in

Review Buku How to Die: Sebuah Buku Panduan Kuno untuk Mati

How to Die: Sebuah Buku Panduan Kuno untuk Mati – Sudahkah kamu memikirkan bagaimana kelak kamu akan mati, Grameds? Pernahkah kamu mendengar bahwa manusia mati sesuai dengan kegiatan atau kebiasaan yang ia lakukan semasa hidupnya? Barangkali hal itu memang benar, karena Seneca, seorang filsuf Romawi menjelaskan bahwa orang yang hidup yang tidak mempersiapkan kematian maka ia akan hidup dengan buruk.

Sebuah pepatah mengatakan, “Hiduplah seakan kamu akan mati besok”, itulah yang secara sederhana dapat menggambarkan buku “How to Die: Sebuah Panduan Kuno untuk Mati” karya Seneca. Buku ini bukan berisi tentang cara-cara mati, namun lebih pada cara-cara bagaimana kita bisa mempersiapkan kematian dengan lebih bijak untuk menyambut kehidupan setelah kematian.

Buku ini menggabungkan pemikiran filsafat Stoa dengan pandangan Seneca tentang kematian. Tujuan utama buku ini adalah untuk membantu para pembaca memperoleh kebijaksanaan dan kedamaian dalam menghadapi kematian, serta untuk menghargai setiap momen dalam hidup yang kita miliki sebelum kematian itu datang menjemput kita.

Sebab, kita semua tidak tahu kapan, di mana, atau sedang apa ketika kita dijemput oleh ajal. Maka dari itu, Seneca menawarkan cara untuk lebih bisa mempersiapkan kematian itu sendiri. “Perlu seumur hidup untuk belajar bagaimana menjelang ajal,” tulis Seneca.

Nah, sobat grameds apakah kamu sudah mempersiapkan kematianmu sendiri? Terkesan merinding bukan ketika kita membicarakan kematian? Tapi kamu tidak perlu khawatir, karena buku ini bukan benar-benar buku panduan untuk mati, buku ini adalah panduan dan tips-tips berharga dari pemikiran Seneca untuk mempersiapkan diri dengan melakukan hal-hal baik semasa hidup.

Agar kamu lebih penasaran, yuk mari disimak terlebih dahulu review singkatnya di sini ya.

Bagaimana Panduan Klasik untuk Mati dari Seneca?

Yang terpenting adalah seberapa baik kau hidup, bukan seberapa panjang. Dan sering kali “baik” tidak berumur panjang.” – Seneca

How to Die: Sebuah Panduan Kuno untuk Mati adalah buku terkenal yang ditulis oleh seorang filsuf Romawi bernama Seneca yang hidup pada abad pertama Masehi. Buku ini aslinya memiliki judul “De Consolatione ad Marciam” yang kemudian diterjemahkan ke dalam versi bahasa Indonesia.

“How to Die: Sebuah Panduan untuk Mati” merupakan sebuah buku dengan surat yang ditujukan kepada Marcia, seorang wanita bangsawan yang meratapi kematian anaknya. Dalam surat ini, Seneca menggambarkan pandangan-pandangan filosofis tentang kematian, mengajak pembaca untuk memahami dan menghadapi kematian dengan bijak. Berisi kompilasi surat-surat tentang kematian, buku ini kemudian diedit dan diterjemahkan oleh James S. Romm.

Perlu diingat, bahwa pada zaman Seneca hidup, kaisar Romawi memiliki kekuatan untuk menyiksa dan membunuh rakyat. Seneca pernah mengalami masa pemerintahan Caligula yang terornya sangat terkenal, ia bisa mempermalukan dan merendahkan lawannya sebelum mengeksekusinya sehingga pada zaman itu rakyat Romawi merasa ketakutan untuk hidup.

Muncullah gagasan bahwa untuk bunuh diri pada saat itu diperbolehkan sebagai bentuk dari pembebasan diri namun dalam beberapa kasus yang menguntungkan. Kaum Stoa pada saat itu percaya bahwa bunuh diri adalah metode yang valid untuk menjadi lebih bebas.

Bunuh diri pada saat itu menjadi jalan keluar yang sah jika merasakan rasa sakit fisik, jika diperbudak, atau jika ditindas oleh penguasa yang kejam. Tapi bukan berarti menyuruh untuk bunuh diri karena situasi yang berbeda dari waktu ke waktu.

Seneca lebih menegaskan bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti yang tidak akan pernah tahu kapan datangnya, sehingga Seneca mengingatkan untuk terus melakukan kebaikan dan kebajikan serta harus terus mengingat “mati” sebagai proses untuk menghargai kehidupan itu sendiri.

