Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam merupakan sebuah buku karya Norman Edwin, yang diedit oleh Rudy Badil. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2010 oleh Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia. Buku ini berisi perjalanan sang jurnalis ini yang dirangkum dalam 444 halaman.
Melalui buku ini, pembaca akan diajak untuk menjelajahi Indonesia bersama Norman Edwin. Norman adalah wartawan Kompas dan pendaki yang menjadi anggota kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI). Pada 1992, ia gugur di Gunung Aconcagua bersama Didiek Samsu.
Sosok Norman Edwin menjadi legenda ekowisata Indonesia bukan hanya karena Ia berhasil mendaki puncak-puncak tertinggi, tetapi Ia nyaris paripurna menjelajahi Nusantara. Buku ini akan menyajikan kisah sepak terjang Norman Edwin dan sejumlah informasi yang jarang terungkap mengenai berbagai lokasi ekowisata yang pernah ia kunjungi.
Buku ini memuat total 64 catatan perjalanan Norman Edwin. Beberapa di antaranya, yakni mengarungi Sungai Kapuas di Kalimantan, menjelajahi hutan Sulawesi, menyusuri Gua Luweng Ombo di Jawa, berlayar di Samudra Indonesia menggunakan kapal Phinisi Ammana Gappa, mendaki Gunung McKinley di Alaska, dan mendaki Gunung Kilimanjaro di Afrika.
Table of Contents
Profil Norman Edwin – Penulis Buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam
Norman Edwin
Norman Edwin merupakan pria kelahiran tahun 1955 yang dikenal sebagai jurnalis Kompas dan pecinta alam legendaris. Penggiat kegiatan alam terbuka di Indonesia menobatkan Norman Edwin sebagai salah satu pelopor ekspedisi besar ke sejumlah gunung ternama dunia. Norman Edwin banyak menulis mengenai kegiatan penjelajahan alam di beberapa majalah dan surat kabar pada tahun 1980-an.
Norman Edwin gugur pada pertengahan bulan April 1992 ketika mendaki Gunung Aconcagua di perbatasan Argentina dan Cile, yang memiliki ketinggian mencapai 6.959 meter di atas permukaan laut. Ia gugur bersama rekannya, Didiek Samsu Wahyu Triachdi.
Pendakian itu adalah bagian dari seri pendakian yang dilakukan Mapala UI dalam ekspedisi pendakian tujuh puncak dunia atau yang disebut sebagai Seven Summit. Ketujuh puncak dunia yang dijelajahi, yaitu puncak Cartensz Pyramid di Papua (4.884 mdpl), puncak Kilimanjaro di Tanzania, Afrika (5.894 mdpl), puncak McKinley di Alaska, Amerika Serikat (6.194 mdpl), puncak Elbrus di Rusia (5.633 mdpl), dan puncak Aconcagua di Amerika (6.962 mdpl).
Rudy Badil
Drs. Rudy David Badil adalah pria kelahiran 29 November 1945 yang dikenal sebagai seorang jurnalis asal Indonesia. Ia juga dikenal sebagai sosok yang turut membentuk grup lawak Warkop bersama Wahjoe Sardono (Dono), Kasino Hadiwibowo (Kasino), Indrodjojo Kusumonegoro (Indro), dan Nanu Moeljono. Sebelum terkenal dengan nama “Warkop DKI (Dono-Kasino-Indro)”, grup lawak legendaris ini memiliki nama “Warkop Prambors”, karena menyiarkan percakapan humor melalui Radio Prambors.
Selama masa kuliah di Universitas Indonesia, Rudy Badil pernah menjadi salah satu mahasiswa yang diajar oleh Dono. Rudy juga diketahui merupakan sahabat dari Soe Hok Gie, karena keduanya sempat mendaki gunung bersama.
Setelah keluar dari grup Warkop akibat demam panggung, catatan Kompas menyebutkan bahwa Rudy Badil bekerja sebagai jurnalis di Harian Kompas sejak 6 Agustus 1980. Ia kemudian memutuskan untuk pensiun pada 29 November 2005. Rudy Badil meninggal dunia akibat penyakit stroke, setelah menjalani pengobatan Rumah Sakit Hermina Depok pada 11 Juli 2019.
Sinopsis Buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam
Enam puluh empat cerita di buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam ini menyajikan petualangan Norman Edwin, sang jurnalis Kompas yang juga merupakan anggota kelompok Mapala Universitas Indonesia. Ia adalah petualang yang mempunyai kecintaan besar terhadap alam. Hal ini akan dibuktikan dengan kumpulan catatan perjalanan yang di antaranya berbentuk artikel-artikel majalah atau koran edisi tahun 1980-an.
Hal yang menarik dari kisah ini bukan sekadar perjalanan panjangnya ketika berpetualang di alam liar, tetapi juga berbagai catatan jurnalistiknya yang sangat deskriptif dan naratif. Kegilaan Norman Edwin terhadap alam liar sudah membawanya naik turun puncak gunung, menjelajahi dasar goa, memanjat tebing batu, berlayar di samudera, hingga membantu koordinasi proyek pencarian korban hilang di alam bebas.
Tak cukup sampai di situ sana, Norman Edwin yang memiliki besar di bidang arkeologi ini juga menjadi jurnalis di berbagai media massa. Di antaranya, yakni Kompas, Majalah Mutiara, dan Suara Alam. Sungguh suatu paduan minat yang sempurna untuk menghasilkan banyak catatan perjalanan yang berkualitas.
Sebagian kisah di buku ini mengisahkan tentang proyek rintisan Norman Edwin dan tim Mapala UI sebagai warga Indonesia pertama yang akan menaklukan Seven Summit atau pendakian tujuh puncak dunia. Seven Summit ini merupakan proyek ambisius yang belakangan ini mulai marak lagi dilakukan oleh kelompok pendaki gunung.
Pada saat itu Norman dan tim sudah berhasil mencapai beberapa puncak dari gunung tertinggi dunia yang tersebar di tujuh benua. Namun, sayangnya takdir berkata lain. Norman Edwin gugur bersama rekannya, Didiek Samsu Wahyu Triachdi, pada pertengahan bulan April 1992 ketika mendaki Gunung Aconcagua di perbatasan Argentina dan Cile, yang memiliki ketinggian mencapai 6.959 meter di atas permukaan laut.
Catatan lainnya mengisahkan tentang ekspedisi-ekspedisi yang dinilai tidak masuk akal di zamannya. Seperti ekspedisi lintas belantara Kalimantan, ekspedisi rintisan gua vertikal Luweng Ombo di Pacitan, pengarungan jeram-jeram di Kalimantan, Jawa, dan Aceh, dan pemanjatan tebing curam di lembah Yosemite, Amerika Serikat.
Ada juga catatan perjalanan proyek perjalanan budaya di Baduy, penjelajahan samudra menggunakan kapal Phinisi, operasi SAR pencarian korban hilang di gunung Gede, Pangrango di Jawa Barat, sampai operasi pemindahan gajah di Sumatera. Seluruh perjalanan itu diikuti oleh seorang tokoh jurnalis ternama bernama Norman Edwin.
Kelebihan Buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam
Buku legendaris karya Norman Edwin ini merupakan sebuah catatan pecinta alam yang menyajikan banyak sekali petualangan yang seru dan menantang. Seluruh kisah ini dituliskan dengan gaya bercerita yang mengalir dan mudah dipahami. Sebagai seorang jurnalis dan bukan merupakan penulis, gaya bercerita Norman Edwin dinilai runtut dan tak dipenuhi dengan istilah-istilah teknis.
Meskipun dalam buku ini juga disajikan berbagai informasi mengenai tempat-tempat yang dijelajahinya, seluruh informasi itu disajikan dalam narasi yang mudah dipahami oleh kaum awam. Maka itu, pembaca dapat merasa bahwa buku ini asyik untuk diikuti, dan mereka menjadi ingin lagi dan lagi untuk mengetahui petualangan Norman Edwin yang berikutnya.
Norman Edwin dinilai menggunakan bahasa jurnalistik dalam menuliskan catatan ini, sehingga narasi yang dituliskannya sangat deskriptif. Narasi yang sangat detail ini mampu membuat pembaca seperti ikut merasakan melewati terjalnya tebing batu, arus liar yang deras, dinginnya kabut gunung, dan sejuknya angin pedalaman. Kisah ini dapat mengantarkan pembaca menyusui imajinasi dan mimpi yang tak terbatas.
Selain menyajikan kisah-kisah petualangan yang luar biasa, Norman Edwin juga menyajikan sejumlah artikel yang merangkum tips dan trik untuk menyusuri alam, tata cara pendakian gunung, sampai analisa penyebab kematian korban di alam bebas yang dinilai tetap relevan untuk digunakan sebagai acuan sampai sekarang. Norman Edwin dinilai memberikan manfaat teoritis dan praktis melalui catatannya ini.
Secara keseluruhan, buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam ini adalah sebuah buku yang merangkum perjalanan luar biasa dari sosok yang hebat, yang dapat menginspirasi pembaca. Buku ini sangat direkomendasikan untuk Anda yang menginginkan bacaan untuk menyegarkan pikiran Anda.
Kekurangan Buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam
Selain kelebihan, buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam ini juga masih memiliki kekurangan. Kekurangan pada buku ini terletak pada format cerita yang berulang, karena buku ini memang merupakan kumpulan catatan Norman Edwin selama melakukan petualangan. Sejumlah pembaca menilai format yang sama ini dapat membuat jenuh. Namun, kisah ini tetap menyenangkan untuk dibaca, karena setiap tempat yang dikunjungi Norman memiliki keunikan dan keindahan yang berbeda-beda.
Pesan Moral Buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam
Melalui buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam, Norman Edwin menyampaikan pesan bahwa sebuah perjalanan, secara ideal bukan hanya sekadar hura-hura saja, melainkan sebuah proses untuk menciptakan makna mendalam mengenai alam dan kehidupan. Pemaknaan tersebut kemudian dapat menjadi bahan dalam pengembangan ilmu dalam bentuk catatan perjalanan yang informatif.
Dari kisah ini juga, kita diingatkan untuk senantiasa menghargai waktu dan kehidupan. Syukuri setiap detik yang masih boleh kita dapatkan. Jangan menunggu hingga Anda dihadapkan kepada ambang kehidupan.
Norman Edwin juga memberikan pesan kepada pembaca untuk jangan sekali-kali mencoba untuk menaklukan ganasnya alam, tetapi belajarlah untuk mengetahui ego dan batas diri sendiri. Sebab, hal ini menjadi unsur-unsur yang paling penting dalam melakukan olahraga yang berisiko sangat tinggi ini.
Nah, itu dia Grameds ulasan buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam karya Norman Edwin dan Rudy Badil. Bagi kalian yang penasaran akan berbagai petualangan Norman Edwin, kalian bisa langsung mendapatkan buku ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!
Selain buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam, Grameds juga bisa menemukan berbagai buku lain tentang petualangan dan alam, atau buku genre lainnya, serta kebutuhan sehari-hari di Gramedia.com, lho. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi yang terbaik dan terlengkap untuk Anda.
Rating: 4.18
- Review Novel Romance is Not For IT Folks
- Review Novel Maria Beetle
- Review Novel Bungo Stray Dogs
- Review Novel MetroPop: 90 Hari Mencari Suami
- Review Novel The Long Walk
- Review Normal People
- Review Novel Fase
- Review Novel Goodbye Days
- Review Novel Dua Sisi
- Review Novel Sesuk
- Review Novel Leiden
- Review Buku Jodohku dalam Proposal
- Review Buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam
- Review Novel The Viscount Who Loved Me
- Review Novel Negeri Senja
- Review Novel Bincang Akhlak
- Review Novel Himpunan
- Review Novel The Second Marriage: Mencari Kebahagiaan di Tengah Reruntuhan Rumah Tangga
- Review Novel Haru Mahameru
- Review Buku Cinta Laki-Laki Biasa
- Review Novel Supernova 4: Partikel
- Review Novel Supernova 5: Supernova
- Review Novel Supernova 6: Inteligensi Embun Pagi
- Review Novel Pelangi untuk Rida
- Review Fourth Element
- Review Novel Metropop Three Sisters
- Review Novel Bendera Setengah Tiang
- Review Novel Hellow Adam
- Review Novel Best Part
- Review Novel Holly Mother
- Review Novel Utara
- Review Buku Metropop: Ikan Kecil
- Review Novel Prince Karya Yohananic_
- Review Novel Alkana Maheswara Karya Lusiafriaa
- Review Novel City Lite: As Always, I Loveā¦ Karya Nureesh Vhalega
- Review Novel Undaunted: Ketika Cinta Mensyaratkan Pengorbanan Karya Staffkumpala
- Review Novel Apartemen 12A-05
- Review Novel Aporia
- Review Novel The Sun Above Our Heads
- Review Novel Land of Stories: Worlds Collide
- Review Buku Kitab Pink Karya Jason Ranti
- Review Novel Turning Page