in

Review Buku Im Not Okay Oleh Devi Ardiyanti dan Mirna Rahmasari

Rating: 3.9/ 5

 

Pernahkah Grameds merasa sangat putus asa, kebingungan, kehilangan arah atau bahkan tujuan hidup karena masalah dalam hidup yang datang bertubi-tubi? Atau karena rencana yang selama ini telah ditata matang-matang rupanya tak berhasil?

Im Not Okay

button cek gramedia com

Ketika perasaan tersebut muncul, Grameds mungkin malu atau bahkan enggan mengakui bahwa kegagalan dan masalah dalam hidup tersebut membuat diri Grameds merasa tidak baik-baik saja.

Akan tetapi, rupanya mengakui bahwa keadaan diri sendiri sedang tidak baik-baik saja bukanlah suatu kelemahan. Lalu bagaimana cara Grameds dapat memproses perasaan-perasaan tersebut dan menerima bahwa keadaan?

Grameds bisa mendapatkan insight baru tentang cara memproses perasaan-perasaan sedih, terluka atau kecewa. Dengan buku ini, Grameds bisa mencari semangat baru dari rasa kalut dan sedih dari peristiwa menyedihkan atau bahkan traumatik dalam hidup Grameds.

Sinopsis Buku Im Not Okay Oleh Devi Ardiyanti dan Mirna Rahmasari

Hidup terkadang tak berjalan sesuai dengan rencana. Ada kalanya ketika kita sudah melakukan yang terbaik dan berharap semuanya berjalan dengan indah, nyatanya realita menampar dengan keras hingga merasakan kenyataan pahit mengguncang.

Im Not Okay

button cek gramedia com

Rasa lelah dan luka akan kenyataan yang ada pun tidak terelakkan. Hingga kita diharuskan membuat pilihan, pergi atau bertahan. Buku ini akan membawa kita untuk menyelam lebih jauh mengenai hal-hal yang dapat membuat diri terluka serta merasakan pahitnya dunia.

Tidak hanya itu saja, kita juga diajak untuk belajar bagaimana cara menentukan suatu pilihan, apakah harus bertahan atau pergi dari kenyataan. Disuguhkan pula dengan hal-hal yang membuat kita merasa tidak baik-baik saja.

Ada perasaan yang mungkin muncul dan hadir ketika seseorang membuat keputusan akan apa yang harus dilakukan untuk dapat menyelesaikan masalah yang ada dalam hidup. Entah itu merasa tidak baik-baik saja atau merasa biasa saja.

Pada bab-bab selanjutnya dalam buku ini, penulis akan membantu pembaca untuk memahami bahwa kita tidak apa-apa untuk merasa hancur, merasa lelah juga untuk merasakan segala perasaan buruk.

Meskipun begitu, tetap saja ada pilihan yang bisa dilakukan, yaitu dengan bertahan serta menerima kenyataan yang ada dalam hidup. Bagaimana jika merasa baik-baik saja dengan pahitnya kehidupan ini? Tentu saja tidak apa-apa.

Mengungkap Rahasia Sukses Leonard Hartono dalam Buku A Book by Overpost: Business 101

Pembaca dapat mendalami hal ini pada bab terakhir dalam buku Im Not Okay. Ketika seseorang merasa memiliki semangat baru serta sudah siap dengan rintangan yang ada, maka pundak akan terasa lebih tegap, diri menjadi lebih siap dan keyakinan pun menjadi semakin mantap.

Buku Im Not Okay cocok dibaca bagi orang-orang yang sedang mengalami luka karena berbagai macam alasan, bagi orang yang ingin menerima kenyataan yang ada di dalam hidupnya dan juga bagi orang yang ingin bertahan hidup, meskipun kehidupan sangat pahit serta penuh dengan luka-luka.

Bagi orang yang ingin mengatasi permasalahan hidup yang sedang melanda, buku ini juga sangat cocok untuk menemani dan belajar dari masalah tersebut. Tentu saja, buku ini juga bisa dibaca oleh siapa saja. Selamat membaca dan selamat belajar meng-upgrade diri.

Review Buku Im Not Okay Oleh Devi Ardiyanti dan Mirna Rahmasari

Im Not Okay

button cek gramedia com

Sumber: Pexels/ Daniel Reche/ https://images.pexels.com/photos/3601097/pexels-photo-3601097.jpeg?auto=compress&cs=tinysrgb&w=1260&h=750&dpr=1

Im Not Okay merupakan sebuah buku pengembangan diri yang ditulis dari dua sudut pandang penulis yaitu Devi Ardiyanti dan Mirna Rahmasari. Grameds mungkin khawatir jika ada perbedaan sudut pandang dari kedua penulis yang mungkin akan menyebabkan kebingungan.

Namun, Grameds tak perlu khawatir karena kedua penulis buku Im Not Okay ini berhasil menuliskan materi tentang cara menghadapi perasaan negatif dengan baik, sehingga tidak membuat pembaca kebingungan.

Dalam buku ini, kedua penulis menekankan bahwa setiap manusia pasti pernah mengalami serta merasakan perasaan negatif. Bagi sebagian orang, perasaan negatif ini lebih mudah diatasi dan dicerna.

Akan tetapi sebagian besar lainnya kesulitan dalam memproses perasaan negatif tersebut, hingga alih-alih mencoba menyembuhkan dan memahami perasaan itu, beberapa orang memilih untuk menghindar serta menyangkalnya.

Dengan sudut pandang tersebut, penulis menekankan bahwa perasaan negatif seperti sedih, cemas, kecewa dan lainnya rupanya memerlukan validasi dan harus diterima, meskipun sulit untuk memprosesnya.

Buku ini juga membahas bahwa setiap orang menghadapi ujian dalam hidup, meskipun tidak sama akan tetapi kesulitan dalam kehidupan tersebut dialami oleh setiap orang dan sebagai manusia kita tak perlu merasa kecil atau berbeda dari yang lainnya.

Apapun yang dirasakan oleh Grameds saat ini adalah suatu hal yang bersifat wajar. Wajar jika suatu waktu Grameds merasa lelah, sedih, kesal atau bahkan karena marah karena hal-hal yang tidak berjalan sesuai rencana.

Dalam buku, Devi Ardiyanti dan Mirna Rahmasari mengingatkan para pembaca bahwa satu hal yang perlu diingat ketika menjalani hidup adalah segala permasalahan memiliki jalan keluar. Salah satu cara mencarinya adalah dengan memvalidasi perasaan negatif tersebut lalu berpikir dengan jernih.

Dengan memvalidasi dan menerima perasaan negatif itu, Grameds dapat berpikir lebih jernih setelah berhenti menyalahkan diri sendiri dan kemudian solusi yang lebih baik pun akan muncul perlahan-lahan.

Perasaan negatif yang pernah dirasakan oleh setiap orang menghadapkan masing-masing dari kita pada dua pilihan, yaitu bertahan atau bergerak.

Kedua pilihan ini harus diambil, meskipun rasanya seperti menelan pil pahit yang tak kunjung hilang di ujung tenggorokan. Grameds perlu belajar menerima keadaan dengan perlahan dan menghadapi permasalahan dalam hidup.

Setelah bertahan, penulis mengajak pembaca untuk bergerak. Bergerak menyelesaikan setiap permasalahan dari hal-hal kecil dan dimulai dari diri sendiri, seperti melakukan introspeksi diri, berkomitmen, menanamkan rasa ikhlas hingga mencari lingkungan yang dapat membuat Grameds menjadi lebih baik.

Dengan solusi yang ditawarkan untuk memproses rasa negatif tersebut, penulis mengingatkan pembaca untuk tetap memiliki harapan ketika sedang jatuh, ketika hidup seolah tidak berpihak pada Grameds.

Karena menurut Devi Ardiyanti dan Mirna Rahmasari, setiap luka dapat membuat diri seseorang menjadi lebih peka serta kuat pada cobaan kehidupan. Penyembuhan serta pembelajaran yang didapatkan akan membentuk diri Grameds menjadi sosok yang pandai membaca peluang di masa depan.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Im Not Okay Oleh Devi Ardiyanti dan Mirna Rahmasari

Im Not Okay

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti.
  • Memberikan sudut pandang baru tentang cara menghadapi perasaan negatif.
  • Memberikan beberapa kutipan penyemangat hidup dari tokoh-tokoh terkenal.
  • Tersedia halaman kosong yang bisa digunakan sebagai catatan untuk pembaca.
Cons
  • Kurang rujukan untuk memperkaya khasanah pengetahuan pembaca.

Im Not Okay adalah salah satu buku pengembangan diri yang cocok dibaca jika kamu suka membaca buku-buku non-fiksi yang mampu menyalakan kembali semangat dan motivasi dalam hidup.

Dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti, buku ini akan mempermudah Grameds mengolah perasaan-perasaan negatif yang akan terus datang jika hanya dipendam.

Beberapa review dari para pembaca buku Im Not Okay rupanya ada kelebihan serta kekurangan yang ikut mewarnai buku ini.

Kelebihan Buku Im Not Okay

Im Not Okay

button cek gramedia com

Ada beberapa kelebihan dari buku satu ini. Salah satunya adalah cara kedua penulis menjelaskan setiap bab dalam buku menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh para pembaca.

Hal ini menjadi nilai plus, bukan hanya sekadar membuat pembaca cepat mengerti, tetapi dengan bahasa sederhana tersebut penulis seolah bisa menempatkan diri dan memahami kondisi pembaca dari buku Im Not Okay.

Pembaca yang sedang kalut dengan perasaan negatif yang tidak dapat dicerna, tentu akan lebih mudah mengerti ketika membaca buku-buku dengan bahasa sederhana. Dalam keadaan hati yang kalut, buku ini seperti menyapu awan mendung dalam diri pembacanya.

Buku ini juga mengangkat sudut pandang baru tentang perasaan seseorang. Tak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan dari kita merasa lebih mudah untuk lari dan bersembunyi dari perasaan negatif yang tidak menyenangkan hati.

Namun, Devi Ariyanti dan Mirna Rahmasari memberikan sudut pandang baru pada pembaca, bahwa setiap perasaan negatif tersebut tidak perlu ditakuti dan perlu divalidasi. Perasaan negatif yang disembunyikan lama-lama justru akan menjadi luka borok untuk mental seseorang.

Di setiap bab dengan deskripsi menyentuh untuk membangkitkan semangat, penulis juga tidak lupa untuk menyisipkan kalimat motivasi dan penyemangat yang disampaikan oleh tokoh-tokoh besar di dunia.

Kutipan tersebut akan membuat pembaca menyadari bahwa orang-orang besar dan sukses pun pernah menghadapi permasalahan yang sama. Sehingga, sebagai seorang manusia, kita tak perlu merasa kecil atau rendah diri karena perasaan negatif dan permasalahan tersebut.

Nilai plus lain dari buku ini adalah penerbit, yaitu Terang Sejati, menyisipkan satu halaman kosong. Halaman kosong ini bisa menjadi catatan untuk para pembaca, sehingga Grameds dapat segera mengaplikasikan ilmu baru yang ada dalam buku.

Kekurangan Buku Im Not Okay

Im Not Okay

button cek gramedia com

Dari beberapa nilai positif pada buku Im Not Okay berdasarkan review pembaca, ada pula kekurangan buku pengembangan diri yang ditulis oleh Devi Ariyanti dan Mirna Rahmasari ini.

Sebagai buku non-fiksi, Im Not Okay kurang mencantumkan sumber rujukan sebagai tambahan khasanah pada buku pengembangan diri satu ini. Alih-alih hanya memberikan opini dalam menghadapi perasaan negatif, penulis bisa mencantumkan beberapa pandangan dari ahli terkait permasalahan yang sama.

Penulis bisa menerangkan sedikit teori dengan bahasa sederhana dari para cendekiawan terkait cara mengolah perasaan negatif yang baik. Dengan adanya banyak rujukan, buku ini akan semakin kaya dengan insight yang bisa diambil oleh pembacanya.

Selain kekurangan tersebut, secara keseluruhan, buku Im Not Okay yang ditulis oleh Devi Ariyanti dan Mirna Rahmasari dirasa mampu mendorong semangat dan perubahan dalam diri seseorang.

Buku ini cocok untuk Grameds yang terkadang masih sering berpikir bahwa perasaan sedih, cemas, atau perasaan negatif lain perlu dijauhi. Padahal, perasaan-perasaan tersebut perlu diterima dan divalidasi.

Im Not Okay akan membuat Grameds tersadar bahwa munculnya perasaan negatif adalah suatu hal yang wajar dan tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja serta mengakui perasaan-perasaan tersebut.

Buku satu ini bisa Grameds baca ketika sedang merasa lelah karena perasaan negatif yang menyelimuti hati, karena akan memberikan dorongan kecil.

Salah satu cara untuk sembuh dari luka batin karena perasaan negatif tersebut dimulai dari diri sendiri, seperti berpikir positif. Mulai dari pikiran, Grameds bisa mendapatkan kehidupan yang lebih bahagia.

Penutup

Im Not Okay

button cek gramedia com

Hal menarik lain yang menjadi highlight dari buku ini adalah bagaimana dua penulis tidak berfokus menjelaskan bagaimana pahitnya kehidupan, tetapi juga menekankan bahwa setiap manusia memiliki macam-macam penderitaan.

Salah satunya adalah tentang kesuksesan yang menjadi bahan utama dalam peramuan keterpurukan hidup beberapa orang. Pada bab tersebut, kedua penulis tidak banyak bertele-tele dan menjelaskan tentang perasaan gagal karena belum sukses secara sederhana.

Alih-alih hanya menjelaskan dengan banyak kalimat manis, penulis buku Im Not Okay juga mencantumkan beberapa pertanyaan relevan untuk membuat pembaca tersadar bahwa kesuksesan tidak harus sesuai dengan standar sosial yang ada di masyarakat.

Penulis seolah ikut menepuk pundak para pembaca dan menyadarkan, bahwa setiap bentuk pencapaian meskipun hal tersebut kecil sekalipun adalah sebuah kesuksesan yang perlu dirayakan.

