in

Review Novel Aporia Karya Rakryan Mahatma

Aporia merupakan novel karya penulis muda Indonesia, Rakryan Mahatma. Novel dengan total 252 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Gradien Mediatama pada 22 April 2021. Novel Aporia mengisahkan tentang seorang lelaki bernama Bara yang sedang mencari jati dirinya.

Apakah kamu pernah melihat cermin dan menemukan dirimu berpandangan dengan seseorang yang kamu tidak kenal sama sekali? Rasanya, ada bagian dari dirimu yang ingin sekali kamu ubah atau buang, tetapi tidak bisa. Oleh karena itu, bagian dari dirimu, kamu harus bisa secara perlahan tapi pasti untuk menerima hal-hal itu.

Hal itulah yang sedang dirasakan Bara akhir-akhir ini. Kata orang-orang, itu adalah perasaan yang normal, namanya juga sedang dalam masa pencarian jati diri. Namun, Bara masih kebingungan dengan hal-hal yang terjadi pada dirinya itu. Apakah kamu pernah merasa seperti ini juga?

Novel Aporia ini sangat menarik untuk dibaca anak muda, karena jalan ceritanya yang menarik, yang membahas mengenai kehidupan seorang remaja yang sedang mencari jati diri. Novel ini juga ditulis dengan bahasa yang sederhana, sehingga tentunya mudah dipahami. Novel Aporia mengandung banyak pesan moral yang dapat dipetik pembaca.

Profil Rakryan Mahatma – Penulis Novel Aporia

Holiday Sale

Rakryan Mahatma atau yang akrab dipanggil Rakry adalah seorang lelaki yang lahir di Ibu Kota Jakarta pada akhir generasi 90-an. Setelah melalui proses yang panjang, Aporia lahir sebagai novel pertamanya. Novel Aporia sendiri terinspirasi dari beberapa hal yang secara nyata dialami selama ia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Momen yang dicerna dengan mata telanjang yang polos, beserta pengalaman misteriusnya akan cinta pertama. Hal-hal yang dapat dinantikan tentang karya Rakry berikutnya bisa dilihat lebih lanjut melalui Instagram Penerbit Gradien Mediatama dengan nama pengguna @gradienmediatama, juga akun Rakryan Mahatma yang bernama @rakryanmahatmaa.

Sinopsis Novel Aporia

 

Apakah kamu pernah melihat cermin dan menemukan dirimu berpandangan dengan seseorang yang kamu tidak kenal sama sekali? Rasanya, ada bagian dari dirimu yang ingin sekali kamu ubah atau buang, tetapi tidak bisa. Oleh karena itu, bagian dari dirimu, kamu harus bisa secara perlahan tapi pasti untuk menerima hal-hal itu.

Hal itulah yang sedang dirasakan Bara akhir-akhir ini. Kata orang-orang, itu adalah perasaan yang normal, namanya juga sedang dalam masa pencarian jati diri. Namun, Bara masih kebingungan dengan hal-hal yang terjadi pada dirinya itu.

Apakah kamu pernah merasa seperti ini juga? Cari aja di sini yang namanya Bara. Kalo ada apa-apa, gue akan dengerin, kok.

Kehidupan Bara di masa SMA ini dapat dikatakan serba kekurangan, karena ia ditinggal oleh bapaknya. Hal ini mendorong dirinya selalu berpikir bagaimana cara untuk mencari uang demi membantu sang ibu.

Di samping itu, ia harus menghadapi berbagai gejolak pemikiran yang ada di benaknya dalam menghadapi realita kehidupan sosial yang ada. Walaupun kekurangan dari sisi materi dan ia merupakan anak hasil hubungan gelap dengan bapaknya, sang ibu sangat terbuka dan mendukung setiap langkah Bara.

Pikiran ini selalu menghantuiku dan menjadi beban yang tak pernah hilang saat menjalani hari-hari di sekolah ini. Aku selalu saja menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Satu tahun yang lalu, rasanya aku telah mendapatkan apa yang aku inginkan. Tapi, ternyata itu hanya sekedar pembuka untuk tekanan yang akan datang.

Namun, sepertinya aku sudah menemukan solusi akan hal ini sekarang. Suatu solusi untuk kebuntuan akan berbagai masalah. Makanan yang enak, gawai yang canggih, dan tentu saja kerajaan yang tidak akan tumbang. Asalkan, tidak ada yang menghalangiku.

“Bar!” Sial. Mulai lagi. “Bagaimana bisa begini?” Aku memikirkan segalanya. Ruangan ini sangat panas. Kipas angin yang terpasang dekat langit-langit tidak memberikan pengaruh apa-apa. Apalagi ketika siang bolong begini. Es teh manis yang diberikan oleh mereka terasa kurang banyak. Aku butuh mandi setelah ini.

“Pak” Sapaku yang sedang menjaga tempat ini.

“Kenapa lagi?” Katanya.

“Panas banget, Pak. Apa boleh minta air putih lagi?”

“Seharusnya kamu sadar sekarang kamu di mana. Jaga sopan santunmu ya!”

Baiklah. Rasanya seperti aku akan mati dehidrasi sebentar lagi. Aku tak bisa berhenti memikirkan nasibku.

Aku hanya sebatas seorang cowok yang tidak punya peran yang besar di masyarakat. Namun, harapan untukku sangat besar. Sulit membayangkan saat aku melangkahkan keluar kakiku, tanpa mencicipi kesuksesan yang luar biasa.

Aku ingin segalanya terjadi saat ini. Demi semua orang yang ku sayangi. Menunjukkan ke mereka bahwa diriku bisa. Aku melihat ke sebelah kiriku. la terlihat begitu lelah.

Wajahnya mengeluarkan keringat yang sangat banyak. Kakinya tak bisa diam di tempat. Matanya kosong menatap lantai berkeramik abu-abu. Aku ingin menyapanya, tetapi sepertinya waktunya tidak tepat. Aku yakin dia masih memproses semuanya.

“Woi. Cepat berdiri, ikuti saya.” Kata Bapak ini mengejutkanmu.

“Mau kemana ini, Pak?” Tanyaku saat berjalan

mengikutinya.

“Kamu gak usah banyak tanya!”

Aku pun sampai di sebuah ruangan. Terdapat sebuah meja kerja di hadapanku, dan seorang pria paruh baya menyapa kita berdua.

“Aku sudah mendengar banyak tentang kalian.” Kata pria itu. Aku langsung terpikirkan adegan beberapa film mafia yang pernah aku tonton.

“lya.” Jawabku.

Kita berdua kemudian dipersilahkan duduk, dengan gestur tangannya yang mengarah kepada dua kursi di depannya.

“Kalian tahu kenapa kalian dibawa kesini?”

“Mungkin.” Jawabku.

“Saya anggap kalian sudah tahu.”

Aku melihat keadaan sekitar. Banyak tumpukan berkas yang aku tak tahu isinya apa, disertai dengan bau rokok yang membuatnya semakin layak disebut sebagai kantor. Sepertinya orang ini adalah orang yang cukup penting. Mungkin.

“Saya mau kalian menjelaskan terlebih dahulu. Dimulai dari kamu.” la mengarahkan jarinya kepadaku.

“Dimulai dari mana ya, Pak?” Tanyaku.

“Dari nama kam-”

Tiba-tiba pintu di belakang kami terbuka. Orang yang membuka pintu itu terlihat cukup lelah dengan semua ini. Seperti orang yang sudah menahan muak.

“Mohon maaf mengganggu, ada tamu untuk anak ini.” Orang itu menunjuk kepadaku. Berapa kali lagi akan ada orang yang menunjukku hari ini?

“Ya sudah. Kamu temui dia dulu.”

Entah kenapa, aku dipersilahkan untuk keluar. Hal yang tidak umum terjadi saat sudah masuk ke dalam tempat ini.

Saat aku keluar, aku melihatnya. Sepasang bola mata indah yang menarikku ke dalam antariksa. Itu kembali.

Sudah beberapa hari ini aku tak merasakan kehadiran dirinya. Wajahnya masih sempurna, tak terkikis oleh cocok atau tidak skincare yang dipakainya.

Kakinya masih mungil, menantang eksistensi modern hypebeast dengan lebih memilih untuk memakai Converse. Sebetulnya, ada satu hal yang akan merangkum semuanya. Namun, sayangnya rahasia itu tak diperbolehkan untuk ditunjukkan disini.

“Kenapa?” Tanyaku.

“Kamu kenapa lagi?”

“Biasa.”

“Jangan bilangā€¦ ketahuan?” Ucapnya dengan cukup provokatif.

“Sepertinya begitu.”

la sangat penasaran, sekaligus mengajak. Belum lama ini dia mengajak aku untuk berkeliling kota. Menikmati aroma knalpot bus kota, sekaligus mengayuh sepeda di kota tua yang sebenarnya telah ternodai oleh modernitas. Namun, hanya orang bodoh yang menolak ajakan itu.

“Tenang aja.” Kataku.

Tiba-tiba aku melihat matanya mulai berair. Memancing tanya yang berlebih.

“Memangnya aku khawatir?” Ucap dia.

“Kelihatan dari mata kamu.” Kataku secara provokatif.

“Pede banget. Kamu gak tau apa-apa tentang aku!

Palingan ini dihukum sebentar doang. Justru kamu yang harusnya panik.”

Entah mengapa, aku tak merasa panik sama sekali. Sebab, kerajaanku masih berdiri tegak. Walaupun aku hanya sebagai kurir, setidaknya aku dapat meminta pertolongan yang istimewa kepada yang punya usaha.

“Woi.” Panggilnya. Sepertinya dia menyadari aku yang melamun.

“Hmm?”

“Kalo ada apa-apa, aku dengerin kok.” Ucapnya.

Lalu, bagaimana akhir cerita dari novel Aporia? Kamu bisa mendapatkan novel ini di gramedia.com.

KelebihanĀ  dan Kekurangan Novel Aporia

Pros & Cons

Pros
  • Premis kisah novel ini relate dengan kehidupan remaja atau anak muda yang sedang dalam masa pencarian jati diri.
  • Novel ini dapat menjadi “teman senasib” bagi beberapa orang.
  • Novel ini ditulis dengan bahasa yang santai dan mudah dimengerti.
  • Diksi yang digunakan indah dan puitis.
  • Tampilan sampul yang estetik dan menggambarkan cerita novel ini.
  • Alur yang cepat dan seru untuk diikuti.
  • Mengandung banyak pesan moral.
Cons
  • Beberapa susunan kalimat membingungkan sehingga perlu dibaca berulang kali.

Kelebihan Novel Aporia

Sebagai salah satu novel yang berhasil dipajang di rak buku best seller, novel debut karya Rakryan Mahatma ini memiliki sejumlah kelebihan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, premis kisah novel ini relate dengan kehidupan remaja atau anak muda yang sedang dalam masa pencarian jati diri.

Secara lebih lanjut, novel ini mengangkat konflik yang mungkin dihadapi banyak anak muda juga, yang harus menanggung beban hidup di kala teman-temannya masih bisa menikmati hidup layaknya remaja. Maka itu, novel ini dapat menjadi “teman senasib” bagi beberapa orang. Pembaca juga jadi bisa lebih memahami sosok Bara, dan merasa terlibat dalam cerita ini.

Rakryan menuliskan novel ini dengan bahasa santai ala anak muda, yang tentunya mudah dimengerti. Meskipun memilih bahasa yang santai, tetapi diksi yang digunakan untuk menulis novel ini juga dinilai indah. Sebab, Rakryan memilih kata-kata yang puitis dalam beberapa narasinya.

Tampilan novel ini juga dipuji, karena estetik dan dinilai sesuai dengan kisah ini yang menawarkan sisi gelap kehidupan. Terlihat dari warna dasar sampul, yakni hitam, dengan ilustrasi tampak belakang seseorang yang sedang menari, dan menggunakan pakaian dari dedaunan. Sosok ini menggambarkan Bara yang berjuang di lingkungan yang terus memaksanya untuk bergerak.

Alur novel ini cukup cepat, sehingga novel dengan total 252 halaman ini bisa diselesaikan dalam jangka waktu yang singkat. Ini adalah cerita dengan banyak pesan moral yang menyadarkan pembaca akan realita hidup yang keras.

Link produk: https://www.gramedia.com/products/aporia?queryID=c59167641f5090644e730aaef3760df5

Kekurangan Novel Aporia

Selain memiliki kelebihan, novel Aporia ini juga masih memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada susunan kalimat yang terkadang membingungkan, sehingga perlu dibaca berulang kali. Namun, hal ini hanya ditemukan pada beberapa bagian saja dan tidak mengganggu proses memahami kisah ini.

Pesan Moral Novel Aporia

Melalui kisah Aporia ini, kita seperti disadarkan untuk senantiasa bersiap untuk menghadapi tantangan hidup. Sebab, hidup mungkin akan memberikan ujian pada waktu yang tidak terduga. Bekali diri dengan pengetahuan yang cukup, dan kemampuan yang bermanfaat.

Maka itu, kita disarankan untuk selalu belajar dan mengasah kemampuan kita. Jangan buang waktu untuk melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat. Persiapkan dirimu, dan selalu lakukan hal-hal yang baik.

Grameds, itu dia artikel ulasan novel Aporia karya Rakryan Mahatma. Yuk ikuti kelanjutan dan keseruan kisah hidup Bara dalam proses mencari jati diri sekarang juga, dengan mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gabriel

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy