Review Novel Anjanu Karya Fincalogy

Rating: 3.67

 

Kabar baik lagi untuk para penggemar kisah historikal fiksi yang mengungkap sejarah negeri kita, Indonesia. Meskipun merupakan kisah fiksi, tapi kisah ini terinspirasi dari kejadian-kejadian masa lampau yang menjadi bagian dari masyarakat Indonesia.

Novel Anjanu merupakan sebuah novel fiksi historikal karya Fincalogy yang terdiri atas 252 halaman. Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Mediakita pada 10 Juli 2024. Kisah ini sendiri terinspirasi dari kejadian di masa lalu, yakni pada 1883 ketika Gunung Krakatau meletus.

Kisah Anjanu ini pada awalnya ditulis dan dipublikasi di Wattpad penulis sejak tahun 2022. Per bulan Agustus 2024, kisah Anjanu ini sudah berhasil dibaca sebanyak 151 ribu kali dan mendapatkan 26.9 ribu votes di Wattpad.

Tokoh utama cerita ini, Anjanu Godewyn Laksanaraja, menggunakan visual Na Jaemin, idol dari grup boyband asal Korea Selatan, NCT. Idol hanya sebatas VISUALISASI, sama sekali tidak ada tujuan merubah karakter.

Penasaran akan kisah dan segenap konflik yang ditampilkan? Yuk baca artikel ini sampai selesai untuk kenal lebih dekat sama novel ini. Gramin sudah merangkum sinopsis, kelebihan, kekurangan, dan pesan moral novel Anjanu, spesial untuk kamu!

Profil Fincalogy – Penulis Novel Anjanu

Finca, yang juga dikenal dengan nama pena Fincalogy, adalah seorang wanita muda yang menyebut dirinya sebagai “illusionist.” Dalam pandangannya, cerita-cerita yang ia tulis adalah bentuk ilusi yang sempurna, sepenuhnya berasal dari imajinasinya. Semua karyanya merupakan fiksi murni yang mencerminkan dunia-dunia yang ia ciptakan sendiri.

Meskipun begitu, informasi tentang Finca di internet masih sangat terbatas. Sosok penulis muda ini tetap menjadi misteri bagi banyak pembacanya. Namun, bagi Grameds yang ingin mengenal Finca lebih dekat, Anda dapat mengikuti akun Wattpad-nya dengan nama @fincalogy. Akun tersebut kini sudah memiliki 3,6 ribu followers, yang merupakan komunitas setia yang menikmati karya-karya imajinasinya.

Sinopsis Novel Anjanu

Pantai Anyer, 1882.

Untuk Jengganis Renalingga, hidup dalam penderitaan yang disebabkan oleh ayahnya sendiri, berjalan tanpa alas kaki, dan menahan lapar sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Pesisir Pantai Anyer menjadi saksi, hidupnya berubah drastis ketika ia bertemu dengan Anjanu G. Laksanaraja, seorang londo dengan nasib yang sama menyedihkan.

Sebuah surat berisi undangan untuk bertemu di Pantai Anyer saat matahari belum terbit menjadi awal kisah cinta mereka. Ketegaran Jengganis membuat Anjanu jatuh hati, sementara Jengganis merasa nyaman dan aman bersama Anjanu.

Namun, suatu hari, sebuah rahasia terbongkar. Ternyata, mereka berdua terikat oleh takdir dan dosa masa lalu. Hubungan mereka retak dan hampir menghancurkan jiwa masing-masing.

Anjanu menulis 1000 surat, sementara Jengganis mengirimkan 1000 penolakan. Tepat saat mereka hampir putus asa, Gunung Krakatau meletus, menghancurkan segalanya, menyeret semua harta benda, dan merampas hati serta jiwa.

Di tengah kekacauan, Jengganis dan Anjanu berusaha bukan hanya untuk menyelamatkan diri, tapi juga menyelamatkan hati masing-masing.

Anjanu, kekasihku.

Ini adalah surat ke-seribu yang kutulis untukmu. Seribu malam kulewati dengan kelabu. Seribu malam penuh air mata tanpa ada sosok tempatku mengadu. Konyol memang. Menulis seribu surat tanpa tahu kemana akan mengirimkannya. Biarlah menumpuk, biarlah menjulang.

Apakah kau tertawa? Biasanya, kaulah orang pertama yang akan tertawa ketika aku melakukan tindakan konyol dan bodoh. Dimana tawa itu?

Kau hilang, aku kehilanganmu.

Tangis pilu ditemani bulan tanpa bintang. Langit berkabut, malamku sangat kalut. Sangat disayangkan aku mengenal malaikat pembohong sepertimu. Seribu surat kutulis untukmu. Kenapa kau tidak pernah kembali? Apakah diriku seburuk itu?

Dan disinilah Jengganismu. Jengganis yang katamu ingin kau peluk ketika dinginnya malam mulai menyapu. Di sinilah aku. Menulis tumpukan surat di dalam ruang hampa tanpa kata. Dinding yang hening dan dingin ini telah menjadi saksi bahwa aku selalu menangisimu

Surat ke-1000, semoga ini adalah surat terakhir yang ditulis setelah engkau meninggalkan ku selama seribu malam. Tidak lagi berkeluh kesah padamu bukanlah tanda cintaku pudar. Temani aku dalam memulai hidup baru.

Bimbing aku untuk keluar dari ruangan yang penuh dengan air mata dan terasa sesak ini. Hiduplah Anjanu, hiduplah dalam diriku. Dan jika hidupku adalah sebuah buku, maka kaulah yang menjadi judulnya.

Hidupku, Anjanu.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Anjanu

Kelebihan Novel Anjanu

Novel Anjanu karya Fincalogy ini memberikan pengetahuan tambahan yang berharga tentang sejarah Indonesia, meskipun novel ini adalah cerita fiksi, kisah ini terinspirasi dari kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi di Indonesia. Novel ini kaya akan deskripsi, memungkinkan pembaca untuk merasakan suasana Pantai Anyer pada tahun 1882 dengan sangat jelas, lewat gambaran yang hidup dan mendetail tentang kehidupan di pesisir pantai, penderitaan Jengganis, dan kekacauan yang terjadi akibat bencana alam imajinasi pembaca akan diajak untuk menggambarkan peristiwa itu di dalam kepala mereka. Selain itu, narasi novel ini juga sangat emosional dan bisa menghubungkan perasaan pembaca dan tokoh utama.

Plot cerita yang menarik, dengan konflik yang kompleks dan rahasia masa lalu yang saling terungkap, membuat pembaca terus terlibat dan penasaran untuk mengetahui kelanjutan kisah mereka. Penggambaran karakter yang kuat, seperti ketegaran Jengganis dan perjuangan Anjanu, menambah kedalaman pada cerita dalam novel ini.

Selain itu, novel Anjanu ini dilengkapi dengan sampul buku yang bagus dan eye-catching, menarik perhatian pembaca sejak pandangan pertama. Desain sampul yang menarik ini tidak hanya mempercantik tampilan buku tetapi juga memberikan gambaran awal tentang keindahan dan kedalaman cerita di dalamnya. Kombinasi dari semua elemen ini menjadikan novel ini sebagai karya yang layak untuk dibaca dan dihayati, menawarkan pengalaman membaca yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik dan menyentuh hati.

Kekurangan Novel Anjanu

Novel Anjanu karya Fincalogy menawarkan banyak kelebihan yang membuatnya menarik bagi pembaca, namun demikian, buku ini tetap memiliki beberapa kekurangan. Salah satu elemen yang ditambahkan oleh penulis untuk meningkatkan intensitas cerita adalah penggunaan beberapa kata kasar. Tujuannya mungkin untuk memberikan nuansa yang lebih realistis dan mendalam pada karakter dan situasi.

Namun, penggunaan bahasa yang kasar ini justru bisa dianggap sebagai kelemahan oleh sebagian pembaca. Bagi mereka yang lebih menyukai bahasa yang halus atau merasa tidak nyaman dengan kata-kata kasar, hal ini bisa menjadi penghalang untuk menikmati cerita secara penuh.

Meskipun demikian, preferensi pembaca terhadap penggunaan bahasa dalam novel tentu bervariasi. Sementara beberapa mungkin terganggu, yang lain mungkin merasa bahwa unsur ini justru memperkuat karakter dan situasi dalam cerita. Tetap saja, calon pembaca harus menyadari adanya elemen ini sebelum memutuskan untuk membaca Anjanu.

Pesan Moral Novel Anjanu

Dari novel Anjanu, kita bisa belajar untuk selalu meyakini apa yang kita rasakan. Seperti yang digambarkan tokoh utama dalam buku ini, Anjanu, meskipun ia mendapatkan 1000 kali penolakan dari Jengganis, ia tidak pernah berhenti menyerah untuk selalu mengirimkan surat cinta. Dari hal ini, kita bisa memetik pesan moral yang sangat bagus dan pesan ini bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya tentang cinta saja. Meskipun kita dihadapkan oleh 1000 kali kegagalan atau penolakan, penting untuk kita agar tidak mudah menyerah, seperti Anjanu.

Bagi Grameds yang ingin membaca buku Anjanu karya Fincalogy, kalian bisa dapatkan hanya di Gramedia.com ya! Gramin juga sudah menyediakan rekomendasi buku-buku yang tak kalah seru di bawah ini. Yuk langsung saja dapatkan buku-buku terbaik hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Laut Bercerita

Buku Laut Bercerita menceritakan terkait perilaku kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa di masa Orde Baru. Tidak hanya itu, novel ini pun merenungkan kembali akan hilangnya tiga belas aktivis, bahkan sampai saat ini belum juga ada yang mendapatkan petunjuknya. Buku ini juga bertutur tentang kisah keluarga yang kehilangan, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa dan lancar berkhianat, dan sejumlah keluarga yang mencari kejelasan makam anaknya.

Cerita dalam novel Laut Bercerita terbagi menjadi dua bagian dengan jarak waktu yang jauh berbeda. Adapun bagian pertama diceritakan melalui sudut pandang tokoh bernama Biru Laut beserta para kawan sesama aktivisnya seraya menyelesaikan visi atau tujuan mereka. Sementara pada bagian kedua, kisahnya diambil dari sudut pandang Asmara Jati, adik dari Laut yang mempunyai tujuan atau visi yang cenderung berlainan dengan Laut.

Buku ini ditulis dengan menggunakan bahasa yang sederhana, sehingga para pembaca dapat memahami isi dari buku ini. Buku ini dapat dibaca oleh semua kalangan masyarakat. Jadi tunggu apalagi? Segera miliki buku Laut Bercerita sekarang juga! Selamat membaca ya, Teman-teman!

Cantik Itu Luka

Hidup di era kolonialisme bagi para wanita dianggap sudah setara seperti hidup di neraka. Terutama bagi para wanita berparas cantik yang menjadi incaran tentara penjajah untuk melampiaskan hasrat mereka. Itu lah takdir miris yang dilalui Dewi Ayu, demi menyelamatkan hidupnya sendiri Dewi harus menerima paksaan menjadi pelacur bagi tentara Belanda dan Jepang selama masa kedudukan mereka di Indonesia.

Kecantikan Dewi tidak hanya terkenal dikalangan para penjajah saja, seluruh desa pun mengakui pesona parasnya itu. Namun bagi Dewi, kecantikannya ini seperti kutukan, kutukan yang membuat hidupnya sengsara, dan kutukan yang mengancam takdir keempat anak perempuannya yang ikut mewarisi genetik cantiknya.

Tapi tidak dengan satu anak terakhir Dewi, si Cantik, yang lahir dengan kondisi buruk rupa. Tak lama setelah mendatangkan Cantik ke dunia, Dewi harus berpulang. Tapi di satu sore, dua puluh satu tahun kemudian, Dewi kembali, bangkit dari kuburannya. Kebangkitannya menguak kutukan dan tragedi keluarga.

Ronggeng Dukuh Paruk

Semangat Dukuh Paruk kembali menggeliat sejak Srintil dinobatkan menjadi ronggeng baru, menggantikan ronggeng terakhir yang mati dua belas tahun yang lalu. Bagi pedukuhan yang kecil, miskin, terpencil, dan bersahaja itu, ronggeng adalah perlambang. Tanpanya, dukuh itu merasa kehilangan jati diri. Dengan segera Srintil menjadi tokoh yang amat terkenal dan digandrungi. Cantik dan menggoda. Semua ingin pernah bersama ronggeng itu. Dari kaula biasa hingga pejabat-pejabat desa maupun kabupaten.

Namun malapetaka politik tahun 1965 membuat dukuh tersebut hancur, baik secara fisik maupun mental. Karena kebodohannya, mereka terbawa arus dan divonis sebagai manusia-manusia yang telah mengguncangkan negara ini. Pedukuhan itu dibakar. Ronggeng beserta para penabuh calungnya ditahan. Hanya karena kecantikannyalah Srintil tidak diperlakukan semena-mena oleh para penguasa di penjara itu. Namun pengalaman pahit sebagai tahanan politik membuat Srintil sadar akan harkatnya sebagai manusia. Karena itu setelah bebas, ia berniat memperbaiki citra dirinya. Ia tak ingin lagi melayani lelaki mana pun. Ia ingin menjadi wanita somahan.

 

Sumber:

https://www.wattpad.com/1176405277-anjanu-prolog