in

Review Buku Perempuan Di Rumah No.8 Karya Mutiarini

Rating 4,4/5

 

Grameds, cerita horor di Indonesia tidak lekang oleh hantu wanita terutama hantu-hantu yang menjadi urban legend seperti Kuntilanak, Sundel Bolong, atau Si Manis Jembatan Ancol. Dibalik hantu-hantu perempuan ini, pasti ada sesuatu yang membuatnya jadi gentayangan atau tidak tenang. Hantu-hantu ini juga menyimpan masalah yang juga bisa terjadi oleh perempuan-perempuan Indonesia. Mulai dari tindak kekerasan, kurangnya akses kesehatan untuk perempuan, pelecehan hingga pembunuhan.

Perempuan Di Rumah No.8

button cek gramedia com

Maka dari itu buku ini ditulis oleh penulisnya dengan masalah yang saat ini banyak terjadi oleh wanita-wanita yang sudah menikah yaitu masalah KDRT dengan sosok Lastri. Dikemas dengan narasi horor buku ini berhasil menyampaikan pesan bahwa saat ini kekerasan dalam rumah tangga masih banyak terjadi dan bisa merenggut nyawa perempuan karena emosi dari pria nya.

Nah grameds jika kamu tertarik untuk membaca buku bergenre horor ini dan mengetahui kisah Lastri selanjutnya maka kamu bisa membaca buku ini. Namun sebelum kamu membeli dan membacanya, kamu bisa membaca artikel dibawah ini yang akan membahas mengenai sinopsis dan kelebihan serta kekurangan buku Perempuan Di Rumah No.8. Selamat Membaca!

Sinopsis Buku Perempuan Di Rumah No.8

Holiday Sale

Anika adalah seorang desainer grafis yang berbakat. Dalam sebuah wawancara kerja di Spark salah satu event organizer di ibukota, ia bertemu dengan Reza sang CEO yang kelak akan menjadi mimpi buruk untuk masa depannya.

Setelah dihajar suaminya sampai keguguran, Anika melarikan diri dari rumah dan mencari tempat persembunyian. Dari rumah aman di Bogor, ia akhirnya mendapatkan pekerjaan baru di Yogyakarta. Di sana, ia menempati rumah kontrakan mungil bernomor delapan yang telah lama kosong di daerah Kaliurang. Tak disangka, rumah itu menyimpan rahasia.

Perempuan Di Rumah No.8

button cek gramedia com

Sosok hantu perempuan berleher patah mengganggu malam-malam Anika. Lambat laun, Anika mengetahui bahwa hantu perempuan bernama Lastri itu pun korban kekerasan dalam rumah tangga seperti dirinya. Perkenalan Anika dengan Lastri menguatkan tekadnya untuk menyudahi pernikahannya yang beracun. Lastri tak bisa keluar dari lingkar kekerasan hingga akhir hayatnya. Ia harus tahan menahan segala bentuk kekerasan dari suaminya baik secara ekonomi, fisik, dan psikologis bahkan ketika ia sedang dilanda depresi pasca-melahirkan. Tubuhnya remuk begitu pula mentalnya berakhir terpuruk

Parahnya lagi, tak ada satu pun yang mau membantu Lastri keluar dari penderitaan. Para tetangga enggan membantu karena urusan KDRT selalu dianggap urusan privat yang tak boleh dicampuri orang luar. Ia adalah aib yang harus menutupi istri, sehingga penyelesaiannya juga harus melibatkan kedua orang yang “berkonflik” saja, tidak boleh melibatkan pihak luar. Inilah yang terjadi pada Anika saat ia meminta bantuan pada Santi tapi malah berakhir diceramahi.

Anika tak ingin hidupnya berakhir tragis seperti Lastri. Ia juga ingin melepaskan diri dari Reza dan ayah suaminya yang merupakan pejabat berpengaruh. Berhasilkah Anika membebaskan diri? Bagaimana jika ia justru ditakdirkan menjadi hantu penunggu rumah nomor delapan yang berikutnya?

Tentang Penulis Buku Perempuan Di Rumah No. 8

Perempuan Di Rumah No.8

button cek gramedia com

Mutiarini, yang akrab disapa Muti, adalah seorang penulis berbakat yang lahir di Blora, besar di Bandung, dan menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Padjajaran dengan jurusan Ilmu Komunikasi. Muti memiliki pengalaman kerja yang beragam, mulai dari bekerja di radio lokal, media online, hingga perusahaan tembakau. Kini, ia berkarir di salah satu perusahaan migas internasional.

Muti telah menulis dua novel, Ten Years Challenge dan The Privileged Ones, yang keduanya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dan sempat meraih predikat best seller. Novel pertamanya, Ten Years Challenge, bahkan telah diadaptasi menjadi film dan akan segera tayang di Viu. Selain sebagai penulis, Muti juga merupakan praktisi pemasaran dengan pengalaman dua belas tahun, serta aktif sebagai konsultan, penulis artikel, dan copywriter untuk berbagai bidang usaha.

