in

Review Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Grameds, setiap orang pasti pernah merasakan rasa duka entah. Berduka adalah momen terberat yang mungkin dialami oleh seseorang baik dalam waktu yang cepat atau lambat. Kita boleh saja berduka namun jangan sampai rasa duka itu malah menyelimuti kita terlalu dalam dan membuat kita menjadi tidak konsentrasi dalam melakukan semua hal. Untuk menangani rasa duka itu kita perlu melewati jalan yang tidak selalu mulus namun juga banyak sakitnya dan lika-likunya. Dalam kehidupan kita juga tentu memiliki banyak memori mungkin memori bahagia atau memori sedih. Ketika kita menorehkan banyak momen pada satu orang pasti akan bertambah besar juga duka yang ditinggalkan oleh nya saat orang itu pergi.

Nah Grameds, buku ini berjudul Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring memang bisa? Tenang saja Grameds, judul ini terdengar unik memang sungguh berbeda dari yang lain. Penulis mengambil analogi dengan mencuci piring ketika merasakan duka. Apa hubungannya? Memang bisa? Buku ini akan membahas mengenai rasa duka dan sedih lebih dalam. Buku ini akan mengajarkan kamu bagaimana menerima rasa duka yang tidak selalu berlarut sehingga kamu masih bisa menjalani hari dengan lebih ringan. Sebelum kamu membaca buku ini berikut ini adalah ulasan singkat mengenai Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring.

Sinopsis Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Ketika kehadiran pasien yang sedang mengalami duka, seorang psikiater akan menggali keilmuan yang dimiliki. Dia akan mengulas semua teori yang pernah dipelajari ketika masa kuliah dulu dan mengingat kembali dari pengalamannya bersama dengan pasien-pasien sebelumnya. Kemudian akan mensintesis itu untuk membantu pasien yang berduka dihadapannya. Namun semua berbeda ketika Andreas, seorang psikiater kehilangan anaknya, dia melakukan hal yang berbeda. Dia seakan-akan melempar semua teori yang pernah ia pelajari ke luar jendela dan memutuskan untuk mencari makna mengapa ini semua terjadi. Dan ia menemukan bahwa duka bisa dilalui dengan mencuci piring kotor yang menumpuk di dapur.

Menurut dr. Andreas Kurniawan, Sp. KJ ia pernah mengalami kehilangan dua orang yang begitu dicintai yaitu ayah dan anaknya. Ia menganalogikan mencuci piring sebagai aktivitas yang tepat sekali dalam menggambarkan bagaimana seseorang melewati perasan tidak nyaman ketika berduka. Hal ini karena tidak ada orang yang senang dengan aktivitas mencuci piring, yang sebagian banyak orang adalah makan atau mungkin hanya memasak. Ketika melihat piring menumpuk di wastafel rasanya itu adalah beban berat yang sulit untuk dikerjakan. Namun bagaimana lagi? Itu adalah hal yang harus dilakukan seseorang yang mau ‘membereskannya’.

Ketika kita mencintai seseorang pasti suatu saat nanti akan ada kondisi duka yang dilewati oleh salah satu dari mereka karena harus ada yang merasakan rasanya kehilangan. Rasa duka dan beban yang ada ketika berduka itu bagaikan sebuah tumpukan cucian piring, kamu tidak boleh membiarkan itu menumpuk terlalu lama jika itu terjadi tentu kita akan semakin merasa berat untuk membereskannya.

Ketika kita mencuci piring, hal yang dilakukan pertama adalah dengan membuang sisa sampah makanan yang ada di piring dan berserakan ke tempat sampah. Kemudian bisa memulai dengan membersihkan piring menggunakan spons satu persatu dan membilasnya. Sama halnya dengan rasa duka, ada berbagai step yang harus dilakukan untuk dapat bisa ‘membereskan’ rasa duka itu. Kita tidak perlu menolak dan menganggap semuanya baik-baik saja saat kenyataannya tidak, yang kita perlukan adalah melaluinya dengan sabar dan perlahan-lahan. Kita perlu mengerjakan pekerjaan yang perlu kita kerjakan dan jangan sampai itu membuat kita mengganggu kegiatan kita.

Buku ini adalah proses Dr. Andreas dapat memaknai kehilangan yang besar yang terjadi dalam hidupnya. Buku ini dikemas dengan santai dan tambahan humor gelap yang membuat buku ini semakin wajib untuk kamu baca ketika kamu merasakan duka. Buku ini berisikan mengenai panduan bermanfaat yang langsung bisa kita aplikasikan dalam hidup seperti “Tutorial Mencuci Piring”, “Tutorial Menyusun Puzzle” dn “Tutorial Menerima Kematian Seorang Anak.”

Buku ini dilengkapi dengan 16 bab yang akan menemani kamu mengarungi perjalanan dan perjuangan dari awal hingga akhir. Pada bab pertama Dr. Andreas akan mengucapkan selamat datang kepada Klub Berduka tempat orang-orang bisa datang dan membicarakan mengenai duka yang mereka rasakan. Bab kedua kamu akan diajak merasakan bagaimana rasa 24 jam pertama ketika seseorang mengalami duka.

Dr. Andreas sendiri mengatakan dalam wawancaranya dengan SEA Today bahwa tantangan terberat dalam menulis buku ini adalah menghadapi duka itu sendiri. Menurutnya bab 10 adalah bab yang paling sulit untuk ditulis. Dalam bab ini akan ada cerita mengenai Hiro yang merupakan putranya secara rinci 30 menit sebelum meninggal. Dan pada bab ke 4 bagaimana Dr. Andreas akhirnya menghubungkan proses berduka dengan mencuci piring pada judul “Tutorial Mencuci Piring”. Pada bab ke 16, pembaca akan sampai pada judul buku “Normal Baru yang Asimetris”, Pada bab ini pembaca akan diajak melihat bagaimana kehidupan berjalan setelah ditinggalkan orang yang paling dicintai.

Buku ini termasuk dalam buku yang sangat manusiawi dalam memberikan pencerahan karena tidak ada tips dan trik tertentu yang harus kita lakukan ketika kehilangan seseorang yang berharga

Tentang Penulis Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Dr. Andreas Kurniawan adalah seorang spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiater) yang juga merupakan penulis dari buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring. Dr.Andreas Kurniawan lulus di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan ketertarikan dalam bidang Behavior Sciences. Ia adalah psikiater yang banyak menangani pasien dengan gangguan mood, depresi, bahkan bipolar, fobia, gangguan kecemasan, gangguan tidur, hiperaktivitas pada usia anak, konsultasi gangguan seks dan perkawinan dan masalah perasaan dan perilaku lainnya. Dr. Andreas juga merupakan anggota dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Pros & Cons

Pros
  • Dapat menjadi pencerahan mengenai rasa duka
  • Menggunakan pendekatan yang unik mengenai mencuci piring
  • Ditulis oleh ahlinya yaitu dokter spesialis kejiwaan
  • Ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami
  • Memiliki banyak pesan moral
  • Cover yang menarik
Cons
  • TIdak ada ilustrasi gambar yang dapat membantu penggambaran perasaan emosi pembaca

Kelebihan Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Buku ini bisa menjadi pencerahan mengenai rasa duka yang dirasakan oleh seseorang. Buku ini akan menemani kamu melewati rasa duka karena kehilangan seseorang sehingga kamu bisa menjalani kegiatan dan aktivitas dengan normal tanpa mengganggu mu.

Selain itu buku ini menggunakan pendekatan yang unik yaitu mencuci piring untuk membagikan cerita mengenai rasa duka. Mencuci piring mungkin analogi yang tepat dan ringan untuk bisa mengendalikan rasa duka namun proses yang dilalui ketika ada cucian piring dan rasa berduka sama-sama memiliki beban yang berat.

Buku ini juga ditulis oleh dokter spesialis kejiwaan atau psikiater yang memang ahli dalam menangani pasiennya yang bermasalah dengan perasaan dan juga gangguan kesehatan mental lainnya. Sehingga Grameds tidak perlu ragu lagi untuk membaca isi dalam buku ini karena sudah ditulis oleh ahlinya. Selain itu buku ini juga ditulis berdasarkan pengalaman penulis mengenai kehilangan jadi mungkin apa yang dirasakan pembaca dan penulis bisa saja sama.

Buku ini juga ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami dan mudah dimengerti oleh pembacanya. Tidak rumit dan bisa diresapi dengan baik. Buku ini cocok untuk kamu yang sedang malas berpikir dan rasa tidak ingin melakukan apapun karena sedang berduka. Buku ini juga dilengkapi dengan humor-humor gelap yang membuat buku ini semakin menarik untuk dibaca.

Buku ini juga memiliki banyak sekali pesan moral yang dapat diambil seperti agar kita tidak larut dalam kesedihan dan rasa duka. Kita masih memiliki kegiatan dan aktivitas yang harus dijalani di dunia ini dan kita berhak berbahagia setelah melewati masa-masa sulit dalam keadaan itu.

Selain itu buku ini memiliki cover yang menarik menggambarkan seseorang yang sedang mencuci piring sesuai dengan analogi mencuci piring dan juga kedukaan yang dibahas di dalam buku.

Kekurangan Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Tidak ada ilustrasi gambar pada bagian-bagian novel yang bisa menambah motivasi membaca para pembacanya. Seharusnya dengan adanya gambar ilustrasi akan merefresh kembali otak dan kita juga diberikan gambaran mengenai apa yang sedang dijelaskan.

Pesan Moral Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Grameds, berduka adalah perasaan yang pasti dirasakan oleh setiap manusia. Semakin kita mencintai dan menyayangi seseorang maka akan semakin rasa duka itu terasa jika orang itu harus meninggalkan kita apalagi dalam hal kematian. Berduka adalah suatu proses untuk kembali lagi menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih tangguh dari sebelumnya. Dengan berduka kita akan menghargai waktu, kesempatan dan juga momen dengan orang lain. Maka dari itu Grameds jika kamu sedang merasakan rasa duka yang begitu dalam karena kehilangan seseorang maka buku ini bisa menjadi bantuan kamu untuk bangkit dari rasa duka itu.

Nah Grameds, jika kamu tertartik kamu bisa mendapatkannya di Gramedia.com atau toko buku Gramedia terdekat di kotamu! Selamat Membaca Grameds.

Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Devina

 

Rekomendasi Buku Terkait

Anxiety Sucks: Sebuah Buku Untuk Membantumu Menghadapi Gangguan

anxiety sucks

Anxiety Sucks: Sebuah Buku Untuk Membantumu Menghadapi Gangguan Kecemasan merupakan salah satu buku pengembangan diri karya Isnanahhh. Perasaan kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Kecemasan pada dasarnya bukan merupakan gangguan. Kecemasan ini merupakan sinyal yang menyadarkan. Ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam, sehingga dalam banyak hal ia justru mampu meningkatkan kewaspadaan dan membuat tubuh bersiap melakukan suatu tindakan untuk mengatasi ancaman.

 

Segala-galanya Ambyar

segala-galanya ambyar

Segala-galanya Ambyar merupakan buku yang berisi tentang pesan-pesan tentang kehidupan agar mendapatkan kehidupan dan dunia yang lebih baik. Buku ini memiliki fokus bahasan yaitu harapan dan segala-galanya ambyar. Pada fokus bahasan harapan, Manson membagi lagi ke beberapa poin yaitu kebenaran yang menggelisahkan, kendali diri adalah sebuah ilusi, hukum newton tentang emosi, 5 cara untuk mewujudkan mimpi, dan harapan itu ambyar. Sedangkan pada fokus bahasan segala-galanya ambyar, Manson membagi ke beberapa poin yaitu formula kemanusiaan, rasa sakit merupakan konstanta universal, ekonomi perasaan, dan agama final. Buku ini merupakan kelanjutan dari Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat (Subtle Art of Not Giving A F*ck).

 

Seni Mendengarkan Orang Lain

seni mendengarkan orang lain

Mendengarkan orang lain merupakan kemampuan yang penting untuk membangun hubungan yang baik dan memahami perspektif orang lain. Namun, tentu saja tidak semua orang bisa mendengarkan orang lain dengan seksama. Oleh sebab itu, melayani curhat itu susah. Namun, seberapa perlu kita mendengarkan orang lain? Mengapa pula kita butuh untuk didengarkan? Bagaimana jika kita sama sekali tidak punya kawan yang mau mendengarkan kita? Atau justru sebaliknya, bagaimana jika banyak teman yang mengadu setiap saat pada kita? Apa sih susahnya mendengarkan? Bukannya setiap manusia sebagai makhluk Tuhan yang dianugerahi indra pendengar pastinya tidak sulit melakukan hal ini? Bahkan hari ini, saudara-saudara kita yang tunarungu pun telah terbantu dengan alat untuk bisa menerima suara-suara yang ada di sekitarnya. Lalu, apa sebenarnya yang dipermasalahkan dari sebuah kemampuan diri untuk “mendengarkan”? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa pernah mendengar kata-kata orang lain.” Seperti halnya kemampuan membaca. Ia diartikan tidak sekadar sebagai kemampuan membunyikan huruf menjadi kata, yang terangkai menjadi kalimat, yang menyusun paragraf, hingga saling terkait dalam sebuah teks. Kemampuan mendengarkan tidak sebegitu mudahnya diartikan sebagai menerima suara-suara yang diucapkan atau dibunyikan oleh orang lain, atau segala sesuatu di luar tubuh kita. Lebih dari itu, kompetensi diri untuk mendengarkan adalah tentang memahami suara suara itu menjadi sebuah makna yang bisa lebih bisa kita cerna dengan baik.

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.