat setiap karyanya saat itu.
Selain itu banyak kutipan menarik yang ada di dalam buku Catatan Seorang Demonstran yang sampai saat ini masih kerap membakar semangat para pembacanya. Mungkin kamu belum tahu kutipan apa saja yang ada di dalam buku Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie karena belum membacanya.
Nah, beberapa kutipan yang ada di bawah ini diambil dari buku Catatan Seorang Demonstran yang tentunya bisa membantu kamu untuk lebih tahu lagi. Berikut adalah beberapa kutipan menarik yang ada di dalam buku Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie.
- “Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: ‘dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan’. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda. Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai itu. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurdlah hidup kita.”
- “Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
- “Ketika Hitler mulai membuas maka kelompok Inge School berkata tidak. Mereka (pemuda-pemuda Jerman ini) punya keberanian untuk berkata “tidak”. Mereka, walaupun masih muda, telah berani menentang pemimpin-pemimpin gang-gang bajingan, rezim Nazi yang semua identik. Bahwa mereka mati, bagiku bukan soal. Mereka telah memenuhi panggilan seorang pemikir. Tidak ada indahnya (dalam arti romantik) penghukuman mereka, tetapi apa yang lebih puitis selain bicara tentang kebenaran.”
- “Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: ‘dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan’. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda. Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai itu. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurdlah hidup kita.”
- “Aku tidak percaya bentuk Tuhan apa pun, kecuali yang sesuai dengan idealku sendiri. Aku pun tak yakin (pasti malah) tentang ke-tak-ada-annya nasib. Juga tak percaya kita juga. Dewasa ini aku berpendapat bahwa kita adalah pion dari diri kita sendiri sebagai keseluruhan. Kita adalah arsitek nasib kita, tapi kita tak pernah dapat menolaknya. Kita asing, ya kita asing dari ciptaan kita sendiri. Itulah aku kira mengapa kita harus belajar sejarah dan dalam hal ini mengapa aku pesimis.”
Itulah beberapa kutipan menarik yang bisa kamu temukan pada buku Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie. Buku yang hingga kini masih diminati setiap generasi ini memiliki banyak nilai perjuangan, khususnya bagi negeri ini.
Jika Grameds ingin membaca buku Catatan Seorang Demonstran dan karya lain terkait sosok Soe Hok Gie, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Hendrik Nuryanto
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Buku Hijrah Muslimah
- Rekomendasi Novel Terbaik
- Rekomendasi Novel Horor
- Rekomendasi Novel Remaja Terbaik
- Rekomendasi Novel Fantasi
- Rekomendasi Novel Fiksi
- Rekomendasi Novel Dewasa
- Rekomendasi Novel Pernikahan
- Rekomendasi Novel Romantis Korea
- Rekomendasi Novel Romantis Islami
- Rekomendasi Novel Sejarah
- Rekomendasi Novel Tentang Kehidupan
- Rekomendasi Novel Ringan Indonesia
- Rekomendasi Buku Yang Bagus Untuk Dibaca
- Rekomendasi Buku Bacaan Terbaru
- Rekomendasi Ensiklopedia Islam
- Rekomendasi Novel Tentang Persahabatan
- Urutan Buku Detective Galileo Series
- Review Novel Filosofi Kopi
- Review Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh
- Review Novel My Husband, My CEO
- Review Buku Dari Penjara ke Penjara
- Review Novel Alaia
- Review Novel Alaia 2
- Review Novel The Love Hypothesis
- Review Novel A: Aku, Benci, dan Cinta
- Review Novel Eragon
- Review Buku Inspirational Ideas for Home Cooking ala Xander’s Kitchen
- Review Novel Pachinko
- Review Novel Dengarlah Nyanyian Angin
- Review Manga Komi Sulit Berkomunikasi
- Review Novel dan Hujan pun Berhenti
- Review Novel Seri The Kane Chronicles
- Review Buku Catatan Seorang Demonstran
- Review Novel Before The Coffee Gets Cold
- Review Novel 1Q84
- Review Novel Rajewali
- Review Novel Hantu Rumah Belanda
- Review Novel Azzamine
- Review Novel Azzamine
- Review Novel Azzamine
- Review Novel Thank You Salma
- Review Buku Pemburu Aksara
- Review Novel Raja Untuk Ratu
- Review Novel Gibran Dirgantara
- Review Novel Harapan dari Tempat Paling Jauh
- Review Novel The Poppy War
- Review Buku Sejenak Hening