“Ada banyak hal yang bisa menjadi tolok ukur sebuah kesuksesan. Perlu diketahui bahwa tolok ukur tersebut akan berbeda-beda untuk setiap individu.” (Im Not Okay, halaman 45). 

Secara keseluruhan, buku ini merupakan sebuah buku pengembangan diri yang sederhana dan terasa hangat. Penulis ikut mencantumkan beberapa kutipan relevan dari para tokoh-tokoh sukses seperti Thomas Alfa Edison, Ali bin Abi Thalib, Sujiwo Tejo dan lainnya.

Buku satu ini cocok dibaca oleh Grameds yang saat ini sedang bingung tentang perasaan sedih yang tiba-tiba muncul atau merasa galau karena tidak kunjung mencapai kesuksesan atau perasaan negatif lain yang sulit untuk dicerna.

Penulis: Khansa

 

Rekomendasi Buku Terkait

Chicken Soup for the Soul Berpikir Positif Hidup Bahagia

Chicken Soup for the Soul Berpikir Positif Hidup Bahagia

button cek gramedia com

Kadang, kita butuh contoh, seorang panutan, seseorang yang bisa diteladani saat kita sendiri tengah mencoba bangkit, menarik napas dalam-dalam, dan mencari cara untuk melangkah maju. Maju ke tujuan yang baru. Maju menuju bahagia. Menuju tempat yang berbeda dari tempat yang dahulu. Tempat berisi keadaan ketika kita mencari-cari pikiran positif dan asa untuk bisa berbahagia. Tempat itu tetap di sana sambil kita bergerak maju. Setiap kisah dari 101 kisah bahagia dalam buku ini datang dari pikiran positif. Kita akan diajak menciptakan kenangan sendiri dan merayakan kebahagiaan. Dengan mengenali perasaan bahagia hari ini, kita dapat senantiasa merasa bahagia esok dan di seluruh hari lain di masa yang akan datang.

Berani Memaafkan dan Melupakan

Berani Memaafkan dan Melupakan

button cek gramedia com

Luka batin dapat dialami oleh siapa saja, secara disadari ataupun tidak. Penyebabnya pun beragam, mulai dari kata-kata-yang ditujukan secara langsung maupun tidak langsung, harapan dan impian yang belum tercapai, hingga keretakan hubungan sosial, baik dalam keluarga, pertemanan, maupun kisah asmara. Sejatinya luka batin adalah sesuatu yang wajar dialami mengingat manusia adalah makhluk sosial. Luka batin menjadi konsekuensi umum yang muncul dari interaksi antarmanusia. Bahkan emosi negatif yang timbul akibat luka batin memiliki manfaat untuk kesehatan mental seseorang, asalkan dalam taraf yang wajar dan dihadapi dengan tepat. Meski begitu, sebagian orang masih belum bisa menghadapi luka batin secara bijak. Padahal, luka batin yang tidak direspons secara tepat dapat mengakibatkan dampak negatif dalam kehidupan seseorang. Untuk itulah buku ini hadir. Di dalamnya dijelaskan mengenai luka batin secara mendalam, mulai dari hakikat beserta hal-hal yang berpotensi menyebabkan luka batin, cara merespons luka batin secara tepat, hingga langkah menyembuhkan luka batin, salah satunya dengan memaafkan. Sejatinya menyembuhkan luka batin dengan memaafkan adalah langkah yang sangat diperlukan dalam rangka pemulihan diri seseorang sehingga ia dapat memperoleh suasana hati yang tenteram. Karena itulah, memaafkan menempati bagian tersendiri dalam buku ini. Harapannya para pembaca akan mendapatkan insight sehingga dapat menemukan jalan bagi penyelesaian masalah luka batinnya, khususnya dengan memaafkan.

Pastikan Ikhlasmu Itu Luas

Pastikan Ikhlasmu Itu Luas

button cek gramedia com

Pastikan Ikhlasmu Itu Luas – Berjuang Sendiri, bangkit sendiri, sakit sendiri, hadapi masalah sendiri. Memiliki luka dan trauma itu adalah hal yang wajar, kok. Sebab, gak bisa dipungkiri bahwa kita sebagai manusia pasti hidup berdampingan dengan rasa sakit yang mungkin berangkat dari kekusutan dalam keluarga, dalam pertemanan, atau dalam mencari pasangan hidup. Kebanyakan dari luka-luka batin ini kemudian akan meninggalkan bekas. Dan bekas luka inilah tanda bahwa datang dan pulangnya luka ini semuanya akan bermuara pada dirimu sendiri. Berjuang sendiri, bangkit sendiri, sakit sendiri, hadapi masalah sendiri. Maka, pastikan ikhlasmu itu luas, ya!

 

Sumber: 

  • https://www.instagram.com/p/C4QAYtGxAip/?img_index=3
  • https://www.instagram.com/p/C16GEeTx2ne/?img_index=1

Written by Adila V M