Di waktu luangnya, Muti kerap menjadi pembicara di berbagai forum terkait kepenulisan, pengembangan diri, dan pemberdayaan perempuan. Saat ini, ia tinggal di Jakarta bersama putrinya. Bagi yang ingin mengikuti kegiatan dan pemikirannya, Muti bisa ditemui di akun Instagramnya, @mutiarinimuti.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Perempuan Di Rumah No. 8

Perempuan Di Rumah No.8

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Cerita yang mengemas banyak isi dan tema yang dibahas
  • Penulis berhasil menuliskan tema KDRT sedekat mungkin dengan kehidupan di dunia nyata
  • Alur cerita yang mengalir dan menyentuh hati
  • Buku ini bisa menjadi awal untuk gerakan anti kekerasan bagi para korban yang belum berani menyuarakan dan mengambil tindakan
Cons
  • Dapat menimbulkan triggered bagi pembaca yang pernah memiliki trauma
  • Masih ada kesalahan pengetikan dan ejaan

Kelebihan Buku Perempuan Di Rumah No. 8

Perempuan Di Rumah No.8

button cek gramedia com

kelebihan buku ini ada pada isinya yang bisa dikatakan lengkap dan mencakup banyak isi. Buku ini tidak hanya menceritakan cerita horor, namun didalamnya kamu bisa menemukan sesuatu terkait mental health, patriarki, kekerasan dalam rumah tangga hingga penerimaan dan memaafkan seseorang. Isi bukunya yang lengkap dan ceritanya yang dekat dengan kehidupan kita membuat buku ini dapat dinikmati dengan baik.

Tidak hanya itu, karena buku ini mengangkat tema KDRT yang terjadi di kehidupan sehari-hari maka penulis menuliskan situasi, narasi, karakter dan dialog dalam buku ini sesuai dengan beberapa kasus di dunia nyata. Penulis berhasil menjelaskan situasi yang senyata mungkin, tidak ada yang berat sebelah dan tidak ada yang diromantisasi sehingga cerita terasa apa adanya sesuai dengan kisah nyata yang ada di dunia nyata.

Alur yang digunakan pada buku Perempuan Di Rumah No.8 ini sangat mengalir dan dapat dinikmati dengan baik. Pembaca bisa merasakan bagaimana sakit dan sedihnya menjadi anika bahkan menjadi lastri. Alur yang ada pada buku ini tidak terlalu cepat atau tidak terlalu lambat sehingga akan merasa pas. Karena alur cerita yang mengalir, pembaca tidak akan terasa sedang membaca buku dengan cerita yang cukup berat

Selain itu karena buku Perempuan Di Rumah No.8 ini mengangkat tema kekerasan maka buku ini bisa dijadikan sebagai awal untuk gerakan anti kekerasan terutama untuk wanita. Gerakan ini sangat penting dilakukan karena seperti yang kita tahu bahwa kasus kekerasan baik dalam rumah tangga atau diluar rumah tangga sudah sering terjadi terhadap wanita atau anak-anak. Bahkan diantaranya harus meregang nyawa karena perbuatan orang yang tidak bertanggung jawab. Maka dari itu dengan adanya buku ini bisa membuat pikiran korban yang merasakan tersadar dan bisa melepaskan hubungan yang toxic itu.

Kekurangan Buku Perempuan Di Rumah No. 8

Perempuan Di Rumah No.8

button cek gramedia com

Karena buku Perempuan Di Rumah No.8 ini mengambil tema kekerasan dalam rumah tangga yang hingga memakan korban jiwa, buku ini bisa menimbulkan beberapa triggered untuk pembaca yang memiliki trauma akan hal kekerasan. Maka dari itu buku ini tidak disarankan untuk dibaca teman-teman yang pernah mengalami pengalaman kekerasan pasti menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman.

Kekurangan lain yang bisa menjadi perhatian pada buku Perempuan Di Rumah No.8 ini yaitu masih ada beberapa kesalahan pengetikan atau tidak sesuai dengan EYD dan KBBI. Sebenarnya pengetikan ini tidak berpengaruh untuk keseruan cerita namun alangkah lebih baik jika penulisan cerita ini bisa lebih sempurna lagi. Selain kata-kata yang tidak sesuai dengan EYD dan KBBI masih ada beberapa editan ketinggalan yang sepele seperti satu huruf yang keselip.

Penutup

Perempuan Di Rumah No.8

button cek gramedia com

Perempuan di Rumah No. 8 adalah sebuah buku yang memadukan elemen horor dengan tema yang sarat makna, khususnya mengenai kekerasan dalam rumah tangga. Bagi kamu yang menyukai cerita-cerita seram namun juga ingin merenungkan isu sosial yang penting, buku ini adalah pilihan yang tepat. Dalam setiap halaman, pembaca akan diajak untuk merasakan ketegangan yang mencekam sekaligus memikirkan realitas pahit yang kerap terjadi di sekitar kita.

Meskipun buku ini mengusung genre horor, Perempuan di Rumah No. 8 tidak hanya menyajikan cerita untuk menakut-nakuti. Di balik setiap kisah menyeramkan, terselip pesan-pesan kehidupan yang mendalam, khususnya tentang pentingnya melawan dan menyadari kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan ini, baik yang dialami oleh perempuan maupun anak-anak, menjadi fokus utama yang dibahas dengan cara yang penuh empati namun tetap menggugah kesadaran.

Lebih dari sekadar bacaan hiburan, buku Perempuan Di Rumah No.8 ini mengingatkan kita akan urgensi untuk segera menindaklanjuti setiap bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Tidak boleh ada toleransi terhadap kekerasan yang bisa berujung pada kehilangan nyawa. Perempuan di Rumah No. 8 bukan hanya sekadar cerita horor, tetapi juga panggilan untuk lebih peka dan bertindak terhadap isu-isu kemanusiaan yang sering terabaikan.

Jika Grameds tertarik membaca buku Perempuan Di Rumah No.8. Grameds bisa mendapatkannya di Gramedia.com atau toko buku Gramedia terdekat di kotamu. Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku yang berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca

Penulis: Devina

 

Rekomendasi Buku Terkait

Sihir Perempuan

Sihir Perempuan

button cek gramedia com

Sihir Perempuan adalah kumpulan dongeng tentang perempuan-perempuan yang tak patuh. Perempuan bisa menjadi apa saja: ibu, anak, pekerja teladan, hingga boneka porselen. Namun dalam buku yang menghadirkan 11 cerita pendek ini, peran-peran yang seharusnya nyaman diteror oleh lanskap kelam penuh hantu gentayangan, vampir, dan pembunuh. Di sinilah perempuan dan pengalamannya yang beriak dan berdarah terpintal dalam kegelapan. Dalam Sihir Perempuan, Intan Paramaditha mengolah genre horor, mitos, dan cerita-cerita lama dengan perspektif feminis. Buku ini meraih penghargaan 5 besar Khatulistiwa Literary Award (Kusala Sastra Khatulistiwa) di tahun 2005. Sebagian cerpen dalam Sihir Perempuan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Stephen J. Epstein dan pada tahun 2018 terbit dalam buku Apple and Knife di Australia (Brow Books) dan Inggris (Harvill Secker/ Penguin Random House).

The Privileged Ones

The Privileged Ones

button cek gramedia com

Tugas akhir mata kuliah Publisitas berubah menjadi kompetisi bergengsi yang diadakan oleh Universitas Pandawa dan Change TV. Para mahasiswa diwajibkan untuk membangun kanal YouTube berkualitas yang mampu mengimbangi gempuran konten sampah yang banyak beredar. Persoalannya, Rara hanyalah seorang mahasiswa miskin asal desa pelosok di Banyuwangi yang mendapat beasiswa. Dapat dikatakan bahwa kedua teman dalam kelompoknya tersebut adalah mahasiswa rata-rata. Mustahil kelompok mereka bersaing dengan kelompok Diva yang semua anggotanya lahir dari keluarga kelas sosialis di Jakarta. Jika Anda membandingkannya dengan balapan lari, Rara dan Diva memulai dari garis start yang sama sekali berbeda. Bagaimana mungkin mengalahkan orang yang sudah memiliki segalanya sejak lahir? Dengan bantuan Giri, seorang psikolog muda, kelompok Rara membuat saluran bernama Soul Diary. Tujuan mereka adalah untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental. Di saat yang sama, grup Diva membuat channel Second Chance Fashion yang mengusung tema pakaian daur ulang untuk menjaga lingkungan. Persaingan yang ketat tiba-tiba membuka mata Rara pada berbagai realitas kehidupan yang tidak ia pahami sebelumnya. Termasuk arti hak istimewa yang sebenarnya.

Ten Years Challenge

Ten Years Challenge

button cek gramedia com

Agastya Renandi merasa hidupnya hancur. Pada usia 27 tahun, ia diputuskan sepihak oleh Diga, pacarnya sejak SMA. Otomatis, ia juga kehilangan pekerjaan di perusahaan milik Diga. Atya merasa sendirian dan nyaris tak punya uang sepeser pun. Reuni SMA yang diharapkannya bisa sedikit menghibur, malah berakhir dengan buruk. Diga datang dengan pacar baru, dan di hadapan semua orang mereka bertengkar hebat. Atya resmi menjadi pecundang terbesar abad ini. Dalam perjalanan pulang dari reuni, Atya mengalami kecelakaan. Saat membuka mata dan melihat cahaya menyilaukan, ia berpikir dirinya pasti sudah mati. Namun, ia justru mengalami hal ajaib dan mendapatkan kesempatan untuk menjalani kembali masa SMA-nya. Atya harus memperbaiki semua kesalahan yang diperbuatnya saat remaja. Karena berfokus pada Diga, Atya berusaha mencari cara agar tidak kehilangan cowok sempurna itu. Namun, hidup selalu punya rencana lain. Atya bimbang saat hatinya mulai terbuka pada pilihan lain yang terbentang di hadapannya.

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.