“Bahagia tidak datang dengan sendirinya. Anda-lah yang harus mendatangkan kebahagiaan. Anda harus membuat diri Anda bahagia. Dengan bermacam cara dan gaya.†(Lansia Zaman Now, hlm. 1)
Maria Antonia Rahartati Bambang Haryo adalah penerjemah senior. Sejak tahun 80-an, Ibu Tati—begitu beliau kerap dipanggil—telah menerjemahkan 97 buku dari Bahasa Prancis dan Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.
Hasil terjemahannya yang paling populer adalah komik Asterix karya duet René Goscinny dan Albert Uderzo. Perempuan yang lahir di Solo, 9 Desember 1942 tersebut masih aktif berkegiatan hingga kini.
Pada 2018 lalu, Ibu Tati menerbitkan kumpulan cerpen dan noveletnya berjudul Jeruk Kristal. Beberapa waktu lalu, Ibu Tati juga diundang menjadi fasilitator dalam sebuah lokakarya penerjemahan yang termasuk dalam rangkaian acara Jakarta International Literary Festival (JILF) 2019.
Dalam lokakarya tersebut, Ibu Tati bertekad untuk terus berkarya dengan menerjemahkan dan menulis untuk mengurangi risiko penyakit tua seperti alzheimer dan amnesia.
Menjalani masa senja seperti Ibu Tati memang penuh plus dan minus. Di satu sisi, mereka tentu bersyukur karena sudah diberi umur yang panjang dan bisa menikmati masa tua.
Di sini lain, mereka harus terus melakukan hal-hal yang mereka senangi untuk tetap sehat dan bahagia. Namun, aktivitas apa yang para lansia lakukan pada zaman sekarang?
Threes Emir, seorang pengarang dan juga seorang lansia, baru-baru ini menerbitkan Lansia Zaman Now—sebuah buku yang menjelaskan perbedaan-perbedaan yang terjadi pada para lansia zaman sekarang dan lansia pada era 70 dan 80-an.
Dalam Prakata yang ditulisnya, Threes Emir menjelaskan perbedaan konkrit tersebut dengan menilik sebuah kafe di pusat perbelanjaan di Jakarta pada suatu hari di akhir pekan sekitar pukul 11.00 sampai 13.00. Ibu Threes menyebutkan bahwa 4 dari 10 orang yang terdapat di kafe tersebut adalah lansia.
“Kegiatan iseng (menghitung jumlah pengunjung kafe) itu saya lakukan di akhir pekan, jadi kemungkinan para lansia tersebut sedang menemani atau diajak berjalan-jalan oleh anak cucunya. Intinya, jumlah pengunjung lansia cukup tinggi,†ujar Ibu Threes dalam Prakata buku Lansia Zaman Now.
Lantas, siapakah yang disebut dengan lansia? Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), usia yang masuk kategori lansia adalah 60-74 tahun.
Untuk di Indonesia sendiri, jumlah warga lansia pada 2017 sebesar 9,03 persen. Jumlah tersebut akan meningkat hingga 2030.
Sepertinya tidak ada lansia yang tidak gemar bernostalgia—pun para lansia zaman sekarang. Namun, dengan berubahnya zaman, perilaku para lansia pun berkembang.
Sebagian dari mereka tidak hanya duduk manis di rumah dan menonton televisi, tetapi juga melepas penat dengan jalan-jalan ke pusat perbelanjaan bersama dengan anak dan cucu.
Mereka juga melek gawai yang artinya mereka tidak ketinggalan zaman-ketinggalan zaman amat. Itu menjadi cara mereka bahagia: dengan mengikuti zaman.
Lansia Zaman Now memberikan saran, tip, dan trik soal bagaimana menjalani hari tua sesuai dengan zaman yang berubah sekarang. Salah satunya pada bahasan Bahagia, Ibu Threes memberikan rekomendasi untuk bertemu dengan teman lama.
Ia menceritakan dirinya yang bertemu dengan teman SMA-nya yang sudah lebih dari lima putuh tahun tak dijumpainya. Mereka berdua mengobrol sembari makan siang.
“Ketika harinya tiba, ternyata pertemuan yang hanya berlangsung selama dua jam itu membuat saya sungguh bahagia,†(Lansia Zaman Now, hlm. 6)
Tebal buku bersampul krem dan ungu ini tidak sampai 60 halaman. Isi kontennya pun seimbang antara teks dan gambar—gambar dan halamannya berwarna pula. Pada acara perilisan bukunya, Ibu Threes memberikan alasan tentang Lansia Zaman Now yang tidak terlalu tebal.
Ibu Threes berpendapat bahwa buku itu didesain dengan narasi pendek agar pesannya mudah ditangkap lansia. “Buku yang kalimat dan tulisannya pendek-pendek seperti ini yang akan dibaca oleh lansia,†ujar Ibu Threes.
Lansia Zaman Now cocok untuk dibaca para lansia yang butuh bantuan untuk lebih menikmati masa-masa senja mereka. Buku ini juga perlu dibaca oleh para dewasa yang memiliki orang tua lansia sehingga dapat memahami apa yang orang tua mereka inginkan.
Referensi: Kompas.id