in

Review Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa

Review Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa – Bagi kamu yang sedang merasa galau dan gelisah akan masa depan yang akan datang, buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa ini cocok untuk kamu baca.

Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa ditulis oleh Alvi Syahrin, seorang novelis ternama Indonesia, yang juga dikenal populer di media sosial. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tanggal 1 November 2019.

Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa menceritakan tentang kondisi yang mana terkadang realita yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi kita, tetapi ketika menghadapi kondisi tersebut, kita harus terus bergerak dan terus menjalani hidup.

Alvi Syahrin menggunakan sudut pandang orang pertama dalam menulis buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa ini. Ia bercerita dengan menempatkan diri, bahwa ia merupakan tokoh yang sedang menghadapi kondisi-kondisi yang mana realita tidak sesuai dengan ekspektasi.

Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa dapat menjadi ‘teman’ bagi para pembacanya, yang berbagi cerita tentang masalah yang relevan dengan masalah yang para pembaca sering alami. Buku ini juga dapat dianggap sebagai ‘obat penenang’ atas perasaan galau, sedih, dan bingung, yang sedang dialami pembaca.

Alvi Syahrin menuliskan buku ini dengan format membaginya ke dalam sejumlah cerita pendek yang ringan untuk dibaca, karena relevan dengan kehidupan sehari-hari pembaca. Alvi Syahrin menyatakan bahwa ia menulis buku ini untuk kalian para murid yang masih sekolah, mahasiswa yang sedang kuliah, seorang fresh graduate yang sedang mencari pekerjaan, para pekerja di usia seperempat abad.

Juga untuk anak pertama yang tertekan, anak tengah yang tidak pernah dilihat, dan anak bungsu yang selalu diremehkan, serta anak rantau yang merindukan rumah. Buku ini untuk kalian, kalian yang sedang khawatir akan masa depan.

Profil Alvi Syahrin – Penulis Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa

Holiday Sale

Alvi Syahrin

Sumber foto: smedian.com

Alvi Syahrin merupakan seorang novelis pria kelahiran Ambon, pada tanggal 20 Januari 1992. Meski berasal dari Ambon, saat ini Alvi Syahrin menetap di Kota Surabaya untuk menempuh pendidikan tinggi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Alvi Syahrin mengambil jurusan Teknik Informatika, jurusan yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan karir kepenulisannya. Pilihan tersebut ia buat dengan latar belakang hobinya ketika masih kecil, yakni bermain dengan robot-robotan.

Namun, hobi menulis sudah dimilikinya sejak Alvi Syahrin juga masih kecil. Proses menulis kreatifnya diawali karena Alvi tidak ingin melupakan imajinasi masa kecilnya. Dari situ ia mulai mencoba untuk menuliskan catatan imajinasinya.

Pada awalnya, Alvi rajin untuk menulis lirik lagu saja, tetapi kemudian ia mulai merambah ke menulis cerita pendek yang mayoritasnya memiliki genre fantasi. Alvi juga pernah merambah ke genre cerita horor. Namun, ia merasa lebih tertarik kepada genre fantasi, karena daya tarik masa kecilnya yang suka berimajinasi.

Alasan Alvi Syahrin ingin menjadi seorang penulis adalah ia ingin membantu dan memberikan manfaat bagi banyak orang yang membacanya, melalui tulisannya. Didasarkan pada alasan tersebut, Alvi kemudian menekuni dunia kepenulisan.

Novel pertama yang diterbitkan Alvi Syahrin memiliki judul “Dilema”, yang ia buat karena tertarik untuk mengikuti lomba menulis buku outline pada tahun 2013. Novel Dilema ini kemudian berhasil membawa Alvi menjadi salah satu pemenang dalam lomba tersebut.

Bermula dari kemenangannya itu, Alvi semakin produktif untuk menulis hingga saat ini. Berbagai karyanya bahkan meraih kesuksesan dengan menjadi buku best-seller. Beberapa contoh karyanya yang lain, yakni Insecurity Is My Middle Name, Swiss: Little Snow in Zurich, Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta, Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja, dan Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa.

 

Sinopsis Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa

Terdapat sejumlah 45 cerita pendek untuk kalian yang khawatir tentang masa depan. Berikut beberapa contohnya.

Cerita pertama, standar kesuksesan. “Kalau kamu mau sukses, jadi dokter saja”, begitu kata kebanyakan orang. Alasannya, dokter adalah pekerjaan yang mulia, kamu bisa menolong orang lain, selain itu penghasilannya juga terbilang besar.

Ada juga yang bilang, jika kamu mau sukses, jadi PNS aja, hidupmu dijamin akan aman sampai kamu tua dan pensiun nanti. Ada yang bilang juga, jika kamu mau sukses, mending jadi pengusaha. Kamu akan punya penghasilan yang sangat besar, dengan banyak waktu luang.

Namun, itu semua adalah makna kesuksesan berdasarkan kacamata orang lain. Apakah kamu pernah berpikir, apa arti kesuksesan bagi dirimu sendiri? Bagaimana standar kesuksesan yang dirimu sendiri tetapkan?

Apakah kamu dapat dibilang sukses ketika memiliki pekerjaan yang dianggap hebat oleh banyak orang? Apakah kamu dapat dibilang sukses ketika kamu memiliki banyak uang? Kedua hal itu nampaknya hanya standar kesuksesan umum yang dimiliki mayoritas orang.

Cerita kedua, ketika seseorang gagal untuk melanjutkan studi perguruan tinggi di universitas impiannya, Universitas Negeri. Bukan gagal di percobaan pertama, melainkan gagal setelah dua kali berusaha.

Pada akhirnya, hidup harus terus berjalan. Masuklah ke universitas swasta dan penuhi tanggung jawab dengan belajar secara rajin dan sungguh-sungguh. Setelah mulai menekuninya, ternyata terdapat jalan lain yang peluangnya lebih baik dan menjanjikan.

Jalan ini mungkin dapat membawa ia untuk mewujudkan sejumlah mimpinya dan akhirnya mendapat kebahagiaan. Dari kejadian ini, kita dapat melihat bahwa kehidupan seseorang telah diatur sedemikian rupa oleh Tuhan, dengan cara yang terbaik, dan dalam waktu yang terbaik. Dibalik segala hal yang terjadi, terdapat nilai atau hikmah yang dapat dipelajari.

Cerita ketiga, ketika realita tidak sesuai dengan ekspektasi. Di dunia kuliah, pasti banyak di antara kita yang merasa bahwa kita salah jurusan. Tidak jarang ditemukan juga pada akhirnya mahasiswa tersebut pindah jurusan, tapi setelah itu tetap merasa salah jurusan.

Mereka yang dapat pindah jurusan berulang kali mungkin mempunyai latar belakang kondisi ekonomi yang cukup baik atau kemampuan otak yang unggul. Namun, tidak semua orang memiliki keberuntungan seperti itu.

Jadi, yang bisa kamu lakukan adalah hadapi yang ada di depanmu, tekuni hal itu, anggap itu sebagai tantangan yang dapat membuat dirimu berkembang menjadi lebih baik. Namun, perlu diingat untuk tidak meninggalkan bidang-bidang yang memang kamu minati dan dapat membuatmu bahagia.

Sebab, kita tidak akan pernah mengetahui kesuksesan datang dari mana. Mungkin kesuksesan akan datang dari bidang yang kamu ambil ketika kuliah, mungkin juga datang dari bidang yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kuliahmu. Penting untuk kamu dapat bersyukur atas segala yang sudah ada di hadapanmu dengan kepercayaan bahwa itu adalah jalan yang telah ditetapkan bagimu, dan menekuninya.

Cerita keempat, anggapan seseorang mengenai hidup orang lain. Seringkali kita mendapatkan dari penglihatan kita, nampaknya hidup orang lain jauh lebih baik dibandingkan dengan hidup kita.

Namun, pernahkah kamu berpikir bahwa banyak orang lain juga yang memandang sebaliknya? Melihat bahwa kehidupan kita lebih baik dibanding kehidupan mereka. Jadi, selama ini kita saling berprasangka. Memang yang dimiliki orang lain akan selalu terlihat lebih baik.

