Melawan Miskin Pikiran: Memenangkan Pertarungan Hidup Ala Kang Hasan merupakan sebuah buku pengembangan diri karya Hasanudin Abdurakhman. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Nuansa Cendekia pada November 2019. Buku dengan total 276 halaman ini berisi kumpulan tulisan-tulisan Kang Hasan yang diunggah di facebook atau blog pribadinya.
Sebagai seorang doktor di bidang fisika lulusan universitas Jepang, Kang Hasan sempat menetap lama di negara matahari terbit itu. Maka itu, sejumlah tulisan di buku ini mengisahkan tentang kebiasaan dan kebudayaan orang Jepang. Buku ini membahas topik utama mengenai kecenderungan masyarakat, di mana terjangkit miskin pikiran.
Kang Hasan beberapa kali sempat berkeliling ke kampus-kampus untuk memberikan kuliah kepada mahasiswa terkait melawan miskin pikiran ini. Hal ini dilakukan dengan membangun mimpi, menyusun rencana untuk mewujudkannya, kemudian menjalani rencana itu, dan belajar untuk mendapatkan bekal yang cukup untuk mencapai mimpi itu. Setelah itu, jangan lupa lakukan evaluasi untuk memastikan bahwa hidupmu menuju ke arah yang benar.
Selain memberikan kuliah kepada para mahasiswa, Kang Hasan juga sering menjadi pembicara di perusahaan-perusahaan, baik dalam grup perusahaan tempatnya bekerja, maupun di perusahaan lain. Di perusahaan-perusahaan tersebut, ia mengajarkan hal yang sama, yakni menghimbau untuk membuat perencanaan untuk karirmu, menentukan target ingin menjadi apa dalam beberapa tahun ke depan, serta tak lupa untuk terus belajar dan melengkapi diri dengan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan pada posisi karir yang lebih tinggi.
Sejumlah gagasan dan tips sederhana dalam upaya melawan miskin pikiran itu akhirnya dituangkan Kang Hasan dalam berbagai artikel. Ternyata, cukup banyak orang yang membaca dan akhirnya membagikan tulisannya itu. Maka itu, tulisan-tulisan ini akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul Melawan Miskin Pikiran. Ini adalah sebuah kumpulan esai yang mendesain ulang pemikiran dan sangat inspiratif.
Table of Contents
Profil Hasanudin Abdurakhman – Penulis Buku Melawan Miskin Pikiran: Memenangkan Pertarungan Hidup Ala Kang Hasan
Hasanudin Abdurakhman atau yang akrab dipanggil Kang Hasan adalah pria asal Teluk Nibung, Kalimantan Barat, yang lahir pada tahun 1968. Uniknya, Kang Hasan sendiri tak mengetahui tanggal berapa dan bulan berapa dia lahir. Sebab, pada masa itu, dikatakan bahwa masyarakat merasa tidak perlu untuk mencatat tanggal lahir anaknya. Emaknya hanya sering bercerita bahwa Kang Hasan berusia kira-kira 40 hari waktu sang kakak sulungnya, Long, menikah pada tahun itu.
Sejak kecil, Kang Hasan telah memiliki mimpi untuk sekolah ke luar negeri. Setelah lulus dari sekolah dasar yang berlokasi di kampung, Kang Hasan melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah I Pontianak, menuruti suruhan Ayah. Sebab, sang ayah memiliki keinginan supaya Kang Hasan menjadi guru agama.
Kang Hasan sempat berpikir untuk melanjutkan pendidikan di Gontor, tetapi ayahnya menolak,
karena tidak sanggup membiayai. Kang Hasan pun kemudian melanjutkan pendidikan di SMA 2 Pontianak. Atas saran abangnya, De, Kang Hasan kemudian melanjutkan kuliah di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada.
Setelah lulus kuliah, Kang Hasan sempat bekerja sebentar di perusahaan minyak yang berlokasi di Pendopo, Sumatera Selatan. Lalu, ia juga sempat menjadi dosen di Pontianak. Pada 1996, Kang Hasan berhasil mendapatkan beasiswa untuk belajar Bahasa Jepang melalui Asian Youth Fellowship Program di Kuala Lumpur. Ia mengambil kesempatan tersebut.
Kemudian, pada tahun berikutnya, Kang Hasan melanjutkan S2 dan S3 di Department of Applied Physics, Tohoku University. Ia berhasil lulus mendapatkan gelar doktor pada tahun 2002. Setelah bekerja selama 2 tahun sebagai peneliti tamu di Kumamoto University, Kang Hasan memutuskan kembali menjalankan profesi sebagai dosen di Pontianak.
Namun, tak lama kembali ke Indonesia, Kang Hasan kemudian kembali ke Jepang untuk bekerja sebagai asisten profesor, dan menjadi visiting associate professor di Tohoku University,
Sendai, Jepang. Sejak tahun 2007, Kang Hasan memutuskan kembali ke Indonesia untuk bekerja di perusahaan Jepang sampai sekarang.
Selain menjadi seorang penulis dan pengajar, Hasanudin Abdurakhman juga dikenal sebagai pendiri Gerakan 1000guru. Gerakan 1000guru sendiri merupakan sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bersifat independen, non-profit, non-partisan, dan terbuka. Semangat dari lembaga ini adalah tindakan atau gerakan, bahwa semua orang dapat menjadi guru dan berkontribusi untuk meningkatkan tingkat pendidikan di Indonesia.
Sinopsis Buku Melawan Miskin Pikiran: Memenangkan Pertarungan Hidup Ala Kang Hasan
Banyak sekali hal hebat yang dapat dilakukan manusia. Manusia biasa, bukan manusia hebat. Itulah yang dicontohkan oleh Emak saya. Emak saya hanya seorang perempuan yang buta huruf dan tidak pernah sekolah. Ia hanya istri dari seorang petani, lebih tepatnya buruh tani. Waktu mereka baru menikah, orang tua saya tidak punya apa-apa.
Tak memiliki kebun, rumah pun masih menumpang pada orang tuanya. Ayah waktu itu bekerja serabutan, memanjat pohon kelapa, memetik, kemudian mengumpulkan buahnya. Ia mendapatkan upah dari mengumpulkan buah itu, dan dengan itulah Emak dan Ayah hidup seadanya.
Banyak orang-orang di kampung yang hidup seperti itu. Namun, Emak sedikit berbeda. Emak memiliki keinginan untuk hidup lebih baik. Maka itu, ia akhirnya mengajak Ayah untuk pindah ke tempat lain. Di kampung baru tempat mereka tinggal, mereka mulai menebangi hutan, kemudian membuka lahan untuk kebun. Ayah sekarang tidak lagi menjadi buruh, ia sudah memiliki kebun sendiri.
Dalam beberapa tahun, orang tuaku bebas dari kemiskinan. Tak cukup sampai di situ saja, Emak ingin anak-anaknya sekolah. Namun, di kampung kami pada masa itu belum ada sekolah. Maka itu, Emak dan Ayah rela mendayung sampan selama 3 hari untuk mengantar anak-anaknya ke kampung lain, dan menitipkan ke rumah orang untuk sekolah.
Ayah kemudian mempelopori pembangunan sekolah di kampung kami, yang kemudian menjadi tempat anak-anaknya belajar bersama ratusan anak-anak lainnya. Emak juga masih bekerja keras untuk membiayai anak-anaknya sekolah. Sebab, menjadi petani saja tidak cukup. Emak pun merambah bidang lain, yakni berjualan pakaian dan menjadi perias pengantin.
Hasilnya, anak-anaknya dapat sekolah sampai memperoleh sarjana. Saya yang merupakan anak bungsu Emak, bisa sampai mendapatkan gelar doktor. Apa yang membuat Emak berbeda dari orang lain adalah kekuatan pikirannya, visi dan gagasannya. Emak bisa memandang jauh ke depan, melampaui batas kemampuan intelektualnya sebagai seseorang yang tak berpendidikan, bahkan tak bisa membaca.
Emak bahkan mampu melewati batas zaman. Emak selalu mengulang satu frase ini, “miskin pikiran”. Kepada kami, anak-anaknya, Emak tidak segan membicarakan cela orang-orang kampung yang duduk diam dan menyerah dalam pikirannya sendiri. Emak mengatakan bahwa orang-orang yang seperti itu adalah orang yang miskin pikiran.
Sepanjang Emak mengasuh kami, ia selalu mengajarkan anak-anaknya untuk tidak miskin pikiran. Sebab, penyakit miskin pikiran ini menjangkit banyak orang di berbagai tempat, dan sepanjang zaman. Miskin pikiran diindikasi oleh hidup yang tidak memiliki visi, tidak memiliki tujuan, dan tidak memiliki rencana. Penyakit ini tak memandang pendidikan, karena mereka yang telah menempuh pendidikan tinggi pun dapat miskin pikiran.
Sebab, ada juga beberapa orang yang sekolah tanpa mengetahui apa yang mereka cari, dan apa yang mereka ingin gapai. Ada banyak sekali orang yang mulai bekerja tanpa berpikir, bagaimana rencana karir mereka ke depan. Ada banyak sekali orang yang tak menyadari bahwa hidup perlu diisi dengan kegiatan belajar dalam setiap detik yang mereka lewati. Mereka yang seperti itu, persis seperti orang-orang kampung yang Emak ceritakan.
“Miskin harta itu gampang diatasi, cukup dengan bekerja. Namun, kebanyakan orang itu bukan miskin harta, tetapi mereka miskin pikiran!”
Inilah “filosofi” sederhana yang dikutip Kang Hasan dari Emaknya. Penyakit “miskin pikiran” inilah yang sebenarnya menjadi wabah yang sampai sekarang menjangkiti banyak kalangan di Indonesia. Dan penyakit ini masih belum bisa disembuhkan, apalagi dimusnahkan total. Miskin pikiran membuat orang terlambat untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya.
Kelebihan Buku Melawan Miskin Pikiran: Memenangkan Pertarungan Hidup Ala Kang Hasan
Dari penjelasan di atas, sudah dapat diketahui bahwa buku Melawan Miskin Pikiran ini menyajikan sebuah konsep berpikir dalam bentuk artikel-artikel yang memberikan penyadaran akan penyakit yang tidak terdeteksi, serta tips-tips untuk mengatasinya. Kang Hasan menuliskan buku ini secara to the point dan dinilai relate dengan status quo.
Ini adalah sebuah buku yang mampu menambah wawasan dan menambah sudut pandang baru. Buku Melawan Miskin Pikiran ini mengajak pembaca untuk mengubah pola pikir supaya lebih inovatif, kreatif, dan berani membuat terobosan baru untuk mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi. Secara terkhusus, dalam bidang pendidikan, dunia kerja, dan sikap beragama.
Buku Melawan Miskin Pikiran ini sangat direkomendasikan bagi para mahasiswa, perusahaan start-up, Anda yang baru merintis usaha, atau mereka yang sudah lama bekerja, tetapi merasa jalan di tempat. Buku ini menyajikan lebih dari sekedar teori, ini adalah kumpulan pengalaman pribadi penulis yang bisa kita ambil pelajaran.
Kekurangan Buku Melawan Miskin Pikiran: Memenangkan Pertarungan Hidup Ala Kang Hasan
Buku Melawan Miskin Pikiran ini mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi sejumlah pembaca yang berpikir akan disajikan sebuah kisah motivasional. Buku ini merupakan sebuah kompilasi artikel yang berbeda-beda, sehingga pembahasannya tidak terkait dari awal hingga akhir.
Pesan Moral Buku Melawan Miskin Pikiran: Memenangkan Pertarungan Hidup Ala Kang Hasan
Melalui buku ini, Kang Hasan ini mengajarkan bagaimana tindakan-tindakan kecil dapat menjadi sebuah hal yang besar. Apapun yang kita lakukan dalam hidup ini, dapat memberikan dampak yang signifikan dalam hidup kita. Sekecil kebiasaan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Kemudian, Kang Hasan mengingatkan bahwa definisi miskin yang sesungguhnya bukan diakibatkan oleh sulitnya sebuah keadaan atau kondisi, tetapi diakibatkan oleh pemikiran yang miskin. Pemikiran yang tidak dapat melihat dan menerima bahwa sebuah tujuan adalah sesuatu yang menuntut proses dan perjalanan.
Sekian artikel ulasan buku Melawan Miskin Pikiran: Memenangkan Pertarungan Hidup Ala Kang Hasan karya Hasanudin Abdurakhman. Bagi kalian yang ingin membaca berbagai tips untuk mengatasi miskin pikiran, kalian bisa mendapatkan buku ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!
Rating: 4.14
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Rekomendasi Novel Terbaik
- Rekomendasi Novel Horor
- Rekomendasi Novel Remaja Terbaik
- Rekomendasi Novel Fantasi
- Rekomendasi Novel Fiksi
- Rekomendasi Buku Tentang Insecure
- Rekomendasi Buku Motivasi Kerja
- Rekomendasi Buku SSelf Improvement
- Rekomendasi Buku Shio
- Rekomendasi Buku Tentang Kehidupan
- Rekomendasi Buku TOEFL
- Rekomendasi Buku Menambah Wawasan
- Rekomendasi Novel Motivasi
- Review Buku A Philosophy of Walking
- Review Buku Blue Ocean Shift
- Review Buku Range
- Review Buku The Book Of Ikigai
- Review Buku Because This is My First Parenting Life
- Review Buku Brand Gardener
- Review Buku The Deals of Warren Buffett
- Review Buku Loving The Wounded Soul
- Review Buku Surrounded by Idiots
- Review Buku Quiet
- Review Buku Things Left Behind
- Review Buku Save The Cat! Write a Novel
- Resensi Buku Berdamai Dengan Diri Sendiri, Masa Lalu dan Takdir
- Resensi Buku Yang Bertahan dan Binasa Perlahan
- Review Buku Epigram 60
- Review Buku The Power of Mind
- Review Buku Melawan Miskin Pikiran: Memenangkan Pertarungan Hidup
- Review Buku What's So Wrong About Your Life
- Review Buku Seni Berbicara Tanpa Bikin Sakit Hati
- Review Buku 21 Lesson for the 21st Century
- Review Bumi yang Tak Dapat Dihuni
- Review Singkat Outliers (Rahasia di Balik Kesuksesan)
- Review Buku Gentle Discipline
- Review Buku Meditations
- Review Buku Melelahkan, Tapi Semua Demi Masa Depan
- Review Buku The Whole Brain Child
- Review Nanti Juga Sembuh Sendiri
- Review Buku Hygge: Seni Hidup Bahagia Orang Denmark Karya Marie Tourell Søderberg
- Rekomendasi Buku Seri Personality Plus At Work
- Rekomendasi Novel Wandering Star
- Rekomendasi Buku Quit: Kekuatan Untuk Memilih Kapan Saatnya Berhenti
- Review Buku Seni Menaklukkan Lawan Bicara