in

Review Buku Panggil Aku Kartini Saja Karya Pramoedya Ananta Toer

Buku ini mempersembahkan sebuah retrospeksi yang sangat menarik tentang sosok dari seorang Kartini. Namun, jauh dari narasi yang telah dikenal, buku ini menghadirkan Kartini bukan sebagai korban pasif dari tradisi yang mengurungnya dalam kedalaman pingitan, tapi sebagai pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan pikiran dan hak perempuan di Indonesia.

Panggil Aku Kartini Saja

button cek gramedia com

Tidak ada ruang bagi kesenyapan dalam perjalanan ini. Melalui pikirannya yang tajam dan unik, Pramoedya akan mengarahkan pandangan kita pada kepekaan dan keprihatinan Kartini, harta tak ternilai yang melebihi nilai materi. Melalui pena Kartini yang berdenting di atas kertas, kita diajak merasakan desiran perlawanan yang membara di dalamnya, meratapi keadaan yang membelenggu, dan merasakan semangat yang tak kenal lelah mengukir impian di tengah hiruk pikuk zaman penjajahan.

Buku Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer memiliki 262 halaman yang diterbitkan Penerbit Lentera Dipantara pada 10 September 2015 ini akan mengisahkan tentang perjuangan Kartini untuk membela hak kemerdekaan kaum hawa di seluruh Indonesia. Yuk kita dalami bersama-sama tentang perjuangan Kartini, Grameds! Baca artikel ulasan ini sampai akhir ya!

Profil Pramoedya Ananta Toer – Penulis Buku Panggil Aku Kartini Saja

Holiday Sale

Pramoedya Ananta Toer, yang akrab disapa Pram, lahir pada 6 Februari 1925, dan wafat pada 30 April 2006. Pram merupakan seorang pengarang dan novelis Indonesia yang karyanya menggambarkan berbagai periode sejarah penting di Indonesia. Karya-karyanya mencakup rentang waktu dari masa penjajahan Belanda, perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia, masa pendudukan Jepang selama Perang Dunia II, hingga era rezim otoriter pasca-kolonial di bawah kepemimpinan Sukarno dan Suharto. Dalam tulisannya, Pramoedya tidak hanya mengangkat latar sejarah nasional, tetapi juga menghadirkan cerita-cerita yang sarat dengan pengalaman pribadi yang memberikan sudut pandang yang mendalam terhadap kompleksitas sejarah Indonesia.

Tulisan-tulisan Pramoedya sering kali mendapat perlawanan dari pemerintah kolonial serta otoriter yang ada di Indonesia. Meskipun namanya diakui di luar negeri, di dalam negeri ia karya-karyanya sering mendapat sensor, terutama pada masa sebelum Reformasi. Pemerintah Belanda menahan Pramoedya dari tahun 1947 hingga 1949 selama Perang Kemerdekaan Indonesia. Selama transisi ke rezim Suharto, ia terperangkap dalam perubahan politik yang berkecamuk dalam persaingan kekuasaan. Soeharto kemudian menahan Pramoedya dari tahun 1969 hingga 1979 di Pulau Buru, Maluku, dengan tuduhan sebagai seorang Komunis. Meskipun dilihat sebagai penerus rezim sebelumnya, Pramoedya telah aktif melawan kebijakan-kebijakan tersebut. Di Pulau Buru, ia menulis karya terkenalnya, Kuartet Buru. Terhalang oleh larangan untuk mengakses bahan tulis, ia menyampaikan ceritanya secara lisan kepada sesama tahanan sebelum akhirnya berhasil menuliskan dan menyelundupkannya keluar.

Pramoedya menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap beberapa kebijakan yang diterapkan oleh Presiden Sukarno dan penerusnya, rezim Orde Baru dibawah Soeharto. Meskipun kritik politiknya sering kali disampaikan dengan cara yang halus dalam tulisannya, namun ia tidak ragu untuk secara terang-terangan menentang praktik kolonialisme, rasisme, dan korupsi yang melanda pemerintahan baru di Indonesia saat itu. Selama beberapa kali merasakan proses penahanan yang dialaminya, termasuk masa di penjara dan tahanan rumah di Jakarta setelah pembebasannya dari Pulau Buru, Pramoedya menjadi sebuah simbol yang menarik bagi para advokat hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi di Indonesia sampai saat ini.

Sinopsis Buku Panggil Aku Kartini Saja

Panggil Aku Kartini Saja

button cek gramedia com

Pada tahun 1899, seorang wanita keturunan bangsawan menolak untuk dipanggil dengan gelar Raden Ajeng, hak yang seharusnya ia miliki sebagai putri bupati. Namun, dengan tegas ia menolak penghormatan tersebut dan menegaskan dalam sebuah surat, “Panggil saja Aku Kartini, itulah namaku!” Kartini tidak hanya dikenal sebagai tokoh utama dalam gerakan emansipasi wanita, tetapi juga sebagai “kritikus yang tegas terhadap feodalisme budaya Jawa dan kompleksitasnya,” serta sebagai “pionir dalam sejarah modern Indonesia”.

Biografi tentang Kartini ini mengajak pembaca untuk mengingat Kartini bukan sebagai seorang gadis yang terperangkap dalam kehidupan domestik yang melibatkan pernikahan paksa dan pengalaman yang melahirkan kemudian mati. Sebaliknya, fokusnya adalah bagaimana Kartini melawan segala rintangan tersebut, termasuk kesepian karena terkurung, dan menghadapi kekuasaan besar penjajahan yang menyiksa dari balik dinding penjara Kabupaten yang membelenggunya selama bertahun-tahun.

Kartini tidak memiliki kekuatan massa atau kekayaan, karena uang bukanlah hal yang diperhatikannya. Yang dimilikinya adalah kepekaan dan keprihatinan yang mendorongnya untuk menuliskan segala perasaannya yang tertekan. Hasilnya sungguh luar biasa, karena tidak hanya Kartini menjadi terkenal, tetapi suaranya juga terdengar jauh, bahkan sampai ke negeri asalnya yang turut merasakan dampak dari perjuangannya. Pramoedya Ananta Toer dengan tajam dan penuh pesona merekam semua ini, menghasilkan gambaran yang berbeda dan tak tertandingi atas sosok Kartini.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Panggil Aku Kartini Saja

Panggil Aku Kartini Saja

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Memberikan motivasi dan inspirasi untuk pembaca.
  • Ditulis dengan cermat.
  • Memberikan pengetahuan untuk pembaca.
  • Menghadirkan cerita yang mendalam. 
Cons
  • Bahasa yang digunakan penulis terlalu berat dan kompleks.

Kelebihan Buku Panggil Aku Kartini Saja

Panggil Aku Kartini Saja

button cek gramedia com

Novel Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer memiliki beberapa kelebihan yang menjadikannya menjadi salah satu buku best seller. Kisah Kartini yang diceritakan di dalamnya tidak hanya sekadar membuat pembaca terlena tetapi juga memberikan motivasi dan inspirasi untuk pembaca, terutama pembaca perempuan. Buku ini ditulis dengan cermat dan detail, meskipun buku ini terkesan ditulis dengan perasaan yang berlebihan, tapi buku ini tetap berhasil menggambarkan aspek kemanusiaan Kartini secara detail dan jelas.

Buku ini juga memberikan pengetahuan yang berharga bagi pembaca, baik tentang sejarah Kartini dan perjuangannya, maupun tentang konteks sosial dan politik pada masa itu. Dengan membaca buku ini, pembaca akan mendapatkan wawasan baru yang dapat membuka pikiran dan memperdalam pemahaman mereka tentang perjuangan emansipasi perempuan dan peristiwa sejarah Indonesia pada umumnya.

Buku ini menghadirkan cerita yang mendalam. Melalui penulisan yang cermat dan penuh perhatian, pembaca akan diajak untuk mengikuti petualangan emosional dan perjuangan Kartini, yang membawa ia ke dalam perjalanan keberanian, keteguhan, dan perjuangan. Dengan detail yang kaya dan nuansa yang halus, lewat buku ini pembaca dapat merasakan kehidupan sehari-hari Kartini, serta tekanan sosial, politik, dan budaya yang mempengaruhinya.

Kekurangan Buku Panggil Aku Kartini Saja

Panggil Aku Kartini Saja

button cek gramedia com

Dalam melanjutkan diskusi mengenai kelemahan novel Panggil Aku Kartini Saja, perlu disampaikan bahwa selain kekompleksan bahasa yang mungkin membuat pembaca kesulitan memahami isi secara langsung, terdapat juga aspek lain yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah kurangnya pengembangan karakter yang mendalam. Karakter-karakter dalam novel ini mungkin terasa datar atau kurang memiliki dimensi yang memadai, sehingga sulit bagi pembaca untuk benar-benar terhubung dengan mereka. Selain itu, plot dalam novel ini juga bisa jadi terasa lambat atau kurang menarik bagi sebagian pembaca. Kurangnya momentum dramatisasi atau ketegangan dalam alur cerita dapat membuat pembaca kehilangan minat saat membaca. Dengan memperpanjang diskusi mengenai kekurangan tersebut, kita dapat lebih mendalam dalam memahami aspek-aspek yang dapat diperbaiki dalam karya ini agar dapat memberikan pengalaman membaca yang lebih memuaskan bagi pembaca.

Pesan Moral Buku Panggil Aku Kartini Saja

Panggil Aku Kartini Saja

button cek gramedia com

Kartini, dengan keteguhan dan keberaniannya dalam menghadapi segala rintangan yang ada di dalam hidupnya, dapat dijadikan contoh bagi kita semua tentang pentingnya memperjuangkan kebebasan dan kesetaraan. Melalui perkataannya yang penuh dengan kekuatan, Kartini juga menginspirasi kita untuk percaya bahwa kita mampu melakukan apapun lebih dari yang pernah kita bayangkan sebelumnya. Pesan moral yang kuat dari buku ini adalah bahwa dengan tekad yang kuat dan semangat yang gigih, kita dapat mengatasi segala hambatan dan mencapai impian kita. Melalui perjuangan yang teguh, kita dapat mencapai perubahan yang positif dalam diri kita dan dalam masyarakat. Karenanya, membaca dan merenungkan buku ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi kita untuk terus berjuang dan menggapai cita-cita yang tinggi.

Nah Grameds, itu dia sinopsis, ulasan, dan pesan moral dari buku Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer. Yuk kita pelajari dan selami lebih dalam tentang sejarah Kartini dan perjuangan emansipasi wanita dengan membaca buku ini yang tersedia hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Mangir

Mangir

button cek gramedia com

Setelah Majapahit runtuh pada 1527. Jawa kacau balau dan bermandi darah. Kekuasaan tak berpusat, tersebar praktis di seluruh kadipaten, kabupaten, bahkan desa. Perang terus-menerus menjadi untuk memperebutkan penguasa tunggal. Permata-permata kesenian, baik di bidang sastra, musik, dan arsitektur tidak lagi ditemukan. Selama hampir satu abad jawa dikungkung oleh pemerintah teror, yang berpolakan tujuan menghalalkan cara.

Latar belakang kisah Mangir karya Pramoedya Ananta Toer ini adalah keruntuhan Majapahit pada tahun 1527, akibat dari keruntuhan Majapahit, kekuasaan tak berpusat tersebar di seluruh daerah Jawa yang menyebabkan keadaan kacau balau. Perang terus terjadi untuk merebut kekuasaan tunggal, perang tersebut tentu saja menjadikan Pulau Jawa bermandikan darah. Sehingga yang muncul di Jawa adalah daerah-daerah kecil (desa) yang berbentuk Perdikan (desa yang tidak mempunyai kewajiban membayar pajak kepada pemerintah penguasa) dan menjalankan sistem demokrasi desa, dengan penguasanya yang bergelar Ki Ageng.

Perawan Remaja Dalam Cengkeraman Militer

Perawan Remaja Dalam Cengkeraman Militer

button cek gramedia com

Buku Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer merupakan catatan Pramoedya Ananta Toer tentang derita gadis-gadis Indonesia yang menjadi korban kekejaman tentara Jepang pada masa Perang Dunia Kedua di Pulau Buru serta kelanjutan nasib para Jugun Ianfu yang ditinggalkan begitu saja setelah Jepang menyerah pada tahun 1945.

Tahun 1943, Pemerintahan Pendudukan Balatentara Dai Nippon di Jawa mengeluarkan perintah kepada para remaja perempuan untuk melanjutkan sekolah di Tokyo dan Shonanto. Perintah ini tidak pernah diumumkan secara resmi juga tidak masuk dalam Osamu Serei (Lembaran Negara).Jepang sengaja melakukannya untuk menghilangkan jejak dan para perawan remaja yang telah diberangkatkan meninggalkan kampung halaman serta keluarga mereka untuk menempuh perjalanan yang berbahaya.

Cerita Dari Digul

Cerita Dari Digul (2022)

button cek gramedia com

Cerita dari Digul merupakan kumpulan tulisan karya para eka-Digulis. Mereka pernah dibuang sebagai tahanan politik semasa pemerintahan kolonial hindia-belanda. Berbagai cerita itu, yang sungguh-sungguh terjadi, mengisahkan suka-duka mereka dalam mempertahankan hidup di tanah buangan Digul, Papua Barat. Getir dan mengharukan.

Digul adalah lokasi di Papua yang ditetapkan oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda saat itu menjadi tempat pengasingan bagi para tahanan politik. Untuk kisah-kisah di buku ini, para tahanan adalah orang-orang yang diasosiasikan dengan pergerakan PKI, terutama pemberontakan 1926. Tentu saja tujuan diasingkan adalah untuk mencerabut mereka dari akar, peradaban, dan pengaruh.

 

Sumber:

  • https://www.goodreads.com/en/book/show/735250
  • https://en.wikipedia.org/wiki/Pramoedya_Ananta_Toer

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.