Seneca menekankan bahwa kematian adalah bagian alami dari kehidupan, dan mengingatkan agar kita tidak terlalu takut atau terobsesi dengan kehilangan jiwa. Ia menawarkan pemikiran dan nasihat untuk mengatasi kesedihan dan menghargai momen-momen berharga yang kita miliki selama kita hidup di dunia ini.

Buku ini menjelaskan tentang konsep-konsep filosofis seperti kebijaksanaan, kedamaian batin, dan arti hidup. Meskipun judulnya mungkin tampak sedih atau mencekam, inti pesan dari buku ini sebenarnya adalah mengajak pembaca untuk hidup dengan penuh kesadaran dan menghargai setiap momen yang dimiliki sehingga kita dapat menghadapi kematian dengan bijak.

Seneca, sama seperti para pemimpin Romawi pada masanya, ia menemukan kerangka moral dalam stoisisme, sebuah mazhab pemikiran Yunani yang dibawa ke Roma. Kaum Stoa mengajarkan pada para pengikutnya untuk mencari kerajaan dalam diri sendiri.

Namun, Seneca memiliki penekanan baru pada doktrin tersebut, terutama tentang hal yang berkaitan dengan berbagai bentuk kematian. Seneca sendiri percaya bahwa hidup hanyalah perjalanan menuju kematian dan bahwa setiap orang perlu untuk mempersiapkan kematian tersebut sepanjang hidupnya.

Seneca banyak merenung soal kematian, kata-katanya yang sangat terkenal adalah “Pelajari Kematian”. Kesadarannya tentang kematian bukan menjadi tanda bahwa ia sangat terobsesi untuk mati, tetapi menurutnya siapa saja yang tidak memahami cara mati yang baik, maka dia akan menjalani kehidupan yang buruk.

Buku ini berisi gagasan Seneca tentang menikmati kehidupan dengan penuh kesadaran bahwa kita harus banyak berbuat kebaikan yang dapat kita berikan selama kita hidup. Seneca memperluas soal kematian dengan banyak pertimbangan soal warisan dan kehidupan setelah kematian.

“How to Die” merupakan salah satu karya penting dalam filsafat stoik dan telah memberikan inspirasi bagi banyak orang sepanjang sejarah. Buku ini tidak berisi seperti judulnya, justru Seneca ingin memberikan sebuah perspektif baru soal kematian. Karena semua makhluk hidup pasti akan mati.

 

Review Buku How to Die: Sebuah Buku Panduan Kuno untuk Mati

Pros & Cons

Pros
  • Buku ini memiliki makna filosofis yang dalam tentang kematian, Seneca menyajikan pemikiran yang matang dan reflektif tentang makna kematian dan bagaimana menghadapinya dengan bijak.
  • Seneca dalam buku ini menawarkan pandangan baru tentang kematian agar dapat mengembangkan kualitas diri dan kehidupan sehingga mendorong pembaca untuk menghargai masa-masa kini.
  • Seneca mengajak kita untuk hidup dengan sungguh-sungguh, karena jika tidak begitu sama seperti orang mati.
Cons
  • Ada beberapa bagian yang terlalu ekstrem.

 

How to Die: Sebuah Buku Panduan Kuno untuk Mati karya Seneca adalah sebuah buku yang memiliki makna filosofis yang mendalam, buku ini menghadirkan pandangan filosofis yang kuat tentang kematian dari perspektif kaum Stoa.

Seneca menyajikan pemikiran yang mendalam dan reflektif tentang makna kematian dan bagaimana menghadapinya dengan bijak. Ia menawarkan wawasan yang dapat mengubah cara pandang pembaca terhadap kematian dan membantu mereka mempersiapkan diri.

Buku ini juga mampu membuat pembaca untuk lebih memperhatikan pengembangan kualitas diri dan hidup. Buku ini mendorong pembaca untuk hidup dengan kesadaran, menghargai setiap momen, dan tidak menunda-nunda kebahagiaan.

Dengan pemikiran bijaksana Seneca, pembaca dapat belajar bagaimana mengarahkan hidup menuju makna yang lebih dalam dan memaksimalkan pengalaman yang dimiliki. Seneca mengajak kita untuk hidup dengan sungguh-sungguh, karena jika tidak begitu sama seperti orang mati.

Seneca menegaskan bahwa kita harus menghargai masa kini ketika kita masih diberikan kesempatan untuk hidup. Tema yang berulang di awal buku ini adalah untuk mati sebelum kematian dan bersiaplah untuk itu, seperti mereka yang telah belajar bagaimana untuk mati karena sebelumnya telah menjadi sasaran untuk diperbudak penguasa kejam.

Sekilas Tentang Seneca, Penulis Buku How to Die: Sebuah Panduan Kuno untuk Mati

Seneca, juga dikenal sebagai Seneca yang Muda atau Lucius Annaeus Seneca, adalah seorang filsuf, penulis, dan negarawan Romawi yang hidup antara tahun 4 SM dan 65 Masehi. Ia merupakan salah satu tokoh terkemuka dalam filsafat Stoa.

Seneca dilahirkan di Cordoba, Spanyol, dan pindah ke Roma pada usia muda. Ia dikenal karena kepiawaian sastra dan retorikanya, dan ia menjadi salah satu penasihat utama Kaisar Nero, yang memerintah dari tahun 54 hingga 68 Masehi.

Karya-karya Seneca mencakup berbagai genre, termasuk surat, esai, dan drama. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain “Epistulae Morales ad Lucilium” (Surat-Surat Moral kepada Lucilius).

Sebagai seorang filsuf Stoa, Seneca mengembangkan gagasan-gagasan tentang kebijaksanaan, keberanian, dan keadilan. Ia menekankan pentingnya hidup sesuai dengan alam, menerima takdir, dan mengendalikan emosi. Filsafatnya juga menekankan pentingnya kehidupan yang bermakna, memperhatikan sopan santun, dan cara untuk mencapai ketenangan batin.

Meskipun Seneca berperan sebagai penasihat Nero, hubungan mereka penuh dengan ketegangan, dan akhirnya Nero memerintahkan Seneca untuk melakukan bunuh diri pada tahun 65 Masehi. Seneca menerima nasibnya dengan ketenangan dan menunjukkan contoh keberanian dalam menghadapi kematian.

Karya-karya Seneca, termasuk surat-suratnya dan tulisan-tulisannya tentang filsafat, memiliki pengaruh yang luas di dunia Barat. Ia dihormati sebagai salah satu filsuf Romawi terkemuka dan salah satu penulis paling berpengaruh pada zamannya. Karya-karyanya terus dibaca dan dipelajari hingga saat ini.

Demikian review dari Buku How to Die: Sebuah Panduan Kuno untuk Mati. Jadi, setelah membaca review singkat ini, apakah Grameds ingin tahu lebih banyak tentang ilmu kehidupan dari buku ini? Dapatkan bukunya di gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Melani Wulandari

Sumber: Berbagai Sumber

Rekomendasi Buku Terkait

Filosofi Teras (Edisi Baru)

 

Buku yang pertama kali diterbitkan pada 2019 ini mengajarkan kita tentang pengendalian emosi negatif yang ada dalam diri kita. Buku Filosofi Teras menjadi buku mega best seller, dan memenangkan Book of the Year di Indonesia International Book Fair pada 2019. Filosofi Teras memiliki tebal sebanyak 344 halaman.

Buku ini mudah dipahami dengan ilustrasi tokoh filsafat, serta kata-kata bijak yang menambah daya tarik dalam membaca. Buku karangan Henry Manampiring ini sangat cocok dibaca untuk para generasi milenial, dan Gen Z dalam menghadapi ketakutan, kekhawatiran, kecemasan, serta hal negatif lainnya.

Awal mula kehadiran buku ini tidak lain dari latar belakang kondisi sang penulis yang didiagnosis major depressive disorder. Hingga akhirnya, ia menemukan buku tentang penerapan filsafat stoa dalam hidup.

Stoa sendiri identik dengan kesederhanaan, dan menerima keadaan yang tidak bisa dikendalikan. Namun, stoicism bukan berarti pasrah dan tidak peduli sama sekali. Filsafat ini mengajarkan kita untuk memiliki prinsip indifferent.

Sebuah Seni tentang Kebahagiaan, Kebaikan, Kemarahan, dan Pengampunan

 

Lucius Annaeus Seneca, atau yang dikenal sebagai Seneca, merupakan seorang filsuf Stoik (mazhab filsafat Yunani kuno) Romawi. Seneca dilahirkan sebagai keturunan Spanyol dari Kordoba (koloni Romawi yang terkenal).

Ia berasal dari keluarga Annaeus, golongan bangsawan; dan ayahnya yang juga bernama Seneca, dibedakan dari putranya, dengan mendapat gelar Sang Orator. Selama hidup, Seneca meninggalkan karya berupa tulisan yang cukup masyhur pada Era Renaisans. Karya-karyanya mencerminkan pemikirannya yang bijaksana perihal kehidupan pada masanya. Tak heran, pemikirannya pun menjadi inspirasi bagi tokoh pemikir lainnya, seperti Marcus Aurelius dan William Shakespeare.

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy