The Old Man and the Sea adalah sebuah buku yang ditulis oleh penulis asal Amerika, Ernest Hemingway, pada tahun 1951 di Cayo Blanco (Kuba). Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1952. Buku The Old Man and the Sea merupakan karya fiksi besar terakhir yang ditulis oleh Ernest Hemingway, yang diterbitkan selama masa hidupnya. Buku yang menjadi salah satu karya Ernest yang paling terkenal ini mengisahkan tentang Santiago, seorang nelayan Kuba yang berjuang untuk mendapatkan ikan marlin raksasa jauh di Gulf Stream di lepas pantai Kuba.
Kisah The Old Man and the Sea ini sangat singkat, karena benar-benar hanya mengisahkan perjalanan Santiago ketika menjalankan pekerjaannya saja. Tidak ada tokoh lain, dan banyak memuat monolog. Buku ini hanya memiliki total 162 halaman. Buku The Old Man and the Sea telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh beberapa penerbit, salah satunya adalah penerbit Narasi.
The Old Man and the Sea menjadi karya penting dalam sejarah kepenulisan Ernest Hemingway, karena buku ini adalah karya utama masterpiece dari Ernest Hemingway yang banyak menyita perhatian dunia. Karya ini berhasil memenangkan hadiah Pulitzer (1953), Award of Merit Medal for Novel dari American Academy of Letters (1953), dan penghargaan Nobel Sastra (1954) untuk keahlian luar biasa Ernest pada seni narasi, yang didemonstrasikan dalam The Old Man and the Sea, serta pengaruh atas gaya sastra kontemporer.
Karya-karya Ernest Hemingway memang dikenal selalu dramatik, memiliki narasi deskripsi yang kuat, dan mampu mengusung penggambaran situasi yang sempurna. Buku The Old Man and the Sea dituliskan dengan gaya penulisan yang tenang dan mengalir, jalan cerita yang teratur, sifat-sifat tokoh utama tergambar jelas dengan penuturan yang tidak terburu-buru. Fokus utama karya Ernest Hemingway ini adalah manusia yang berhasil mengatasi penderitaan dalam kesendiriannya. Banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa ditemukan dalam karya Ernest Hemingway ini.
Table of Contents
Profil Ernest Hemingway – Penulis Buku The Old Man and the Sea
Ernest Miller Hemingway adalah pria asal Oak Park, Illinois, yang lahir pada pada 21 Juli 1899. Ernest Hemingway lahir dari pasangan Clarence Edmonds Hemingway, seorang dokter, dan Grace Hall Hemingway, seorang musisi. Orang tua Ernest adalah orang yang berpendidikan dan dihormati di daerah asalnya. Ernest Hemingway bersekolah di Oak Park and River Forest High School di Oak Park dari tahun 1913 hingga 1917.
Ernest dikenal sebagai atlet yang baik, ia suka terlibat di berbagai bidang olahraga, seperti tinju, trek dan lapangan, polo air, dan sepak bola. Selain itu, ia juga suka tampil di orkestra sekolah selama dua tahun, bersama dengan saudara perempuannya, Marcelline. Ia juga menerima nilai bagus di kelas bahasa Inggris. Selama dua tahun terakhirnya di sekolah menengah, Ernest menjadi editor Trapeze dan Tabula (surat kabar dan buku tahunan sekolah), di mana ia meniru bahasa penulis olahraga dan menggunakan nama pena Ring Lardner Jr.
Setelah meninggalkan sekolah menengah, Ernest Hemingway bekerja untuk The Kansas City Star sebagai reporter. Meskipun dia tinggal di sana hanya selama enam bulan, dia mengandalkan panduan gaya Star sebagai dasar untuk tulisannya. Panduan yang membuatkan menggunakan kalimat pendek, menuliskan paragraf pertama yang pendek, dan memakai bahasa Inggris yang kuat, serta menjadi positif, bukan negatif.
Nama Ernest Miller Hemingway dikenal sebagai seorang novelis, penulis cerita pendek, dan jurnalis asal Amerika. Ia dikenal karena gaya penulisannya yang ekonomis, tetapi bersahaja. Ernest memiliki pengaruh kuat pada bidang fiksi abad ke-20, sementara gaya hidup petualang dan citra publiknya membuatnya dikagumi dari generasi selanjutnya. Ernest Hemingway menghasilkan sebagian besar karyanya antara pertengahan 1920-an dan pertengahan 1950-an. Ernest juga berhasil dianugerahi Hadiah Nobel Sastra 1954.
Ernest Hemingway telah menerbitkan sejumlah tujuh novel, enam kumpulan cerita pendek, dan dua karya nonfiksi. Tiga novelnya, empat kumpulan cerita pendek, dan tiga karya nonfiksi diterbitkan secara anumerta. Banyak dari karya Ernest yang dianggap sebagai karya klasik sastra Amerika.
Sinopsis Buku The Old Man and the Sea
Santiago adalah seorang nelayan tua dan berpengalaman yang telah berlayar delapan puluh empat hari tanpa menangkap ikan. Dia sekarang dilihat sebagai “salao”, bentuk terburuk dari sial. Manolin, seorang pemuda yang dilatih Santiago sejak kecil, telah dipaksa oleh orang tuanya untuk bekerja di kapal yang lebih beruntung. Manolin tetap berdedikasi untuk bekerja bersama Santiago. Ia juga masih selalu mengunjungi tempat tinggalnya setiap malam, membantunya membawa peralatan memancingnya, menyiapkan makanannya, dan berbincang tentang bisbol Amerika, terutama pemain favorit Santiago, yakni Joe DiMaggio.
Santiago mengatakan bahwa besok, dia akan menjelajah jauh ke Gulf Stream, bagian utara Kuba di Selat Florida untuk memancing. Ia yakin bahwa nasib sialnya sudah dekat. Pada hari ke delapan puluh lima dari masa sialnya yang beruntun, Santiago melayarkan perahunya lebih awal. Menjelang siang, dia telah mengait seekor ikan besar yang dia yakini adalah ikan marlin, tetapi dia tidak bisa menariknya ke permukaan.
Dia tidak mau mengikat tali ke perahu, karena takut tiba-tiba sentakan dari ikan akan mematahkan talinya. Dengan punggung, bahu, dan tangannya, dia memegang tali selama dua hari dua malam. Dia memberi kelonggaran sesuai kebutuhan sementara marlin menariknya jauh dari darat. Dia menggunakan kailnya yang lain untuk menangkap berbagai ikan dan ikan lumba-lumba untuk dimakan.
Tali itu memotong tangannya, tubuhnya terasa sakit, dan dia kurang tidur. Meskipun begitu, Santiago tetap mengungkapkan belas kasih dan penghargaan untuk marlin. Ia bahkan sering menyebutnya sebagai saudara. Dia menetapkan bahwa tak ada orang yang cukup layak untuk memakan marlin.
Pada hari ketiga, marlin yang lelah mulai mengitari perahu. Santiago yang setengah mengigau, menarik tali itu ke arahnya dan membawa marlin ke arah perahu. Dia menarik marlin ke sisinya dan menusuknya dengan tombak. Ia membunuhnya. Melihat ukuran ikan itu yang sangat besar itu dan tidak muat di perahu, Santiago pada akhirnya memutuskan untuk mengikatnya saja ke sisi perahunya.
Dia pun berlayar pulang, memikirkan harga tinggi yang akan dibawa ikan itu ke pasar dan berapa banyak orang yang akan dia beri makan. Jejak darah dari marlin mati menarik hiu. Santiago memarahi dirinya sendiri karena telah bertindak terlalu jauh. Dia kemudian membunuh hiu mako besar dengan tombaknya, tetapi ia kehilangan senjatanya.
Santiago kemudian membuat tombak dengan mengikatkan pisaunya ke ujung dayung. Dia mengalahkan tiga hiu lagi sebelum bilah pisaunya patah, dan dia melawan dua hiu lagi hingga tunduk. Namun, setiap hiu telah menggigit marlin besar, dan meningkatkan aliran darah. Malam itu, seluruh pasukan hiu datang. Santiago mencoba untuk mengalahkan mereka kembali.
Saat dayungnya patah, Santiago mencabut anakan perahu dan melanjutkan pertempuran. Setelah melihat upaya hiu untuk memakan kepala marlin, Santiago menyadari bahwa ikan itu telah habis dimakan. Dia memberi tahu hiu bahwa mereka telah membunuh mimpinya. Santiago akhirnya mencapai pantai sebelum fajar keesokan harinya. Dia kemudian segera pergi menuju ke gubuknya, dan meninggalkan sisa kepala dan kerangka ikan yang ada di sisi perahunya.
Sesampai di rumah, dia tertidur lelap. Di pagi hari, Manolin menemukan Santiago. Saat dia pergi untuk mengambil kopi untuk Santiago, dia menangis. Sekelompok nelayan telah berkumpul di sekitar sisa-sisa marlin. Salah satunya mengukurnya pada ketinggian 18 kaki (5,5 m) dari hidung ke ekor.
Para nelayan itu kemudian mengatakan kepada Manolin untuk memberitahu Santiago betapa mereka turut menyesal atas kejadian itu. Saat Santiago bangun, dia memberikan kepala ikan marlin itu kepada Pedrico, teman sesama nelayannya yang selalu baik hati kepada Santiago. Dia dan Manolin berjanji untuk memancing bersama sekali lagi. Santiago pun kembali tidur, dan dia memimpikan masa mudanya di pantai Afrika.
Kelebihan Buku The Old Man and the Sea
Sebagai buku yang telah mendapatkan Penghargaan Nobel Sastra, buku The Old Man and the Sea tentunya memiliki sejumlah kelebihan. Kelebihan yang pertama, yaitu dari premis kisah ini sendiri yang sangat sederhana. Ini adalah kisah tentang Santiago, nelayan tua yang mencoba menangkap ikan marlin raksasa. Kisah ini hanya berpusat pada Santiago saja, dan menyajikan banyak monolog.
Premis yang sangat sederhana ini membuat alur kisah ini tentunya sangat singkat. Namun, Ernest Hemingway mampu membuat kisah yang singkat ini menjadi cukup kompleks dan menarik, sehingga kisah nelayan tua ini tidak lekang oleh waktu. Buku ini dinilai begitu menggambarkan karya sastra yang klasik, dan tak heran jika dikatakan sebagai masterpiece.
Kelebihan lain, banyak pembaca yang menyukai buku ini, karena karakter si lelaki tua itu. Ernest Hemingway dinilai mampu membangun karakter yang kuat, menarik, dan dapat menjadi teladan. Tokoh Santiago mampu mencuri perhatian pembaca, dan hal ini membuat meskipun lelaki tua itu berdialog dengan dirinya sendiri, dengan ikan, dan burung, pembaca bisa menemukan makna yang mendalam.
Melalui Santiago, Ernest juga memberikan sejumlah pembelajaran bagi pembaca. Seperti, bagaimana seseorang bisa menyemangati dirinya sendiri, bagaimana seseorang bisa melawan dirinya sendiri. Bagaimana di suatu saat, seseorang bisa mengatakan “tidak” dan di saat yang lain mengatakan “ya, aku bisa”. Ia bisa mengontrol dirinya sendiri di kala menghadapi kesulitan.
Secara keseluruhan The Old Man and the Sea adalah buku singkat yang sangat berkesan. Ini bukan hanya sekadar kisah seorang nelayan tua yang mencoba mendapatkan ikan. Ini adalah kisah yang penuh dengan makna. Buku ini sangat direkomendasikan bagi anda yang ingin membaca kisah sederhana, tetapi sarat akan makna.
Kekurangan Buku The Old Man and the Sea
Selain kelebihan, buku The Old Man and the Sea ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada alur kisah yang berputar dalam setting yang sama saja, yang mungkin bisa membuat sejumlah orang merasa jenuh. Apalagi, kisah ini hanya berpusat pada satu tokoh. Namun, ini terkait dengan preferensi masing-masing pembaca.
Pesan Moral Buku The Old Man and the Sea
Melalui kisah The Old Man and the Sea, kita dapat belajar bahwa tidak ada yang benar-benar dinamakan akhir di dunia ini. Setiap akhir adalah sebuah awal. Seperti Santiago yang akhirnya berhasil menarik ikan besar itu, mungkin baginya itu adalah tujuan akhirnya. Namun, setelah akhir tersebut, terdapat sebuah awal perjuangan baru di mana para hiu mulai berdatangan untuk mengambil ikan itu. Di balik perjuangan barunya itu, Santiago tidak kunjung menyerah, ia terus berusaha untuk mempertahankan ikan hasil pancingannya tersebut.
Buku The Old Man and the Sea mengajarkan kita untuk senantiasa sabar dan memiliki harapan bahwa akan ada kebaikan yang datang, meskipun peluangnya sangat kecil sekalipun. Kisah ini juga mengajarkan kita akan arti dari perjuangan, memiliki tekad kuat, dan menjadi seseorang yang berani. Si nelayan tua memiliki pilihan untuk pulang saja. Namun, ia tidak mengambil pilihan tersebut.
Lalu, kisah ini mengingatkan kita bahwa setiap hari adalah hari yang baru. Ini berarti, setiap hari adalah sebuah harapan yang lebih baik daripada sekadar keberuntungan. Anda perlu yakin akan hal itu, sehingga saat keberuntungan tiba, anda akan siap untuk menerimanya.
Sekian ulasan buku The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway. Gimana Grameds, apakah kalian penasaran akan karya sederhana yang memukau ini? Bagi kalian yang ingin membaca karya sastra ini, kalian bisa mendapatkannya hanya di Gramedia.com.
- Review Novel My Youth
- Review Novel The Love Hypothesis
- Review Novel Lavender
- Review Novel Real Face
- Review Novel IPA dan IPS
- Review Novel Bumi dan Lukanya
- Review Novel Supernova 1
- Review Novel Supernova 2
- Review Novel Supernova 3
- Review Novel Miss Marple's Final Cases
- Review Novel Aroma Karsa
- Review Buku Ayana, Journey to Islam
- Review Buku Home Body
- Review Novel All the Light We Cannot See
- Review Buku Matilda
- Review Novel Orang Berikut Yang Kaujumpai Di Surga
- Buku 24 Jam Bersama Gaspar
- Review Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah
- Review Novel Three Dark Crowns
- Review Novel The Old Man and the Sea
- Review Novel Midnight Sun
- Review Novel Circe
- Review Because You Love to Hate Me
- Review Novel The Kudryavka Sequence
- Review Novel Confessions
- Review Novel Kitchen
- Review Novel Burning
- Review The Chronicles of Narnia Series
- Review Novel Weathering With You
- Review Novel Rich People Problems
- Review Novel Guns, Germs dan Steel
- Review Novel Siege and Storm
- Review Novel Absolute Justice
- Review Novel Silam