Menghadirkan keindahan dan kekuatan kata-kata, buku Puisi dan Bulu Kuduk karya Acep Zamzam Noor mengajak pembaca memasuki dunia puisi yang penuh dengan keajaiban dan pemikiran mendalam. Dalam karya yang menghimpun esai-esai inspiratif, Acep Zamzam Noor menggambarkan proses kreatif dan apresiasi dalam puisi, sambil mengungkapkan hubungannya yang erat dengan diri, teman seangkatannya, dan zamannya.
Buku Puisi dan Bulu Kuduk bukan hanya sekadar pengantar tentang puisi, tetapi merupakan panggilan kepada generasi muda untuk mengeksplorasi karya sastra dengan cerdas dan menemukan kreativitas dalam setiap garis kata. Siapa pun yang membaca buku ini akan tertarik dengan kedalaman dan keindahan puisi yang dipaparkan oleh Acep Zamzam Noor, mendorong kita untuk melihat puisi dengan perspektif yang baru dan memahami kekuatan magis di balik setiap kata.
Lewat buku Puisi dan Bulu Kuduk, Acep Zamzam Noor telah mempersembahkan sebuah karya yang tak hanya mengajak Grameds untuk merenung, tetapi juga mengilhami jiwa dan menghidupkan kembali kecintaan pada seni kata-kata. Menarik, kan? Yuk, langsung saja kita simak review-nya, Grameds.
Table of Contents
Profil Penulis Buku Puisi dan Bulu Kuduk
Acep Zamzam Noer, juga dikenal sebagai Muhammad Zamzam Noor Ilyas, lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada tanggal 28 Februari 1960. Sebagai penulis, Acep telah memberikan kontribusi dalam berbagai media cetak.
Acep mulai menulis puisi sejak tahun 1976 dan mengembangkan bakatnya ketika tinggal di Bandung. Ia telah menerbitkan beberapa buku puisi, seperti Tamparlah Mukaku! (1982), Aku Kini Doa (1986), Kasidah Sunyi (1989), Dari Kota Hujan (1996), Di Luar Kata (1996), Di Atas Umbira (1999), dan Dayeuh Matapoe (1993, kumpulan puisi dalam bahasa Sunda). Puisi-puisinya juga termasuk dalam beberapa antologi bersama dengan penyair lain.
Selain aktif dalam seni lukis, Acep juga berpartisipasi dalam pameran seni di dalam dan luar negeri. Ia juga sering menjadi peserta dalam acara dan festival sastra dan seni, termasuk Festival Puisi Indonesia-Belanda, Istiqlal International Poetry Reading, dan Winternachten Overzee International Poetry Festival.
Prestasi dan penghargaan telah menghiasi perjalanan Acep sebagai seorang penyair. Ia meraih penghargaan sastra dari Lembaga Basa jeung Sastra Sunda pada tahun 1991 dan 1993. Pada tahun 2001, ia mendapatkan Penghargaan Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, atas kumpulan puisinya, Di Luar Kata.
Pada tahun 2005, Acep dianugerahi The SEA Write Awards oleh Kerajaan Thailand sebagai perwakilan pengarang Indonesia dengan kumpulan puisinya, Jalan Menuju Rumahmu. Karya puisinya yang berjudul Menjadi Penyair Lagi juga meraih penghargaan dari Khatulistiwa Literary Award 2006-2007.
Melalui karya-karyanya yang penuh refleksi, keindahan alam, dan nilai-nilai religius, Acep Zamzam Noor telah menjelajahi dunia sastra dengan kepekaan dan imajinasi yang luar biasa. Ia merupakan seorang penyair yang memiliki ikatan yang kuat dengan alam dan mampu menyampaikan makna yang kaya dalam puisi-puisinya. Dengan kontribusinya yang berharga, ia telah menjadi salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia.
Review Buku Puisi dan Bulu Kuduk
Buku Puisi dan Bulu Kuduk karya Acep Zamzam Noor adalah sebuah karya yang menghimpun esai-esai yang berkaitan dengan puisi, dengan fokus utama pada apresiasi dan proses kreatif dari karya penyair Acep Zamzam Noor sendiri.
Dalam buku ini, Grameds akan menemukan tulisan-tulisan yang membahas tentang kepenyairan Acep, hubungan dengan teman-teman seangkatannya, serta kesaksian pribadi Acep mengenai hubungannya dengan dirinya dan zamannya. Melalui buku ini juga, Acep mengajak generasi muda untuk cerdas dalam menafsirkan berbagai jenis karya sastra dan mengembangkan kreativitas dalam menulis.
Salah satu hal yang menarik dalam buku Puisi dan Bulu Kuduk adalah definisi puisi yang diberikan oleh Acep Zamzam Noor. Menurutnya, puisi adalah seni berbahasa, atau seni kata-kata. Untuk menciptakan puisi, seorang penyair harus memiliki dua kompetensi penting, yaitu olah batin dan olah bahasa. Olah batin melibatkan ekspresi pesan atau isi yang berasal dari kedalaman batin, sementara olah bahasa melibatkan keterampilan dalam merangkai kata-kata secara kreatif untuk menggambarkan isi batin tersebut.
Dalam buku Puisi dan Bulu Kuduk, Acep juga membahas tentang cara mengapresiasi puisi dan mengenali kehadirannya. Ia menekankan pentingnya kehadiran yang intens dalam tempat-tempat di mana puisi diapresiasi agar menjadi pengalaman yang hidup bagi penyair maupun para pembaca.
Selain itu, penyair juga sering kali mencari ilham, yang tidak dapat dipaksa datang. Ilham akan muncul tiba-tiba, tetapi hanya kepada mereka yang fokus pada hal-hal yang mampu memicu munculnya ilham tersebut, lho, Grameds.
Sebagai tambahan, buku Puisi dan Bulu Kuduk juga menekankan pentingnya penyair atau calon penyair untuk terlibat dalam masyarakat dan memperjuangkan hal-hal yang substansial dalam puisi yang mereka tulis. Menjadi bagian dari realitas sosial adalah hal yang sangat penting bagi seorang penyair. Penyair harus memiliki keterikatan yang erat dengan gerakan sosial dan kesadaran sosial, karena jika terlalu jauh dari realitas sosial, maka kreativitasnya akan terjebak.
Secara keseluruhan, buku Puisi dan Bulu Kuduk merupakan sebuah karya yang menggugah pemikiran tentang puisi dan mengajak pembaca, terutama generasi muda, untuk lebih memahami dan mengapresiasi puisi, lho, Grameds. Melalui tulisan-tulisan yang terkandung di dalamnya, Acep Zamzam Noor berhasil menginspirasi pembaca agar menjadi lebih cerdas dalam menafsirkan karya sastra dan menemukan kreativitas dalam menulis.
Acep Zamzam Noor memandang puisi sebagai suatu bentuk seni yang dapat diukur berdasarkan kebagusan dan keindahannya menggunakan berbagai tolok ukur. Pertama-tama, ia melihat dari segi bahasa, termasuk penggunaan bahasa oleh sang penulis. Acep meyakini bahwa bahasa yang digunakan dalam puisi haruslah memiliki kekuatan dan keindahan tersendiri.
Selanjutnya, Acep memeriksa penguasaan bahasa dan kemampuan sang penyair dalam mengungkapkan idiom-idiom puisi. Kemampuan untuk menggambarkan pikiran dengan kejernihan dan kesesuaian dalam kata-kata menjadi hal yang penting dalam menilai sebuah puisi. Selain itu, kepekaan perasaan juga menjadi pertimbangan Acep dalam menilai puisi. Seorang penyair harus mampu merasakan dan menyampaikan emosi secara mendalam melalui puisi yang ditulis.
Selanjutnya, kekayaan imajinasi juga menjadi aspek penting yang dinilai oleh Acep dalam puisi. Seorang penyair harus memiliki daya khayal yang luas dan mampu menciptakan gambaran-gambaran yang indah dan memikat dalam puisinya. Terakhir, keterampilan dalam memainkan simbol juga menjadi pertimbangan Acep. Penggunaan simbol-simbol dalam puisi yang cerdas dan efektif dapat memberikan dimensi baru pada karya sastra tersebut.
Dalam pandangan Acep, puisi yang baik adalah yang mampu memenuhi tolok ukur di atas, yaitu memiliki bahasa yang indah, penguasaan bahasa yang baik, ungkapan idiomatis yang kuat, kejernihan pikiran, kepekaan perasaan, kekayaan imajinasi, dan kemampuan dalam menggunakan simbol-simbol secara efektif.
Kelebihan dan Kekurangan Buku Puisi dan Bulu Kuduk
Kelebihan Buku Puisi dan Bulu Kuduk
Buku Puisi dan Bulu Kuduk memberikan apresiasi yang mendalam terhadap puisi dan proses kreatif dalam menulis puisi. Acep Zamzam Noor membagikan pengalamannya sebagai seorang penyair dan mengajak pembaca untuk lebih memahami nilai dan keindahan puisi.
Selain itu, buku Puisi dan Bulu Kuduk sukses memberikan penjelasan yang detail tentang kepenyairan, termasuk definisi puisi menurut Acep Zamzam Noor. Hal ini membantu pembaca untuk memperluas pemahaman mereka tentang puisi dan merangkai kata-kata dengan cara yang lebih kreatif.
Buku Puisi dan Bulu Kuduk pun dapat dikatakan menginspirasi pembaca, terutama generasi muda, untuk memahami dan mengapresiasi puisi. Melalui tulisan-tulisan yang terkandung di dalamnya, pembaca mendapatkan pengetahuan baru tentang proses kreatif dalam menulis puisi dan menjadi lebih cerdas dalam menafsirkan karya sastra.
Terakhir, buku Puisi dan Bulu Kuduk menekankan pentingnya keterlibatan sosial bagi seorang penyair. Acep Zamzam Noor mendorong para penyair untuk terhubung dengan realitas sosial, terlibat dalam gerakan sosial, dan memperjuangkan hal-hal yang substansial dalam puisi mereka. Hal ini membantu penyair untuk tetap terkait dengan masyarakat dan mengekspresikan pesan yang relevan.
Kekurangan Buku Puisi dan Bulu Kuduk
Terlepas dari kelebihannya, buku Puisi dan Bulu Kuduk pun tentunya memiliki kekurangan, ya, Grameds. Kekurangannya adalah kurangnya variasi perspektif atau pandangan dari penyair lain. Pembaca mungkin merasa kurang mendapatkan sudut pandang yang beragam tentang puisi.
Namun, kekurangan dari buku ini hanyalah kekurangan yang tidak begitu berarti jika dibandingkan dengan kualitas dan berbagai kelebihan yang ditawarkannya. Buku Puisi dan Bulu Kuduk tetap memberikan kontribusi yang berharga dalam mengajak pembaca untuk lebih memahami puisi dan mengembangkan kreativitas dalam menulis.
Penutup
Secara keseluruhan, buku Puisi dan Bulu Kuduk karya Acep Zamzam Noor merupakan sebuah karya yang menginspirasi dan menggugah pemikiran tentang puisi. Melalui esai-esai yang menghimpun pengalaman pribadi dan pemikiran penyair, buku ini berhasil membuka pintu ke dalam dunia puisi dan mengajak pembaca untuk mengapresiasi serta memahami nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra.
Buku ini juga berhasil mengajak pembaca memasuki dunia puisi, menginspirasi mereka untuk lebih memahami karya sastra, dan mendorong pengembangan kreativitas dalam menulis. Jadi, buku Puisi dan Bulu Kuduk adalah sebuah ajakan untuk menjelajahi kata-kata dan menyelami keindahan puisi, serta mengapresiasi keunikan dan kekuatan bahasa sebagai bentuk seni yang memikat. Tertarik membacanya, Grameds? Yuk, dapatkan buku Puisi dan Bulu Kuduk karya Acep Zamzam Noor, hanya di Gramedia.com!
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Nama penulis: Resna Anggria Putri
Rujukan
- https://www.gramedia.com/products/puisi-dan-bulu-kuduk?queryID=d78d6c73ea8cd6d449468f676f6d87cf
- https://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Acep_Zamzam_Noer
- https://www.gramedia.com
- Review Buku #Berhentidikamu
- Review Buku 1984
- Review Buku Bagaimana Manusia Berpikir
- Review Buku Bilang Begini Maksudnya Begitu
- Review Buku China Rich Girlfriend
- Review Buku Dilan 1991
- Review Buku Family Constellation Karya Meilinda Sutanto
- Review Buku Fantastic Beasts And Where To Find Them
- Review Buku Filosofi Montessori
- Review Buku Ghosting Writer
- Review Buku I Am Sarahza
- Review Buku Intover: Sebuah Novel Penggugat Jiwa
- Review Buku Menemukan Bahagia dalam Hal-Hal Kecil
- Review Buku Misty Falls
- Review Buku Orang Pertama Tunggal
- Review Buku Pelukis di Atas Awan
- Review Buku Puisi dan Bulu Kuduk
- Review Buku Ramuan Penangkal Kiamat
- Review Buku Sepotong Senja Untuk Pacarku
- Review Buku The Strangers In The Lifeboat
- Review Komik Arakawa Under The Bridge
- Review Komik Chainsaw Man
- Review Komik Dr. Stone: Kisah Si Jenius Senku
- Review Komik Immortal Butterfly: Dark Urban Legend
- Review Komik Sakamoto Days Karya Yuto Suzuki
- Review Novel A Midsummer Night’s Dream
- Review Novel Aku, Kamu, dan Hujan
- Review Novel Aku Tak Membenci Hujan
- Review Novel Antara Fajar dan Senja
- Review Novel Awan-Awan di Atas Kepala Kita
- Review Novel Bilangan Fu
- Review Novel Broken Clouds
- Review Novel Bungo Stray Dogs 3 - Kisah Rahasia Berdirinya Biro Detektif
- Review Novel Cerita Ade Karya
- Review Novel City Lite: My Younger Brother
- Review Novel Crazy Rich Asian
- Review Novel Dijodohin Karya Ariniimandasari
- Review Novel Dora Bruder Karya Patrick Modiano
- Review Novel Dua Belas Pasang Mata
- Review Novel Emerald Pieces
- Review Novel Fairham Island #1: Rahasia Masa Lalu
- Review Novel Fairham Island #2: Rahasia Masa Kini
- Review Novel Jeffrey Don’t Throw Me Away
- Review Novel Greyfriars Bobby
- Review Novel Kerudung Merah Kirmizi
- Review Novel Kitalah yang Ada di Sini Sekarang
- Review Novel Love Scenario Karya Cantika Zhr
- Review Novel Melacak Jejak
- Review Novel Midnight Prince
- Review Novel Mirai Karya Mamoru Hosoda
- Review Novel My Hottest Duda
- Review Novel Laiqa: Berapa Jarak antara Luka dan Rumahmu
- Review Novel Pan's Labyrinth
- Review Novel Pangeran Rayhaan
- Review Novel Paper Umbrella
- Review Novel Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad
- Review Novel Psychic Detective Yakumo 3
- Review Novel Psychic Detective Yakumo 4
- Review Novel Respati
- Review Novel Rainbirds Karya Clarissa Goenawan
- Review Novel Sehidup Sehati
- Review Novel Setan Setan Menggugat
- Review Novel Serangkai
- Review Novel Sketsa-Sketsa: Terima Kasih
- Review Novel Tangerine Green
- Review Novel Tangis di Rinai Gerimis
- Review Novel Tempurung Karya Oka Rusmini
- Review Novel The Borrowed (13.67)
- Review Novel The Confessions of The Sirens
- Review Novel The Good Daughter Karya Karin Slaughter
- Review Novel Untuk Dia yang Terlambat Gue Temukan
- Review Novel Ziarah (The Pilgrimage) Karya Paulo Coelho
- Review A Poem in My Mind
- Review Deep Water (Keheningan Fatal)
- Review Ospek Karya Ruth Hotmartua
- Review Petunjuk Menikmati Hidup dan Pekerjaan
- Review Rahasia-Rahasia Kecil Karya Anna Snoekstra
- Review Sadness & Other Things
- Secrets of Power Negotiating
- Review The Lucky Ones
- Unit 183 Karya Chikita