in

Review Novel Banyu Biru Karya Ayu Dewi

Banyu Biru merupakan sebuah novel scientific fiction (sci-fi) karya Ayu Dewi. Novel ini diterbitkan pertama kali diterbitkan pada September 2020 oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Novel ini memiliki total 332 halaman yang berpusat pada seorang lelaki bernama Taufik.

Taufik menerima tawaran untuk bekerja di PT T-Nos, meskipun ia tidak melamar di sana. Perusahaan riset rahasia itu memiliki visi untuk menemukan dan menjelajahi pulau-pulau terpencil yang ada di Indonesia. Taufik mendapatkan tugas lapangan pertama untuk mengunjungi Pulau 0017. Namun, kedatangan Taufik tidak disambut baik oleh penduduk pulau.

Maka itu, tim eksplorasi pada akhirnya memutuskan untuk mundur. Secara tidak terduga, pulau 0017 itu kemudian lenyap. Proyek ini pun akhirnya dihentikan tanpa kejelasan. Taufik kemudian teringat dengan gadis kecil yang ditemuinya di pesisir pulau itu. Gadis itu berkulit eksotis dan bermata biru, serta memiliki tanda unik di pelipisnya.

Aura gadis yang penuh dengan misteri itu membuat Taufik ingin melanjutkan proyek di pulau itu. Lalu, suatu saat, Taufik bertemu dengan Banyu Biru, seorang anak SMA yang memiliki ciri fisik yang sama dengan gadis di Pulau 0017. Setelah mengetahui bahwa Biru satu sekolah dengan sang adik, ia pun berusaha mendekati dan menemukan jati diri sosok itu yang sebenar-benarnya. Yang tak diketahui Taufik, yakni terdapat rahasia yang disembunyikan mengenai penduduk pulau itu, yang bisa saja mengorbankan banyak nyawa, termasuk nyawa Taufik sendiri.

Profil Ayu Dewi – Penulis Novel Banyu Biru

Holiday Sale

Instagram @ayudewipras

Ayu Dewi adalah penulis asal Surabaya. Wanita yang menyukai sushi ini memulai debutnya dalam dunia kepenulisan dengan menerbitkan novel yang berjudul The Real Past pada tahun 2014. Karya keduanya yang berjudul Pangeran Kumbang, berhasil diterbitkan pada tahun 2018. Banyu Biru adalah novelnya yang ketiga.

Selain menjadi penulis, Ayu Dewi bekerja sebagai karyawan BUMN. Kesibukannya sebagai karyawan BUMN tak memadamkan semangatnya untuk terus berkarya dan berkontribusi dalam dunia kesusastraan Indonesia. Hal ini sesuai dengan motto hidupnya, yakni live your life to the fullest, yang berarti jalani hidupmu hingga sepenuhnya, seutuhnya. Bagi kalian yang ingin mengenal sosok Ayu Dewi lebih dalam, Anda bisa mengikuti dan menghubungi media sosial Instagramnya dengan nama pengguna @ayudewipras.

Sinopsis Novel Banyu Biru

Pros & Cons

Pros
  • Premis kisah Banyu Biru ini sangat menarik dan jarang ditemukan pembaca.
  • Unsur scientific fiction yang diangkat pada novel ini dapat memukau imajinasi pembaca, tetapi tetap realistis.
  • Perkembangan karakter dalam kisah ini terlihat cukup signifikan.
  • Novel ini menyajikan kisah asmaranya dalam porsi yang cukup dan tak berlebihan, juga menyajikan kisah keluarga, dan juga kisah persahabatan.
  • Dalam kisah ini, tidak ada tokoh yang benar-benar bisa dikatakan sebagai tokoh antagonis atau protagonis. Tokoh tidak diklasifikasikan secara hitam dan putih.
  • Ayu Dewi menggunakan dua sudut pandang yang terus bergantian, yakni sudut pandang Taufik dan Biru, sehingga memungkinkan pembaca mengenal pola pikir dan kepribadian tokoh secara lebih dalam.
  • Alur kisah ini cepat, rapi, detail, dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
  • Tampilan visual novel Banyu Biru ini indah.
Cons
  • Beberapa bagian narasi yang dinilai menggantung, informasinya tidak dipaparkan secara jelas.
  • Pembaca menemukan beberapa bagian yang repetitif.

Taufik tiba-tiba saja mendapatkan email mengenai perekrutan pekerjaan yang tak pernah ia lamar sama sekali sebelumnya. Namun, perusahaan yang berusaha untuk merekrutnya ini tak pernah ia dengar namanya sama sekali, bahkan di internet pun tak ada informasi sama sekali mengenai perusahaan ini. Tidak lama setelah mendapatkan email itu, Taufik mendapatkan kiriman paket yang isinya terkait dengan perekrutan tersebut, dan sebuah flashdisk.

Taufik memeriksa flashdisk tersebut, yang ternyata memuat file yang memaparkan profil perusahaan T-NOS, yang merupakan perusahaan yang berusaha merekrutnya. T-NOS adalah akronim dari Tracking – National Observation System. Perusahaan ini merupakan sebuah institut riset rahasia nonprofit.

Oleh karena itu, manajemen perusahaan ini bersifat tertutup dan rahasia. Perusahaan ini bergerak di bidang multidisiplin teknologi, geografi, sosial yang bertujuan untuk menemukan dan mengeksplorasi pulau-pulau kecil dan terpencil yang ada di Indonesia. Negara kepulauan Indonesia sendiri diketahui memiliki total tiga belas ribu pulau, tetapi hanya sebagian kecil yang dapat disebut layak huni.

Pulau-pulau besar, terutama pulau Jawa, sudah sangat padat penduduknya. PT T-NOS berusaha mencari pulau-pulau kecil dan menggali potensi dari pulau-pulau tidak berpenghuni tersebut. Jika pulau-pulau kecil tersebut ternyata sudah berpenghuni, T-NOS berusaha untuk berinteraksi sebaik mungkin dengan masyarakat asal pulau itu, dengan tujuan ikut mengembangkan teknologi dan peradaban modern, tanpa menghilangkan adat istiadat atau budaya merema.

Perusahaan T-NOS didirikan pada 1990 oleh Lembaga Kepedulian Sosial dan Yayasan Mandiri Cokro Group, di bawah naungan Badan Intelijen Negara, dan disetujui oleh Presiden Sudiarto. Selama 26 tahun, PT T-NOS berhasil menemukan dan menyejahterakan enam belas pulau. Dalam proyek terakhir kami, yakni Pulau 0016, progresnya telah mencapai 95% per awal tahun 2012 (detail letak geografis pulau beserta program kerja lengkap ada di subbab lampiran).

Taufik akhirnya memutuskan untuk mengambil kesempatan bekerja menjadi bagian dari perusahaan rahasia tersebut. Telah 3 bulan lamanya Taufik bekerja di T-NOS, tetapi pekerjaan yang ia kerjakan hanya pada bagian administrasi. Sampai suatu hari, akhirnya Taufik diberi tugas lapangan untuk ikut dalam proyek eksplorasi baru untuk menyelidiki Pulau 0017. Tim eksplorasi dibekali informasi bahwa seluruh penduduk pulau ini semuanya memiliki mata yang berwarna biru.

Di hari Taufik akhirnya sampai di Pulau 0017, dia melihat seorang gadis kecil dengan mata yang benar-benar biru, berkulit eksotis, dan memiliki tanda unik di pelipisnya. Sialnya, kunjungan tim eksplorasi tak disambut dengan baik oleh penduduk pulau. Mereka diserang hingga akhirnya memutuskan mengambil langkah mundur. Beruntungnya, mereka sudah sempat menyebarkan kamera pengintai tersembunyi di pulau itu.

Ternyata Pulau 0017 itu tak terpencil sama sekali, bahkan cukup modern walaupun tertutup dari dunia luar. Namun, tidak lama setelah itu, tiba-tiba mereka melihat dari kamera tersembunyi bahwa desa yang ada di Pulau 0017 ini hancur berantakan. Lebih dari itu, seluruh warga desa itu menghilang tanpa jejak bak ditelan bumi.

Melihat bahwa mereka tidak memiliki harapan, proyek ini akhirnya dibatalkan. Namun, Taufik tak ingin menyerah pada proyek perdananya. Taufik bersikeras untuk melanjutkan proyek ini bersama dua rekan kerjanya.

Dengan keberuntungan, suatu saat, Taufik bertemu dengan seorang anak laki-laki yang bersekolah di SMA yang sama dengan adiknya. Anak ini memiliki ciri fisik yang sama persis dengan gadis di Pulau 0017. Ia memiliki mata berwarna biru dan tanda unik di pelipisnya. Anak laki-laki ini bernama Banyu Biru.

Banyu Biru dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya, oleh karena ia memiliki ciri fisik yang berbeda dari mayoritas orang. Biru menjalani kehidupan dengan merasa kesepian. Sampai suatu hari, Biru berhasil berteman dengan Tasya dan Adimas yang bisa menerimanya apa adanya. Meskipun ia mengetahui bahwa Tasya merupakan adik Taufik, tetapi ia menikmati pertemanan mereka.

Segalanya menjadi semakin rumit saat sekolah Banyu Biru kedatangan murid baru bernama Audi. Gadis cantik itu juga memiliki mata berwarna biru jernih dan tanda unik di pelipisnya. Sama seperti yang dimiliki Banyu Biru.

Kelebihan Novel Banyu Biru

Premis kisah Banyu Biru ini dinilai sangat menarik dan jarang ditemukan pembaca. Novel ini mengangkat ide cerita tentang sebuah organisasi rahasia yang mengeksplor pulau-pulau yang belum terjamah di Indonesia. Pada suatu pulau yang dieksplor, mereka menemukan populasi penduduk yang memiliki ciri fisik yang khas, yakni memiliki mata berwarna biru jernih dan memiliki tanda unik di bagian pelipis.

Unsur scientific fiction yang diangkat pada novel ini dapat memukau imajinasi pembaca. Meski begitu, unsur ini dinilai masih realistis. Kisah ini juga memusatkan pada proses pencarian jati diri tokoh utamanya, yakni Taufik dan Biru. Perkembangan karakternya terlihat cukup signifikan.

Novel ini dinilai mirip dengan novel teenlit, hanya saja disajikan secara dewasa. Sebab, novel ini menyajikan kisah asmaranya, tetapi dalam porsi yang cukup dan tak berlebihan. Selain itu, novel ini juga menyajikan kisah keluarga dan juga kisah persahabatan. Ayu Dewi juga tidak membangun karakter secara hitam putih. Dalam kisah ini, tidak ada tokoh yang benar-benar bisa dikatakan sebagai tokoh antagonis atau protagonis.

Dalam menuliskan kisah ini, Ayu Dewi menggunakan dua sudut pandang yang terus bergantian, yakni sudut pandang Taufik dan Biru. Penggunaan sudut pandang ini memungkinkan pembaca mengenal pola pikir dan kepribadian tokoh secara lebih dalam. Kemudian, Ayu Dewi menuliskan kisah ini dengan alur yang cepat, rapi, detail, dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Ayu Dewi juga menyajikan sejumlah plot twist yang mampu membuat pembaca kagum dan terus penasaran akan kelanjutan cerita ini.

Tampilan visual novel Banyu Biru ini juga dipuji, karena sampulnya begitu indah. Tampilan sampul novel Banyu Biru yang tentunya didominasi warna biru, dengan ilustrasi gambaran Biru, ombak, dan pulau. Tampilan sampul ini dapat menggambarkan keseluruhan kisah ini.

Kekurangan Novel Banyu Biru

Selain kelebihan, novel Banyu Biru ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini ditemukan pada beberapa bagian narasi yang dinilai menggantung, informasinya tidak dipaparkan secara jelas. Hal ini cukup membuat pembaca bingung.

Kemudian, pembaca juga menemukan beberapa bagian yang repetitif. Terdapat sejumlah kalimat yang diulang, padahal pesannya sama. Hanya saja susunan katanya berbeda.

Pesan Moral Novel Banyu Biru

Melalui novel Banyu Biru ini, kita kembali disadarkan bahwa informasi yang kita dapatkan pada masa ini, hingga saat ini, sebenarnya masih sangat terbatas. Di dunia ini, masih banyak sekali hal-hal yang tak kita ketahui. Contohnya, seperti berbagai tempat yang tak pernah dikunjungi, seperti sejumlah pulau kecil yang dieksplorasi dalam kisah ini.

Dari kisah ini juga, kita diajarkan untuk dapat menerima perbedaan dengan baik. Jangan seperti orang-orang yang memandang Biru aneh oleh karena memiliki tampilan fisik yang berbeda dengannya. Hendaknya kita dapat memandang perbedaan sebagai sesuatu yang indah, bukan sebagai pemecah.

Sekian artikel ulasan novel Banyu Biru karya Ayu Dewi. Bagi kalian yang penasaran akan kelanjutan kisah Taufik dan Biru, kalian bisa mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!

Rating: 3.58

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy