in

(REVIEW BUKU) Masih Belajar: Iman Usman dan Kisah Hidupnya

Sumber gambar header: Iman Usman

Ruangguru sudah menjadi platform bimbingan belajar daring yang populer di tanah air. Didirikan pada 2014, Ruangguru sudah menyabet banyak penghargaan dan mendapat banyak gelontoran dana, seperti dari Pemerintah Australia dan Google Launchpad Accelerator.

Hingga kini, Ruangguru menghubungkan para siswa dengan lebih dari 80.000 tutor daring di dalam aplikasinya. Memiliki kelebihan harga yang lebih murah ketimbang bimbingan belajar konvensional, Ruangguru menyediakan variasi les sesuai dengan kebutuhan siswa dari SD hingga SMA.

Kesuksesan Ruangguru sungguh tidak terlepas dari duo pendirinya, Belva Devara dan Iman Usman. Pada 2017, mereka berdua masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 yang merupakan penghargaan kepemudaan bergengsi untuk kategori consumer technology di lingkup Asia.

Baru-baru ini, salah satu pendiri Ruangguru, Iman, merilis buku perdananya berjudul Masih Belajar.


Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Ruangguru | Bimbel Online No 1 (@ruangguru) pada

Masih Belajar adalah autobiografi Iman Usman yang bercerita tentang kisah hidup dan pemikiran-pemikirannya.

Di dalamnya, Iman bercerita dari dirinya yang menjual jubah, tongkat, dan pernak-pernik sihir Harry Potter saat sekolah dasar, mendirikan Ruangguru, sampai menjadi pembicara di World Economic Forum tahun lalu.

Buku ini dituturkan dengan bahasa sehari-hari yang lentur dan asyik untuk disimak dan dipahami.

Dilengkapi dengan ilustrasi dan kotak isian yang interaktif, buku ini sepertinya memang menyasar para pembaca milenial dan generasi Z. Pembaca seperti diajak tidak hanya membaca dan berpikir, tapi juga bertindak.

Salah satu kotak isiannya memiliki pertanyaan, “Kalau dihadapkan dengan situasi di mana gue DITOLAK, maka gue akan….” Jawaban apa yang sekiranya akan muncul dari pertanyaan tersebut?

Iman memang sudah sejak lama ingin menulis sebuah buku tapi terbentur oleh kesibukan dan pemikiran dirinya sendiri tentang apa yang akan ditulis di dalam bukunya nanti.

Dalam masa rehatnya tahun lalu, Iman tidak hanya berefleksi akan hal-hal yang sudah dilakukannya tetapi juga bertanya-tanya akan satu hal yang belum ia lakukan dan membuatnya takut.

Gagasan menulis buku muncul di benak Iman. Ia lalu melempar gagasannya di Instagram dan mendapat banyak umpan balik yang menjurus ke sebuah pertanyaan: apa yang orang mau dengan tentang diri Iman.

Tak pelak penjelasan Iman dalam Masih Belajar bermula dari pertanyaan-pertanyaan ajuan dari nama akun-akun Instagram yang kemudian dijawab Iman dengan gaya naratif.

Salah satu pertanyaan yang diajukan di bagian awal buku adalah dari @syiffaa.nn: “Apa mindset ka Iman dalam melakukan segala sesuatu?”

Iman meresponsnya dengan terlebih dahulu mengingatkan pentingnya sebuah mindset dalam menjalani kehidupan.

Dan untuk tahu jawaban apa yang Iman lontarkan, mungkin kamu harus menguliknya sendiri dalam buku bersampul ilustrasi wajah Iman ini.

Iman juga menjelaskan dengan panjang lebar perihal penolakan sampai-sampai memberikan tiga contoh kejadian dalam hidupnya yang berelasi dengan topik tersebut.

Salah satunya adalah Iman yang sedang berkampanye saat mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS di SMP-nya. “Ketika giliran gue berdiri di atas podium, gue masih ingat ada seseorang yang melempar sampah makanannya di saat gue menyampaikan pidato.” tulisnya di halaman 54.

Iman tentu berusaha terlihat tegar namun setelah turun panggung ia langsung ke toilet dan menangis di sana. Ia tahu bahwa saat itu ia sedang dalam masa penolakan.

“Peristiwa di panggung sekolah di tahun 2004 justru mempersiapkan gue untuk hal yang lebih besar di masa depan—ketika gue harus tampil di panggung dunia.” tuturnya di halaman 58.

masih_belajar-1
Beli e-book Masih Belajar – Iman Usman di sini

Masih Belajar mungkin saja sama seperti kebanyakan buku otobiografi kebanyakan yang berisi kisah hidup seseorang menuju kesuksesan nan penuh tantangan, rintangan, dan juga kata-kata bijak tentang perjuangan.

Hanya saja, ada satu fragmen menarik yang jadi pembeda: #CeritaTemanUntukIman. Seperti namanya, fragmen ini menampilkan teman-teman terdekat Iman yang menuturkan kesan mereka terhadap sosoknya.

#CeritaTemanUntukIman hadir menyeimbangkan pemikiran-pemikiran Iman di buku ini dengan apa yang orang-orang pikirkan tentang Iman.

Salah satunya Tri Ardana Neswari, teman Iman semasa SMP, yang menceritakan determinasi iman kala itu yang membuat komunitas Harry Potter sampai mendirikan Toko Sihir.

Bisa dikatakan, Masih Belajar menerabas persepsi otobiografi kebanyakan yang tebal dan terlihat membosankan.

Selain dibawakan dengan gaya bahasa yang “kekinian” dan fragmen-fragmen isi yang inovatif, buku ini dapat memjadi pilihan bacaan yang menyenangkan untuk disimak sekaligus menggugah tapi tidak menggurui.


 

Written by Abduraafi Andrian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.