in

Review Buku Jais Darga Namaku

Rating 4,2/5

 

Siapa yang tidak mengenal Jais Darga? Dalam seni rupa Indonesia dan Internasional, Jais Darga sangat dikenal sebagai seorang art dealer Indonesia yang sudah mendunia. Art Dealer sendiri bisa disebut dengan penyalur seni atau pedangan seni. Mereka adalah orang atau perusahaan yang menjual dan membeli karya seni.

Jais Darga Namaku

button cek gramedia com

Buku Jais Darga Namaku ini merupakan buku yang membuat kisah hidup yang inspiratif seorang art dealer perempuan pertama di Indonesia. Menceritakan mengenai perjalanan Jais Darga hingga dapat menaklukan kubu-kubu seni di berbagai kota besar di dunia. Buku autobiografi ini ditulis oleh penulis Ahda Imran yang dikemas dengan baik agar para pembaca dapat mengenal Jais Darga.

Sinopsis Buku Jais Darga Namaku

Holiday Sale

Dengan latar belakang kehidupan keluarga menak Sunda, dunia anak muda Kota Bandung 1970-an, hingga bisnis seni rupa di Paris, London, Amsterdam, New York, Singapura, dan Hongkong, buku ini mengisahkan perjalanan hidup seorang perempuan Indonesia dengan seluruh ambisinya.

Jais Darga Namaku

button cek gramedia com

Ambisi itu membuatnya dikenal sebagai Jais Darga atau Madam Darga, seorang art dealer internasional di Paris. Ambisi yang membuat Jais terus mengembara ke banyak negeri jauh, sehingga ia tak bisa lagi membedakan apakah ia sedang “pergi” atau “pulang”. Jais Darga telah memulai karirnya di industri seni sejak tahun 1980-an sehingga menjadikannya berprofesi dengan jam terbang yang tinggi dan reputasi yang baik bahkan mampu mendatangkan karya-karya seni kelas kaliber ke Indonesia.

Autobiografi (as told to) yang disajikan dengan gaya novel ini tak hanya berkisah perihal Jais Darga, tapi juga mengisahkan pergulatan hidup seorang perempuan, seorang anak, seorang istri dan ibu. Berbaur dengan ambisi dan pergulatannya dalam dunia bisnis, ada banyak lapisan kisah yang tersimpan.

Kisah perempuan dalam kesepiannya, kegelisahannya, kesakitan, pengkhianatan, dan penghinaan. Seluruh lapisan kisah berpusat pada ambisi serta pergulatannya mempertahankan kedaulatan dirinya. Bukan dalam dunia bisnis belaka, tapi juga terhadap kuasa lelaki. Termasuk kedaulatannya atas tubuh dan bagaimana kuasa itu dihadapinya, seperti dikatakan Jais Darga,

“Aku tidak merasa dilahirkan sebagai perempuan, tapi terpilih sebagai perempuan.”

Profil Penulis Buku Jais Darga Namaku

Novel Jais Darga Namaku ini ditulis oleh penulis penyair dan esais Indonesia, Ahda Imran. Ahda adalah penulis kelahiran 10 Agustus 1966 di Kenagarian Baruah-gunung, Sumatera Barat. Namun ia besar dan berkarya di CImahi. Ia aktif menulis puisi, cerpen, novel, drama, kritik, dan esai. Antologi Puisi tunggalnya yang telah terbit berjudul Dunia Perkawinan (1999), dan Penunggang Kuda Negeri Malam (2008), Rusa Berbulu Merah (2014).

Ahda juga menulis sejumlah monolog yang telah dipentaskan, antara lain Inggit dan Tan Malaka: Saya Rusa Berbulu Merah, juga Monolog Empat Perempuan yang ditulis bersama Gunawan Maryanto dan Djenar Maesa Ayu. Bersama Agus Noor dan Hasan Aspani ia menulis lakon Perempuan-perempuan Chairil. Ia menyunting sebuah buku antologi; Muktamar, Kumpulan Puisi Penyair Jawa (2003); Aku Akan Pergi ke Banyak Peristiwa, Kumpulan Puisi 9 Penyair Jawa Barat (2005); Di Atas Viaduct (Bandung Dalam Puisi Indonesia) (2009).

Selain itu Ahda Imran juga mendapatkan beberapa penghargaan yaitu pada tahun 2014, karya kumpulan puisi berjudul Rusa Berbulu Merah masuk dalam daftar lima besar nominasi ajang Kusala Sastra Khatulistiwa. Pada tahun 2022 juga ia masuk ke dalam nominasi Penulis Skenario Adaptasi Terbaik bersama Kamila Andini dalam film Nana di Festival Film Indonesia 2022.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Jais Darga Namaku

Jais Darga Namaku

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Buku autobiografi yang dituliskan dengan prosa yang indah dan menjadikannya seperti novel fiksi
  • Terdapat beberapa foto Jais Darga ketika kecil hingga dewasa bersama keluarganya
  • Terdapat banyak pelajaran yang dapat dipetik
  • Terdapat catatan kaki untuk bahasa-bahasa sunda
  • Pengetahuan untuk pembaca agar mengetahui mengenai dunia seni di Indonesia.
Cons
  • Pemilihan kata yang sulit dipahami untuk beberapa orang karena sangat puitis.

Kelebihan Buku Jais Darga Namaku

Jais Darga Namaku

button cek gramedia com

Kelebihan buku Jais Darga Namaku yang pertama adalah meski buku ini merupakan buku autobiografi namun penulisan dari buku ini sendiri jauh dari kata membosankan. Seluruh pemilihan prosa dan kata-kata yang digunakan sungguh indah dan teknik bercerita yang tidak seperti buku autobiografi namun lebih seperti novel fiksi.

Selain itu buku Jais Darga Namaku ini juga dilengkapi beberapa foto dari Madam Darga atau Jais Darga sendiri. Foto-foto ini menggambarkan perjalanan Jais Darga sejak ia masih duduk dibangku sekolah hingga sudah menjadi remaja bahkan wanita dewasa. Semua foto ditampilkan dalam warna hitam putih dan juga berwarna yang membuat buku ini semakin unik untuk dibaca dan dinikmati.

Buku Jais Darga Namaku ini bukan semata-mata menjadi buku yang merupakan kisah perjalanan keturunan seorang menak Sunda yang diceritakan dalam sebuah buku. Namun didalamnya terdapat banyak pelajaran hidup yang dapat diambil oleh pembacanya. Pelajaran dimana ketabahan dan kegigihan seseorang bisa membuat dirinya menjadi pribadi yang sukses nantinya. Selain itu buku ini juga mengajarkan bahwa perempuan bisa menjadi apa yang mereka inginkan meski banyak peran yang harus dijalani seperti ibu dan istri. Bagaimana seorang perempuan memiliki harga diri dan martabat yang dia perjuangkan dengan mengorbankan banyak hal.

Karena buku Jais Darga Namaku ini menceritakan mengenai Jais Darga yang berasal dari tanah Sunda maka ada beberapa kata yang menggunakan bahasa sunda baik dalam bentuk bahasa sehari-hari. Karena menggunakan bahasa sunda dan ungkapan bahasa sunda, penulis juga sudah menyediakan catatan kaki untuk para pembaca yang tidak mengerti. Catatan kaki di bawah halaman ini dapat membantu pembaca dalam mengartikan kata yang ada di dalam buku

Selain itu kelebihan buku Jais Darga Namaku ini yang menjadikannya alasan mengapa kamu harus membacanya adalah agar kita lebih tahu mengenai dunia perdagangan seni baik di Indonesia sendiri atau bahkan di kancah internasional. Indonesia sendiri memiliki banyak seniman yang berbakat namun kurangnya branding yang kuat, para seniman ini akan sulit berkembang pesat terutama di kancang internasional. Namun dengan adanya buku ini kita bisa melihat bagaimana perempuan Indonesia pertama yang bisa menjadi art dealer.

Kekurangan Buku Jais Darga Namaku

Jais Darga Namaku

button cek gramedia com

Buku Jais Darga Namaku memang ditulis oleh seorang penyair dan juga esais yang sudah memiliki banyak sekali karya puisi dan antologi. Maka dari itu kosakata dan prosa yang digunakan memang sangat filosofis dan juga bahasa sastrawan sekali. Namun meski demikian setiap kalimat dan katanya masih mudah untuk dipahami untuk kamu yang tidak suka membaca buku-buku dengan bahasa yang sulit.

Pesan Moral Buku Jais Darga Namaku

Jais Darga Namaku

button cek gramedia com

Buku Jais Darga Namaku memiliki beberapa pelajaran hidup yang dapat kita ambil terutama untuk wanita. Karir yang dijalani oleh Jais Darga memang jarang dilakoni oleh wanita namun dengan kegigihan dan ambisinya, Jais Darga berhasil menjadi art dealer wanita pertama di Indonesia yang sudah mendunia. Kegigihan dan pengorbanannya menjadikan Jais Darga menjadi wanita sukses saat ini. Buku ini mengajarkan kita untuk tetap berambisi dan juga mengejar cita-cita meski tuntutan menjadi ibu dan istri memang suatu kewajiban yang perlu ditanggung oleh wanita.

Penutup

Jais Darga Namaku

button cek gramedia com

Grameds, buku Jais Darga Namaku ini cocok untuk grameds yang mencari buku autobiografi namun tidak ingin buku yang membosankan. Buku Jais Darga Namaku ini dituliskan dengan bahasa yang indah dan penempatan cerita yang unik dan menarik. Jadi kamu tidak akan terasa seperti membaca sebuah autobiografi namun terasa seperti membaca novel fiksi yang mengalir. Buku ini sangat direkomendasikan bagi kamu yang menyukai dunia seni dan ingin mengetahui lebih mengenai dunia seni.

Jika Grameds tertarik membaca buku Jais Darga Namaku ini, Grameds bisa mendapatkannya di Gramedia.com atau toko buku Gramedia terdekat di kotamu. Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku yang berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Devina

 

Rekomendasi Buku Terkait

Educated (Terdidik): Sebuah Memoar

Educated (Terdidik): Sebuah Memoar

button cek gramedia com

“Educated (Terdidik): Sebuah Memoar” merupakan buku autobiografi yang menceritakan kisah hidup Tara Westover. Cerita yang disuguhkan dalam buku ini akan menginspirasi pembaca.Lahir dari keluarga komunitas penyintas di pegunungan Idaho, Tara Westover berusia tujuh belas tahun saat pertama kali menginjakkan kakinya di ruang kelas. Keluarganya sangat terisolasi dari masyarakat kebanyakan sehingga tidak ada yang memastikan apakah anak-anak mereka mendapatkan pendidikan, dan tidak ada yang turun tangan ketika salah seorang kakak laki-laki Tara melakukan kekerasan. Ketika seorang kakak laki-lakinya yang lain masuk perguruan tinggi, Tara memutuskan mencoba kehidupan baru. Pencariannya akan pengetahuan mengubahnya, membawanya melintasi lautan dan benua, ke Harvard dan Universitas Cambridge. Baru setelah itu dia bertanya-tanya apakah dia telah bepergian terlalu jauh, apakah masih ada jalan pulang.

Cerita Tentang Saya dan Orang-orang Sekitar Saya

Cerita Tentang Saya dan Orang-orang Sekitar Saya

button cek gramedia com

Maestro seni lukis yang menuliskan sendiri kisah hidupnya bisa dihitung jari. Maka autobiografi S. Sudjojono ini, yang oleh sejumlah kalangan disebut Bapak Seni Lukis Modern Indonesia, merupakan sumbangan besar bagi sejarah seni rupa Indonesia. Lewat buku ini kita diajak memasuki berbagai situasi yang dialami oleh Sudjojono dan mengikuti tentang seni lukis.

Cerita tentang Saya dan Orang-orang Sekitar Saya menjadi lebih komplit dengan terbitnya biografi Rose Pandawangi, Kisah Mawar Pandawangi, wangi yang dibundel menjadi satu. Saling melengkapi, kedua buku ini dapat dikatakan sebagai karya tentang dua tokoh yang kehidupannya pernah menjadi perbincangan hangat di Tanah Air pada zamannya.

Kisah yang menarik tentu terkait percintaan dan kemudian perkawinan Sudjojono dengan Rose Pandawangi, yang pada akhir 1950-an menjadi perbincangan banyak kalangan.

Buku ini aslinya ditulis dengan menggunakan mesin ketik oleh S. Sudjojono setebal 49 halaman. Dalam naskah itu, terasa betul Sudjojono menulis layaknya orang sedang bercerita. Selain autobiografi, buku ini juga memuat beberapa bagian dari tulisan lepas Sudjojono serta foto-foto karya, sketsa, dan beragam aktivitas S. Sudjojono yang mendukung autobiografi ini.

Ajaib, Nyata, Terkadang Lucu: Fragmen Autobiografi Toeti Heraty

Ajaib, Nyata, Terkadang Lucu: Fragmen Autobiografi Toeti Heraty

button cek gramedia com

Dari lahir hingga 87 tahun kehidupan menunjukkan berbagai keajaiban seperti tawaran belajar kedokteran di Amsterdam, kehamilan pertama anak kembar, empat kali menjadi pegawai negeri tetapi tidak jadi korban birokrasi malah menjadi guru besar. Memperoleh rumah idaman di Amsterdam, sembuh dari emboli paru-paru kritis pada usia 84 tahun, dan memperoleh cicit pada hari ulang tahun yang lalu. Lalu, tetap produktif sebagai lansia rentan dalam pandemi. Semua keajaiban yang aku syukuri dalam kehidupan sebagai karunia.

Heraty lahir di Bandung, 27 November 1933. Ayahnya, Prof. Dr. Ir. Raden Ruseno Soerjohadikoesoemo, merupakan seorang yang ahli dalam bidang konstruksi beton. Ia juga merupakan salah seorang pendiri Universitas Gadjah Mada dan Yayasan Perguruan Cikini. Heraty juga merupakan seorang Sarjana Muda Kedokteran Universitas Indonesia (1955), Sarjana Psikologi Universitas Indonesia (1962), dan pada tahun 1974 menjadi Sarjana Filsafat dari Rijk Universiteit, Leiden, Belanda. Toeti Heraty juga memiliki julukan, yaitu sebagai “satu-satunya wanita diantara penyair kontemporer terkemuka Indonesia”

 

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.