in

(REVIEW BUKU) Tukar Takdir: Membaca Nasib 12 Makhluk

“Halo cerpen, apa kabar?”

Itulah tegur sapa sastrawan Maman S. Mahayana saban Minggu di awal buku Bermain dengan Cerpen: Apresiasi dan Kritik Cerpen Indonesia. Namun, tegur sapa itu tak berlaku bagi kumpulan cerita Tukar Takdir karya Valiant Budi alias Vabyo.

Judul novel Tukar Takdir seolah mengandung ironinya sendiri: siapa yang ingin menukar nasibnya dengan makhluk-makhluk yang diceritakan di buku ini? Di Tukar Takdir, sang penulis tampak merancang buku kumpulan cerita ini dengan seksama. Ia menaruh 12 cerita di buku ini tampak tak saling terkait, tak berhubungan, serta dari beragam genre.

Ada yang bisa kita baca sebagai sebuah cerita fabel (kisah dunia binatang), cerita misteri dan supranatural, drama rumah tangga kontemporer, atau bahkan nyerempet fiksi sains.

 

review-novel-tukar-takdir
Ade Irwansyah/Gramedia Digital

Begitu juga gaya bahasanya. Semuanya diceritakan dari sudut pandang orang pertama, tapi ada yang sepenuhnya memakai logat Betawi dan ada pula yang tak pakai huruf kapital, seolah hendak mengatakan yang diceritakan adalah makhluk kecil yang tak berarti, namun sebenarnya, seperti kita, mereka juga punya perasaan, hasrat, harapan, dan cinta.

Pada review novel tukar takdir ini, Valiant merancang agar setiap cerita punya twist alias kelokan. Ia ingin setiap cerita mempunyai efek kejut. Ia mengibaratkan pembaca seperti tengah menonton film misteri atau suspens. Maka, lewat bukunya, pembaca seolah sedang nonton 12 film dengan setiap cerita meninggalkan efek kejut.

Namun di sini pula konsep novel tukar takdir ini mengandung kelemahannya. Kebanyakan efek kejut memang berhasil mengecoh, beberapa lagi sudah bisa ditebak saat membaca setengah cerita. Dan bila buku ini dibaca dalam sekali duduk—yang berarti pula menandakan demikian lancarnya Valiant bercerita hingga pembaca ogah melepas sebelum tandas—pembaca otomatis menduga-duga apa efek kejut di akhir cerita yang ia baca berikutnya.

Terkait efek kejut ini mengingatkan kita pada serial televisi lawas Alfred Hithcock Presents dan The Twilight Zone. Generasi 1990-an tentu akrab dengan dua serial tersebut karena pernah tayang di TV swasta di era itu. Generasi sekarang mungkin ada pula yang pernah menontonnya di saluran TV berbayar. Resep mengejutkan di dua serial itu pula yang dipakai Valiant.

Misalnya, akhir cerpen berjudul Takdir 4: Kunci Pencari Pintu:

Aku tertegun.
Batuk itu…
“Ambilkan aku air, Mardikun! HOEK HOEK AAAKH!”

Atau yang ini. Dari cerita Takdir 9: Hidup yang Sangat Berat:

oh!
tak mungkin!!!
manusia itu tak mungkin mem…
…bu…
…nuh…
…ku………………….

Apa kejutan dari dua akhir cerita di atas? Kenapa itu bisa jadi sebuah kelokan alias twist? Maaf, tak bisa dibocorkan. Kamu harus baca sendiri cerpennya, sebab tak asyik bila kejutannya diumbar di sini.

Yang jelas, apa yang dilakukan Valiant alias Vabyo menambah khasanah sastra populer kita. Sebuah kumpulan cerpen tak perlu diloloskan ke koran terlebih dahulu, dikumpulkan lalu dibukukan. Sebuah kumcer bisa dirancang konsepnya dengan matang, mengusung satu tema meski ceritanya berlainan satu sama lain.

Penulis macam Fiersa Besari serta Valiant Budi sepatutnya menginspirasi penulis lain melakukan hal serupa. Teruslah menulis cerita, entah panjang atau yang pendek. Jangan terlalu terobsesi untuk lolos dimuat di koran.

Cerpen-cerpen kamu mungkin punya riwayat hidup yang lain. Mungkin takdirnya langsung dibukukan seperti novel Tukar Takdir. Yang penting, menulislah terus. Itu saja dulu.

Tukar Takdir

Penulis: Valiant Budi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2019
Jumlah Halaman: 221 halaman

 

novel-tukar-takdir
Beli e-books Tukar Takdir – Valiant Budi di sini

 

Written by Nanda Hadiyanti

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.