Contohnya, ketika kita masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, pasti ada kalanya kita bosan dengan sekolah yang begitu saja aktivitasnya selama bertahun-tahun. Lalu, kita melihat bahwa mereka yang sudah menjadi mahasiswa terlihat hidupnya lebih bebas ketika kuliah.

Jadi, kita memiliki keinginan untuk cepat-cepat kuliah untuk mendapatkan kebebasan. Selain itu, kita dapat memilih bidang yang kita minati, tidak seperti sekolah yang menuntut untuk mempelajari seluruh bidang.

Namun, setelah tiba pada akhirnya kita merasakan sendiri hidup sebagai seorang mahasiswa, dengan tugas yang sangat banyak, teman-teman yang berjalan sendiri karena memiliki kesibukan masing-masing, kita baru sadar bahwa kehidupan kuliah tidak seindah yang kita lihat dulu.

Belum lagi, begitu beratnya tanggung jawab kita yang sudah memilih jurusan, tapi seiring dengan perjalanan belajar, kita merasa bahwa pilihan kita salah. Merasa salah jurusan. Jika sudah bertemu pada kondisi seperti itu, kita pasti merasa ingin cepat lulus saja.

Setelah akhirnya lulus, hidup juga tidak kemudian menjadi indah secara seketika. Ternyata, begitu susah untuk mencari pekerjaan. Ingin menjadi pengusaha, tapi realitanya tidak semudah kutipan motivasi yang sering kita dengar.

Setelah sudah mendapatkan kerja, kita terpaku oleh tanggung jawab, dikejar deadline, terkadang merasa gaji yang diberikan tidak sesuai dengan pekerjaan dan pengorbanan yang telah kita lakukan. Kejadian seperti ini nampaknya tidak ada habisnya dan akan terus terjadi.

Sampai, pada akhirnya mungkin ada di antara kita yang berpikir bahwa jalan keluar terbaik adalah meninggalkan kehidupan ini. Namun, kematian juga tidak pasti, tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan setelah kematian.

Cerita kelima, apakah kuliah itu penting? Jika melihat dari sejumlah orang sukses di luar sana, misalnya Mark Zuckerberg sang pendiri Facebook, Bill Gates sang pendiri Microsoft, dan Steve Jobs sang pendiri Apple, mereka semua drop out dari kuliah.

Namun, meski perjalanan kuliah mereka tidak berjalan lancar, mereka dapat meraih kesuksesan karena mereka rajin untuk belajar, melakukan eksperimen, dan berani mencoba lagi meski sudah gagal. Jadi, mereka tidak kuliah bukan berarti mereka berhenti belajar, melainkan sebaliknya, mereka tidak pernah berhenti belajar.

Kuliah sebenarnya bukan hanya sekedar memperdalam ilmu saja, dan belum tentu perjalanan karir kita akan seduai dengan bidang yang kita ambil ketika semasa kuliah. Namun, pelajaran yang paling berharga ketika masa kuliah didapat dari pengalaman sehari-hari ketika menjalankan kuliah.

Seperti bersosialisasi dengan banyak orang, berbicara dengan dosen, belajar negosiasi, belajar menerapkan tata krama yang baik, perjuangan ketika mengerjakan tugas harian atau tugas akhir, dan masih banyak lainnya.

Cerita keenam, aku hanya ingin membuat orang tuaku bangga kepadaku. Ada saatnya kita memiliki keinginan yang sekiranya terlalu muluk-muluk, dan pada saat itu, seringkali kita jadikan orang tua kita sebagai alasannya.

Kita seringkali berkata, “aku hanya ingin membuat orang tuaku bangga”. Namun, sesungguhnya bagi orang tua, hal itu hanya kebutuhan sekunder, atau bisa jadi tidak sama sekali. Sebab, orang tua kita hanya butuh seorang anak yang bisa mendengarkan mereka, menolong mereka, dan berbakti kepada mereka. Kebutuhan mereka sangat sederhana.

Kelebihan Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa

Alvi Syahrin menuliskan buku Jika Kita Tidak Pernah Jadi Apa-Apa ini dengan gaya bahasa sehari-hari yang santai layaknya sedang bercerita kepada seorang teman. Cerita yang dipaparkan Alvi Syahrin juga merupakan cerita pendek yang berdasarkan pada pengalaman sehari-hari. Kedua hal ini menjadikan buku ini sebagai buku bacaan yang ringan dan mudah untuk dimengerti.

Seluruh cerita yang dipaparkan Alvi Syahrin dalam buku ini sangat relevan dengan masalah hidup yang seringkali ditemukan oleh masyarakat umum, terutama kaum muda yang masih mencari jati diri. Jadi, buku ini sangat cocok untuk dibaca kalian yang sekiranya sedang menemukan kesulitan dalam menjalani hidup sebagai seorang mahasiswa, mengejar karir, dan sebagainya.

Buku ini tidak hanya menyodorkan cerita yang relevan saja dengan kehidupan para pembacanya, tetapi buku ini juga bersifat reflektif. Alvi Syahrin menyelipkan beberapa pertanyaan yang dapat direnungkan dan menjadi refleksi bagi para pembacanya.

Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa ini memuat berbagai cerita yang pendek dan sangat sederhana. Namun, dibalik kesederhanaannya tersebut terdapat nilai dan makna yang sangat mendalam. Alvi Syahrin mampu untuk menyampaikan pesan dengan baik kepada para pembaca.

Alvi Syahrin melalui buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa berhasil menangkap segala kegelisahan yang dirasakan para pembacanya. Kemudian, buku ini dapat memberikan ketenangan dengan hadir sebagai teman yang memiliki perjuangan yang sama dengan para pembaca. Banyak sekali hal yang bisa dipelajari dari buku ini.

Kekurangan Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa

Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa mengandung nuansa Islami yang cukup kental di dalamnya, dengan menggunakan beberapa contoh ayat Al-Quran dan hadits. Hal ini mungkin menimbulkan kesan bahwa buku ini mengarah ke teologi dan kurang relevan bagi para pembaca yang beragama non-muslim, karena tidak memiliki pengetahuan akan hal tersebut.

Meskipun buku ini dapat dianggap sebagai teman yang dapat memberikan ketenangan, buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa ini dinilai kurang solutif. Jadi, bagi para pembaca yang ingin mencari solusi atas masalah yang dihadapi, buku ini tidak memiliki jawabannya.

Pesan Moral Buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa

Jangan terjebak oleh standar kesuksesan yang ditetapkan masyarakat umum, karena mereka yang menetapkannya pun belum tentu bisa menggapai kesuksesan tersebut. Tentukan standar kesuksesanmu sendiri yang didasarkan pada hasil evaluasi dan peninjauanmu atas kemampuan dirimu sendiri, juga segala faktor yang dapat memengaruhi dirimu.

Sebab, pada akhirnya yang dapat merasa sukses hanya lah dirimu sendiri. Orang lain mungkin dapat menilai sesuai dengan standar mereka, tetapi yang mengetahui proses panjang yang kamu tempuh dalam meraih kesuksesanmu, dan yang akan merasa bahagia atas hasil kesuksesanmu hanya lah dirimu sendiri.

Dunia tempat kita hidup adalah dunia yang fana dan tidak sempurna, fakta tersebut sepertinya sudah diketahui oleh hampir seluruh orang. Lantas, mengapa seringkali kita menuntut kesempurnaan dalam hidup kita? Mengapa kamu mencari yang kamu tahu hal tersebut tidak ada?

Jika berbicara tentang kesempurnaan, tidak akan ada habisnya. Kita perlu menyadari bahwa ketidaksempurnaan tersebut lah yang membawa warna ke dalam kehidupan kita. Ada kalanya kita harus terima saja, tetap berusaha sebaik mungkin, dan jalani hidup dengan ketidaksempurnaan tersebut.

Bagi kalian yang ingin membaca dan memiliki buku Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa karya Alvi Syahrin, kalian bisa mendapatkannya di www.gramedia.com.

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy