in

Review Buku Relung Waktu Karya Dede Pratiwi

Rating: 4.15

 

Apakah cinta selalu diiringi dengan rasa sakit? Apakah kasih sayang selalu harus dilengkapi dengan pengorbanan? Jika memang demikian, maka aku siap melakukan segalanya demi kekasihku. Aku adalah seorang gadis yang lahir di Batavia dan dibesarkan di sana.

Sementara itu, kekasihku telah pergi ke Borneo untuk mengejar idealismenya dalam memerdekakan bangsa. Apakah aku harus menyusulnya? Ataukah lebih baik aku diam di sini, menunggu, dan membiarkan takdir mengambil jalannya? Aku bertaruh dalam permainan yang disebut kehidupan. Kekasihku, jika kita harus terjatuh, maka mari kita jatuh bersama di jurang antara cinta dan kematian.

Relung Waktu

button cek gramedia com

Buku Relung Waktu terdiri dari 256 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia pada 15 April 2019. Buku ini akan menampilkan kisah romansa dalam latar zaman Belanda yang penuh dengan konflik yang kompleks, membuat para pembacanya larut dalam cerita.

“Keluargaku tidak miskin, tetapi juga tidak kaya raya. Orang tuaku masih mampu menyediakan kebutuhan hidup bagi aku dan kedua adikku, Sinar dan Mulyati, dengan usaha pabrik tahu rumahan. Pada awalnya, pabrik tahu milik keluargaku sangat menguntungkan, tetapi perlahan-lahan usaha tersebut mengalami kemunduran. Pulau Jawa pada awal abad ke-19 mengalami krisis pangan akibat kebijakan tanam paksa yang diberlakukan oleh kolonial Belanda, yang mengambil alih semua hasil bumi…”

Grameds yang ingin mengenal lebih dekat isi buku ini, jangan lewatkan setiap bagian dari artikel ini ya. Gramin memang tidak menemukan profil penulisnya, tapi bagian lain seperti sinopsis, kelebihan, kekurangan, dan pesan moral buku ini sudah Gramin rangkum lengkap. Selamat melanjutkan membaca!

Sinopsis Buku Relung Waktu

Aku menulis ulang dua bait puisi “Poedjangga Baroe” berjudul Berlagoe Hatikoe yang ditulis pada Maret 1934 oleh penyair Amir Hamzah dalam sebuah kertas putih bergaris. Aku menghayati setiap kata dan retorika dalam puisi tersebut. Puisi ini aku tujukan untuk kekasih hatiku, Hartowardojo. Seorang pemuda cerdas dari Batavia yang pernah mengenyam pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama selama empat tahun, dan telah menyelesaikan studinya di Algeemene Middlebare School (AMS), sekolah menengah umum. Tidak banyak orang yang bisa bersekolah di MULO dan AMS karena hanya mereka yang kaya atau terpilih yang dapat mengenyam pendidikan di sana.

Relung Waktu

button cek gramedia com

Sedangkan aku? Aku cukup beruntung karena sudah lulus dari sekolah menengah umum di Taman Siswa, dan saat ini aku hanya membantu orangtuaku menjaga rumah, memasak untuk adik-adikku, dan membantu bisnis keluarga kami, yaitu pabrik tahu.

Mencari pekerjaan saat ini sangat sulit, tetapi aku merasa cukup beruntung karena tidak semua orang bisa mendapatkan pendidikan. Di kampungku saja, hanya segelintir pemuda dan pemudi yang bisa lulus dari Taman Siswa seperti aku.

Sisanya? Mereka menikah muda dan memiliki anak. Alasannya cukup sederhana, pendidikan bukanlah sesuatu yang penting saat ini.

Keluargaku tidak miskin, tetapi juga tidak kaya raya. Orang tuaku masih mampu menyediakan kebutuhan hidup bagi aku dan kedua adikku, Sinar dan Mulyati, dengan usaha pabrik tahu rumahan. Pada awalnya, pabrik tahu milik keluargaku sangat menguntungkan, tetapi perlahan-lahan usaha tersebut mengalami kemunduran. Pulau Jawa pada awal abad ke-19 mengalami krisis pangan akibat kebijakan tanam paksa yang diberlakukan oleh kolonial Belanda, yang mengambil alih semua hasil bumi. Seiring waktu, bangsa pribumi mulai mengambil alih beberapa sektor pertanian karena Belanda mengalami guncangan akibat perang dengan Jerman dan Jepang.

Pengambilalihan sektor pertanian oleh pribumi secara perlahan ini berdampak pada usaha bisnis olahan pangan dari pertanian yang kembali menjadi primadona. Salah satunya adalah bisnis keluargaku sebagai produsen tahu yang mengalami peningkatan luar biasa. Semua orang mencari alternatif makanan dari olahan kedelai, yaitu tahu, yang telah ditemukan oleh bangsa Tiongkok 3.000 tahun yang lalu.

Cairan Ajaib yang Bisa Menjadi Padat! Non Newton Fluid #GramediaScienceDay

Namun, pasang surut kehidupan terus terjadi. Akhir-akhir ini, usaha orang tuaku tidak berjalan dengan baik. Terlebih lagi pada tahun 1942 ini, setelah Belanda dipukul mundur dari Batavia dan Jepang tiba-tiba datang dengan janji akan membantu kemerdekaan. Usaha orang tuaku semakin merosot karena harga-harga yang tidak stabil, yang turut mempengaruhi kondisi keluarga kami.

Berbeda denganku yang biasa-biasa saja, kekasihku Hartowardojo adalah anak seorang saudagar kaya. Dia adalah seorang pemuda Batavia berusia 19 tahun dengan darah Jawa. Kulitnya sawo matang, matanya tajam dan indah bak elang, rambutnya sedikit ikal dan hitam lebat seperti malam yang gelap.

Aku pertama kali bertemu dengannya setahun yang lalu dalam sebuah acara di Taman Siswa. Dia datang bersama teman-temannya dari AMS. Ketika aku berlari kencang di koridor, kami bertabrakan, seperti adegan dalam opera, tetapi itu benar-benar terjadi. Dia tersenyum manis meskipun sedikit meringis karena pundaknya terkena beberapa buku yang aku bawa.

Aku masih ingat dengan jelas, saat itu dia tidak melepaskan pandangannya dariku. Aku merasa sangat malu karena ini adalah pertama kalinya ada seorang pria yang tidak melepaskan pandangannya dariku. Akhirnya, tidak lama setelah itu, Hartowardojo memberanikan diri untuk berkenalan denganku. Kami menjadi dekat sejak pertemuan pertama itu. Sejak itu, dia sering mengunjungi rumahku.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Relung Waktu

Relung Waktu

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Cerita yang dibangun sangat mendetail.
  • Cerita dibagi menjadi beberapa bab.
  • Perkembangan karakter dan plot cerita yang sangat baik
  • Penggunaan beberapa sudut pandang yang berbeda.
  • Memberikan pembaca pengetahuan baru.
  • Penuh dengan dilema moral yang kompleks.
Cons
  • Ada beberapa sedikit kesalahan penulisan. 

Kelebihan Buku Relung Waktu

Relung Waktu

button cek gramedia com

Relung Waktu karya Dede Pratiwi ini berhasil membawa pembaca ke dalam suasana kolonial di Pulau Jawa pada awal abad ke-19, dengan cerita yang sangat mendetail dan dibagi ke dalam beberapa bab yang diatur dalam rentang waktu yang berbeda-beda. Pembaca dapat merasakan ketegangan hidup sehari-hari sebuah keluarga yang berjuang untuk bertahan di tengah krisis gizi akibat kebijakan penjajahan Belanda. Dede Pratiwi dengan cermat menyoroti kehidupan di masa itu, menggambarkan budaya, kehidupan sosial, dan dinamika politik yang mempengaruhi masyarakat pada zaman itu.

Salah satu kelebihan utama dari novel ini adalah perkembangan karakter dan plot cerita yang sangat baik. Karakter-karakter dalam novel ini tidak hanya sekadar tokoh yang mengisi cerita, tetapi juga tumbuh dan berubah seiring dengan alur waktu. Penggunaan beberapa sudut pandang yang berbeda juga menjadi elemen yang bisa memperkaya narasi, memungkinkan pembaca untuk memahami peristiwa dari berbagai perspektif yang ada dalam cerita. Hal ini tidak hanya memberikan variasi dalam penceritaan, tetapi juga membuat pembaca lebih terikat secara emosional dengan setiap karakter yang ada.

Novel ini penuh dengan dilema moral yang kompleks. Dede Pratiwi berhasil menggambarkan pertarungan emosional yang dialami oleh tokoh utama, seorang gadis yang harus menghadapi pilihan sulit antara cinta dan kewajibannya terhadap keluarga. Dilema-dilema ini membuat pembaca terlibat secara mendalam dalam cerita, merenungkan pilihan-pilihan yang mungkin akan mereka ambil jika berada di posisi yang sama.

Selain itu, novel ini memberikan pengetahuan baru kepada pembaca, terutama mengenai kehidupan di masa kolonial dan bagaimana krisis ekonomi serta politik mempengaruhi masyarakat pada saat itu. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa buku ini bisa menjadi media hiburan sekaligus pembelajaran.

Kekurangan Buku Relung Waktu

Relung Waktu

button cek gramedia com

Meskipun Relung Waktu memiliki banyak kelebihan, buku ini tetap tidak sepenuhnya bebas dari kekurangan. Beberapa kesalahan penulisan dapat ditemukan di dalamnya, seperti typo atau kalimat yang kurang tersusun rapi. Namun, hal ini tidak mengurangi esensi cerita maupun pesan kuat yang ingin disampaikan oleh penulis. Kesalahan tersebut cenderung bersifat minor dan tidak mengganggu alur atau pemahaman pembaca.

Kekuatan utama buku ini tetap terletak pada kisahnya yang menyentuh dan sarat makna. Pembaca masih bisa menikmati alur cerita yang mendalam, penuh emosi, dan mampu mengajak refleksi, meskipun terdapat beberapa kesalahan kecil. Secara keseluruhan, kelebihan cerita dan pesan yang dibawa jauh lebih menonjol dibandingkan dengan kekurangan teknis tersebut.

Pesan Moral Buku Relung Waktu

Relung Waktu

button cek gramedia com

Buku Relung Waktu mengajarkan kita tentang kekuatan cinta yang mampu melampaui batas-batas manusiawi. Di tengah situasi sulit dan krisis yang melanda, cinta menjadi kekuatan yang tak terukur, mampu meneguhkan hati dan membangkitkan harapan. Dalam cerita ini, cinta bukan sekadar perasaan, melainkan sebuah energi yang mendorong para tokohnya untuk tetap bertahan dan menghadapi segala rintangan.

Ketabahan menjadi elemen penting dalam kisah ini, terutama ketika tokoh utama dan keluarganya harus menjalani hidup di bawah bayang-bayang krisis gizi dan ketidakpastian. Mereka dihadapkan pada dilema moral yang menantang, memaksa mereka membuat pilihan-pilihan sulit yang tak hanya menguji logika, tetapi juga hati nurani. Namun, di balik itu semua, kekuatan cinta dalam keluarga mereka tetap menjadi pilar yang menopang segala beban.

Tak terelakkan, pengorbanan menjadi bagian dari perjalanan mereka. Setiap tindakan, baik yang besar maupun kecil, adalah refleksi dari cinta yang mendalam. Dalam menghadapi cobaan hidup, pengorbanan ini menunjukkan betapa cinta bisa menjadi alasan seseorang untuk terus berjuang, meskipun dunia di sekitarnya tampak tak bersahabat. Cinta, ketabahan, dan pengorbanan menjadi tema yang saling terkait, mengingatkan kita bahwa di tengah kesulitan, harapan selalu ada bagi mereka yang mau bertahan dan berkorban.

Grameds yang ingin membaca buku Relung Waktu karya Dede Pratiwi, bisa dapatkan buku ini hanya di Gramedia.com! Gramin juga sudah menyediakan rekomendasi buku-buku rekomendasi yang lain di bawah ini. Yuk langsung saja dapatkan buku-buku terbaik hanya di Gramedia.com! Gramedia akan selalu menjadi #SahabatTanpaBatas yang siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Saga dari Samudra

Saga dari Samudra

button cek gramedia com

Hidup Nyai Ageng Pinatih berubah saat dia menemukan bayi kecil di tengah laut yang dengan magis menghentikan kapal dagangnya. Bayi ini ia beri nama Jaka Samudra. Kelak, bocah ini tak cuma mengubah hidup ibu angkatnya, lebih dari itu, juga dunia yang disentuhnya. Sementara, Jaka Samudra sendiri selalu mempertanyakan tentang asal-usulnya. Lewat novel Saga dari Samudra, Ratih Kumala akan mengajak Kisanak mengunjungi tanah Jawa pada abad ke-15. Saat hidup lebih sederhana, rasa takut lebih nyata, keberanian punya harga, dan Sang Pencipta punya banyak rencana.

Murambi, Buku Tentang Tulang Belulang

Murambi Buku Tentang Tulang Belulang

button cek gramedia com

Melalui narasi yang penuh dengan lompatan waktu dan sudut pandang yang berbeda-beda, Diop membawa pembaca ke dalam kehidupan sehari-hari orang Rwanda sebelum, selama, dan setelah genosida. Dia mengeksplorasi kerumitan masalah identitas, perbedaan etnis, dan perspektif sejarah yang terkadang berbeda-beda antara orang-orang yang berbeda.

Novel ini mengeksplorasi tema-tema yang sulit, termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan, trauma, dan konflik yang merusak masyarakat. Namun, di tengah-tengah kengerian genosida, Diop menemukan kilau harapan dan keberanian di antara karakter-karakternya, yang menggambarkan kerja keras mereka untuk membangun kembali kehidupan mereka dan mencari cara untuk hidup bersama di dunia yang rusak ini.

Cantik Itu Luka

Novel Cantik Itu Luka

button cek gramedia com

Hidup di era kolonialisme bagi para wanita dianggap sudah setara seperti hidup di neraka. Terutama bagi para wanita berparas cantik yang menjadi incaran tentara penjajah untuk melampiaskan hasrat mereka. Itu lah takdir miris yang dilalui Dewi Ayu, demi menyelamatkan hidupnya sendiri Dewi harus menerima paksaan menjadi pelacur bagi tentara Belanda dan Jepang selama masa kedudukan mereka di Indonesia.

Kecantikan Dewi tidak hanya terkenal dikalangan para penjajah saja, seluruh desa pun mengakui pesona parasnya itu. Namun bagi Dewi, kecantikannya ini seperti kutukan, kutukan yang membuat hidupnya sengsara, dan kutukan yang mengancam takdir keempat anak perempuannya yang ikut mewarisi genetik cantiknya.

 

Sumber:

  • https://books.google.co.id/books?id=GcWZDwAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
  • https://yoursay.suara.com/ulasan/2024/04/02/094500/relung-waktu-melintasi-waktu-di-tengah-kisah-cinta-penderitaan-kolonial

Written by Adila V M