And Then There Were None merupakan novel misteri karya penulis asal Inggris, Agatha Christie. Novel ini digambarkan sebagai buku yang paling sulit untuk ditulis olehnya. Novel ini pertama kali diterbitkan di Inggris oleh Collins Crime Club pada 6 November 1939, dengan judul “Ten Little Niggers”. Edisi Amerika Serikat novel ini dirilis pada Januari 1940 dengan judul “And Then There Were None”, yang diambil dari lima kata terakhir lagu tersebut.
Kisah ini kemudian dicetak ulang dan diadaptasi di Amerika menggunakan judul tersebut, meskipun kebanyakan buku saku menggunakan judul “Ten Little Indians” antara tahun 1964 dan 1986. Sedangkan, novel ini dalam edisi Inggris terus menggunakan judul “Ten Little Niggers” hingga tahun 1985. Novel And Then There Were None ini adalah novel misteri paling laris sepanjang masa di dunia, dengan penjualan mencapai lebih dari 100 juta eksemplar. Novel ini juga sudah terdaftar sebagai judul terlaris keenam dalam bahasa apa pun, termasuk karya referensi.
And Then There Were None telah diadaptasi lebih banyak daripada karya Agatha Christie yang lain. Agatha Christie sendiri telah mengubah akhir yang suram menjadi lebih nyaman bagi penonton teater saat dia mengadaptasi novel ini untuk panggung pada tahun 1943. Banyak adaptasi memasukkan perubahan pada cerita, seperti menggunakan alternatif akhir Agatha Christie dari drama panggungnya atau mengubah latar ke lokasi lain.
Novel ini telah diadaptasi menjadi banyak film. Beberapa di antaranya, yaitu And Then There Were None (1945), Ten Little Indians (1965), Gumnaam (1965), Nadu Iravil (1970), And Then There Were None (1974), Ten Little Indians (1981), Ten Little Maidens (1985), Desyat’ Negrityat (1987), Ten Little Indians (1989), Mindhunters (2004), Aduthathu (2012), dan Aatagara (2015). Selain diadaptasi dalam bentuk film, kisah ini juga telah diadaptasi untuk siaran radio, teater, serial televisi, novel visual, video games, dan juga board games.
Sebagai salah satu novel terlaris di seluruh dunia, tentunya novel ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing. Salah satunya ke dalam Bahasa Indonesia, novel ini sudah diterjemahkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada November 2017 dengan judul “And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap)”. Novel dengan total 290 halaman ini akan mengisahkan tentang 10 orang yang diundang ke sebuah rumah mewah di Pulau Prajurit, yang berlokasi di seberang pantai Devon.
Sepuluh orang itu memiliki rahasia kelamnya masing-masing. Mereka semua datang tanpa curiga pada suatu sore di musim panas yang indah. Namun, tiba-tiba, rentetan kejadian misterius mulai terjadi. Pulau itu berubah menjadi pulau yang mengerikan saat satu demi satu dari mereka tewas secara bergantian.
Table of Contents
Profil Agatha Christie – Penulis Novel And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap)
Dame Agatha Mary Clarissa Christie lahir pada 15 September 1890. Wanita yang akrab dipanggil Agatha Christie ini merupakan seorang penulis asal Inggris yang dikenal dengan 66 novel detektif dan 14 koleksi cerita pendeknya, terutama yang berkisah seputar detektif fiksi Hercule Poirot dan Miss Marple. Agatha Christie juga penulis dari drama terlama di dunia yang berjudul The Mousetrap, yang telah ditampilkan di West End sejak 1952.
Pada tahun 1971, Agatha Christie diangkat menjadi Dame (DBE) atas kontribusinya pada sastra. Guinness World Records juya mencantumkan nama Agatha Christie sebagai penulis fiksi paling laris sepanjang masa, karena novel karyanya sudah terjual lebih dari dua miliar eksemplar. Agatha Christie dilahirkan dalam keluarga kelas menengah atas yang kaya di Torquay, Devon. Sebagian besar keluarganya bersekolah di rumah.
Pada awalnya, Agatha Christie adalah seorang penulis yang gagal, karena ia menerima enam penolakan berturut-turut. Namun, nasibnya ini berubah pada tahun 1920 saat ia berhasil menerbitkan The Mysterious Affair at Styles, yang menampilkan detektif Hercule Poirot. Suami pertama Agatha Christie bernama Archibald Christie, mereka berdua menikah pada tahun 1914 dan memiliki satu anak. Namun, hubungan pernikahan mereka berakhir pada tahun 1928.
Selama masa Perang Dunia Kedua, Agatha Christie bekerja di sebuah apotek di rumah sakit. Dari pekerjaannya itu, ia memperoleh pengetahuan menyeluruh mengenai racun yang kemudian sia tampilkan dalam banyak novel, cerita pendek, dan drama yang ditulisnya. Pada tahun 1930, setelah pernikahannya dengan seorang arkeolog bernama Max Mallowan, Agatha Christie menghabiskan beberapa bulan setiap tahunnya untuk menggali di Timur Tengah dan menggunakan pengetahuan tentang profesi ini dalam fiksinya.
Menurut Index Translationum UNESCO, Agatha Christie adalah penulis individu yang karyanya paling banyak diterjemahkan. Novelnya yang berjudul And Then There Were None menjadi salah satu buku terlaris sepanjang masa, dengan penjualan mencapai 100 juta eksemplar. Pada tahun 1955, Agatha Christie berhasil menjadi penerima pertama dari Penghargaan Grand Master Penulis Misteri Amerika. Pada tahun yang sama, karyanya yang berjudul Witness for Prosecution juga berhasil menerima Penghargaan Edgar untuk drama terbaik.
Pada tahun 2013, Agatha Christie terpilih sebagai penulis kriminal terbaik dan The Murder of Roger Ackroyd menjadi novel kriminal terbaik yang pernah ada dari total 600 novelis profesional dari Asosiasi Penulis Kejahatan. Pada bulan September 2015, And Then There Were None dinobatkan sebagai “Christie Favorit Dunia” dalam pemungutan suara yang disponsori oleh properti penulis. Banyak buku dan cerita pendek karya Agatha Christie yang telah diadaptasi untuk televisi, radio, video game, dan novel grafis. Ada lebih dari 30 film fitur didasarkan pada karyanya.
Agatha Christie meninggal dunia pada tanggal 12 Januari 1976, di usia yang ke-85 tahun. Diketahui, ia meninggal dunia di rumahnya yang berlokasi di Winter Brookhouse akibat penyebab alami. Agatha Christie dimakamkan di dekat halaman Gereja St Mary’s, Cholsey, di sebidang tanah yang dia pilih bersama suaminya 10 tahun sebelumnya. Upacara pemakaman sederhana dihadiri oleh sekitar 20 wartawan surat kabar dan televisi.
Sinopsis Novel And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap)
Kisah ini bermula ketika delapan orang tiba di sebuah pulau kecil terpencil di lepas pantai Devon. Masing-masing dari mereka menerima undangan pribadi yang tak terduga. Mereka kemudian bertemu dengan kepala pelayan dan juru masak, Thomas dan Ethel Rogers, yang menjelaskan bahwa tuan rumah mereka, Ulick Norman Owen dan Una Nancy Owen, belum tiba. Namun,mereka telah meninggalkan instruksi.
Salinan berbingkai dari sajak lama tergantung di setiap kamar tamu, dan di meja ruang makan terdapat sepuluh patung. Setelah makan malam, piringan hitam dimainkan, rekaman suara itu menuduh setiap pengunjung dan menyatakan bahwa Tuan dan Nyonya Rogers telah melakukan pembunuhan. Kemudian, rekaman itu menanyakan apakah ada “tahanan di bar” yang ingin memberikan pembelaan.
Para tamu menemukan bahwa tidak ada dari mereka yang mengenal keluarga Owen, dan Tuan Justice Wargrave menyarankan bahwa nama “UN Owen” adalah plesetan dari “unknown” yang berarti “tidak diketahui”. Seorang tamu yang bernama Marston tiba-tiba keracunan sianida setelah menghabiskan minumannya, lalu ia segera meninggal dunia. Dr Armstrong menegaskan bahwa tidak ada sianida dalam minuman tamu lainnya, maka itu ia menyimpulkan bahwa Marston pasti memang sengaja meminumnya.
Keesokan paginya, Nyonya Rogers ditemukan tewas di tempat tidurnya. Dan ketika jam makan siang, Jenderal MacArthur juga meninggal akibat menerima pukulan keras di kepala. Para tamu menyadari bahwa sifat kematian mereka ini sesuai dengan baris masing-masing sajak, dan tiga dari patung-patung yang ada di ruang makan juga menghilang.
Para tamu menduga bahwa UN Owen mungkin secara sistematis membunuh mereka dan menggeledah pulau itu, tetapi tidak menemukan tempat persembunyian. Akibat tidak ada orang lain yang bisa tiba atau meninggalkan pulau itu tanpa bantuan, mereka kemudian menyimpulkan bahwa salah satu dari tujuh orang yang tersisa pasti merupakan sosok pembunuhnya. Keesokan paginya, Tuan Rogers ditemukan tewas di tumpukan kayu, dan Emily Brent ditemukan tewas di ruang tamu, setelah disuntik dengan potasium sianida.
Setelah Wargrave menyarankan untuk mencari semua ruangan, pistol Lombard ditemukan hilang. Vera Claythorne kemudian naik ke kamarnya dan berteriak saat dia menemukan rumput laut tergantung di langit-langit. Sebagian besar tamu yang tersisa yang mendengar teriakan itu langsung bergegas ke atas. Namun, saat mereka kembali, mereka menemukan bahwa Wargrave masih berada di lantai bawah, berpakaian kasar dalam pakaian hakim dengan luka tembak di dahi. Dr Armstrong kemudian menyatakan bahwa dia telah meninggal.
Malam itu, pistol Lombard dikembalikan, dan Blore melihat seseorang meninggalkan rumah. Dr Armstrong tidak ada di kamarnya. Vera, Blore, dan Lombard memutuskan untuk meninggalkan rumah bersama-sama. Ketika Blore kembali untuk makan, dia dibunuh oleh jam marmer yang berbentuk seperti beruang yang didorong dari ambang jendela Vera. Vera dan Lombard menemukan tubuh Armstrong terdampar di pantai, dan masing-masing menyimpulkan bahwa yang lain harus bertanggung jawab.
Vera menyarankan untuk memindahkan tubuhnya dari pantai sebagai tanda hormat, tetapi ini hanya menjadi alasan bagi dia untuk bisa mengambil senjata Lombard. Ketika Lombard menerjangnya, dia menembaknya mati. Vera pun kembali ke rumah dalam keadaan terguncang pasca-trauma. Dia menemukan jerat dan kursi telah diatur di kamarnya dan bau laut yang kuat. Oleh karena dirinya dikuasai dengan rasa bersalah, Vera pun gantung diri, sesuai dengan baris terakhir sajak.
Kelebihan Novel And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap)
Sebagai salah satu buku paling laris di dunia, tentunya kualitas novel And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap) ini tak perlu diragukan lagi. Kelebihan pertama buku ini terletak pada kisahnya sendiri yang merupakan kisah detektif tanpa ada detektif di dalamnya. Novel ini berbeda dengan novel detektif lain yang berfokus pada proses pencarian jawaban. Kisah novel And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap) ini sangat to the point dan ringkas. Agatha Christie langsung menyajikan berbagai fakta dari misteri ini secara cepat.
Maka dari itu, tempo alur novel And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap) dinilai sangat cepat dan tidak berbelit-belit. Namun, kisah ini tetap sangat menarik dan menegangkan. Bisa dibayangkan saja, sedari awal pembaca telah diberitahu bahwa semua tokoh akan meninggal, tetapi tidak tau siapa yang meninggal duluan dan bagaimana caranya.
Hal ini menjadikan pembaca merasa penasaran dan terus menebak kelanjutan kisah ini. Kemudian, sampai akhir cerita juga pembaca akan penasaran akan sosok dalang dari serangkaian pembunuhan ini. Dipastikan, novel And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap) mampu membuat anda merasa tegang, ngeri, dan juga penasaran.
Kekurangan Novel And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap)
Selain kelebihan, novel And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap) ini memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada karakter para tokohnya yang dinilai tidak memiliki personalisasi yang kuat. Hal ini cukup disayangkan para pembaca, karena tokoh cerita ini menjadi tidak menarik simpati mereka. Novel ini benar-benar fokus ke ceritanya saja.
Pesan Moral Novel And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap)
Peran moralitas yang bisa kita dapatkan dari novel And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap) ini terkait dengan kejahatan. Kejahatan dapat hadir di mana pun, kapan pun, dilakukan oleh siapa pun, dan dalam bentuk apa pun. Maka dari itu, kita harus selalu waspada dengan tidak mudah percaya kepada orang lain atau sebuah penawaran yang menarik.
Kita juga hendaknya selalu berbuat baik kepada siapa pun itu. Sebab, kita tidak bisa memprediksi hal-hal yang mungkin dilakukan orang lain. Sebaiknya mencegah untuk melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan kebencian, dendam, dan hal yang dapat membahayakan.
Nah, itu dia Grameds ulasan novel And Then There Were None (Lalu Semuanya Lenyap) karya Agatha Christie. Bagi kalian yang penasaran akan sosok dibalik serangkaian pembunuhan kejam ini, kalian bisa langsung mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!
Rating: 4.28
- Review Novel My Youth
- Review Novel Membunuh Commendatore
- Review Novel Misteri Pasukan Cambyses
- Review Novel Some Kind of Summer
- Review Novel Tales of Mystery and Terror
- Review Novel Hujan Bulan Juni
- Review Novel The Woman in Cabin 10
- Review Buku Jalan Panjang untuk Pulang
- Review Novel Sewu Dino
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Misteri Buket Bunga Kematian
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Misteri Nona Bertangan Kidal
- Review Novel Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Kasus Hilangnya Sang Marquess
- Review Novel Ranjat Kembang
- Review Novel Urban Thriller: Playing Victim
- Review Novel The Dead Returns
- Review Novel And The There Were None (Lalu Semuanya Lenyap)
- Review Novel Kelab dalam Swalayan
- Review Novel Pocong Gundul
- Review Murder At Shijinso
- Review Novel Karavansara
- Review Novel A Thousand Splendid Suns
- Review Buku The Joy Of Missing Out
- Review Buku Limitless
- Review Novel Midnight Restaurant
- Review Buku Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau
- Review Novel Pembunuhan di Nihonbashi
- Review Novel Pertempuran Lain Dropadi
- Review Buku Sepotong Hati di Angkringan