Before The Coffee Gets Cold – Adakah dari Grameds yang memiliki penyesalan di masa lampau? Begitu menyesalnya sehingga kalian berharap dapat kembali ke masa tersebut dan mencegah penyesalan itu terjadi? Sayangnya, nampaknya ini akan sulit terwujud seberapa pun besarnya keinginan kita.
Grameds harus mengakui bahwa mesin waktu adalah sesuatu yang hanya ada di dalam karya fiksi. Mungkin kalian pernah mendengar sejumlah ilmuwan mengatakan ingin mencoba membuat mesin waktu. Tetapi, kenyataannya adalah mesin waktu adalah benda yang sulit untuk dibuat dan diwujudkan.
Table of Contents
Sekilas tentang Novel Before The Coffee Gets Cold
Sesungguhnya, jika Grameds menginginkan kembali ke masa lampau dan mengubah segala peristiwa yang kalian berusaha hindari, belum tentu kehidupan Grameds di masa sekarang akan berubah. Jika kasusnya seperti itu, lantas untuk apa repot-repot pergi menggunakan mesin waktu?
Itulah premis dari novel Before The Coffee Gets Cold atau dikenal juga dengan judul “Funiculi Funicula”. Novel ini merupakan karya pertama dari novelis asal Jepang bernama Toshikazu Kawaguchi. Dari karya pertamanya ini, sang penulis sudah berhasil mencatat namanya dalam dunia sastra.
Dari premisnya, Grameds mungkin bisa menyimpulkan genre dari novel yang terbit di tahun 2015 ini, yakni drama dan fantasi, dengan bumbu realisme di dalamnya. Di bawah ini akan ada deskripsi dari novel Before The Coffee Gets Cold.
Detail Buku Before The Coffee Gets Cold
- Judul Asli: Funiculi Funicula
- Tahun Terbit: Desember 2015
- Terbit di Indonesia: April 2021
- Penerbit di Indonesia: Gramedia Pustaka Utama
- Jumlah Halaman Terjemahan: 224
- Panjang dan Lebar Buku: 20 cm x 13,5 cm
Sinopsis Novel Before The Coffee Gets Cold
Coba Grameds ingat-ingat dan pikirkan sejenak secara perlahan: apa saja penyesalan yang Grameds pernah lakukan di masa lalu? Apakah Grameds mungkin pernah membentak orang tua Grameds karena terbawa emosi? Atau mungkin kalian pernah terjerumus dalam pergaulan tidak sehat?
Apapun itu, pengalaman tersebut tentu bukanlah sesuatu yang kalian ingin simpan dan kenang. Alih-alih, ingatan tersebut justru menjadi penyesalan yang mungkin menghantui kalian hingga masa kini. Beberapa dari kalian mungkin juga berharap dapat kembali ke masa lampau dan mencegah hal itu untuk terjadi.
Lalu, apa yang Grameds akan lakukan, jika kalian menemukan sebuah lokasi di mana kalian dapat pergi ke masa lampau, dan mengubah peristiwa yang menjadi sumber penyesalan kalian? Ternyata, ada sebuah kafe yang bisa mewujudkan harapan kalian akan hal tersebut.
Kafe yang terletak di sebuah gang sempit di kota Tokyo ini bernama Funiculi Funicula. Di sana, orang-orang terbukti bisa pergi kembali ke masa lampau, dan memperbaiki kesalahan yang sudah mereka buat. Testimoninya juga sudah cukup banyak dari berbagai macam kalangan.
Misalnya, ada wanita yang ingin memperbaiki hubungannya dengan mantan kekasihnya setelah mereka bertengkar hebat. Ada juga perawat rumah sakit yang menyesal karena tidak sempat membaca surat sang suami ketika dia sakit, dan ingin kembali ke masa lalu hanya untuk membaca surat tersebut.
Di sana, orang-orang tidak hanya pergi menjelajahi masa lalu mereka untuk memperbaiki kesalahan yang mereka telah buat. Funiculi Funicula juga mengizinkan pengunjungnya untuk kembali ke masa lampau, untuk menikmati momen-momen yang pernah terjadi pada masa tersebut.
Contoh, seorang kakak ingin pergi ke masa lalunya untuk bertemu dengan adiknya yang sudah tiada. Ada juga sesosok ibu menjelajahi memorinya sendiri, untuk melihat anaknya yang mungkin saja tidak mengenal ibu tersebut. Dan masih banyak lagi orang-orang lain yang pergi ke masa lalunya sendiri.
Tetapi, tentu saja perjalanan menuju masa lalu bukan tanpa syarat. Setiap pengunjung Funiculi Funicula wajib mengikuti syarat dan ketentuan yang diberikan oleh kafe tersebut jika ingin menjelajahi masa lampau mereka. Jika tidak, mereka tentunya dilarang untuk pergi ke masa lalu.
Syarat pertama yang mereka perlu ketahui adalah pengunjung harus duduk di kursi yang sudah ditentukan oleh kafe tersebut. Syarat kedua yaitu apapun yang mereka lakukan di masa lalu, tidak akan mengubah apapun di hidup mereka saat ini.
Dan syarat ketiga sekaligus syarat terakhir adalah pengunjung wajib menenggak habis secangkir kopi “spesial” dari Funiculi Funicula, sebelum kopi itu menjadi dingin. 3 syarat tersebut wajib pengunjung pahami dan terapkan jika mereka memang ingin melakukan perjalanan ke masa lalu masing-masing.
Syarat-syarat tersebut memang tidak terlihat membebani pengunjungnya. Namun, sempat terbesit ke dalam pikiran beberapa orang terkait kejanggalan dari persyaratan tersebut. Kendati demikian, tetap saja syarat-syarat ini tidak menyurutkan keinginan orang-orang untuk pergi ke masa lalu.
Ini menimbulkan beberapa pertanyaan, khususnya mengenai syarat kedua. Jika orang tidak bisa mengubah apa yang terjadi pada hidup mereka saat ini, lantas mengapa mereka masih memaksa untuk melakukan perjalanan ke masa lampau? Apakah hal ini layak untuk tetap dilakukan kendati tidak mempengaruhi apa-apa dalam hidup mereka?
Review Novel Before The Coffee Gets Cold
Berdasarkan sinopsis di atas, novel Before The Coffee Gets Cold mungkin kurang cocok untuk dibaca kalangan anak remaja di bawah usia 15 tahun. Terlebih terdapat sejumlah pesan moral dan juga pemahaman filosofis yang belum tentu dapat mereka pahami dengan mudah.
Tentu saja novel ini bebas dibaca oleh siapa saja bagi mereka yang tertarik terhadap tulisan ini. Hanya saja alur di dalam novel ini bergerak cukup lambat, sehingga tidak semua orang betah jika mereka harus membaca sesuatu yang dijelaskan secara perlahan.
Selain itu, terkadang penjelasan yang dipaparkan di dalam novel Before The Coffee Gets Cold terkesan dibuat terlalu tersurat dan gamblang, alih-alih disajikan secara tersirat dan membiarkan pembacanya menginterpretasikan pesan di dalam cerita tersebut.
Bukan hal yang buruk ketika seseorang terlalu deskriptif dalam menjelaskan cerita dalam sebuah karya tulis. Namun, banyak pembaca yang ingin mengimajinasikan alur cerita dengan perspektif mereka masing-masing. Di sini, sejumlah pembaca merasa kalau Toshikazu Kawaguchi gagal melakukan hal tersebut.
Ending dari novel Before The Coffee Gets Cold juga terbilang biasa saja, tidak ada sesuatu yang dapat dikatakan spesial. Untuk aspek yang satu ini, pendapat orang-orang juga berbeda-beda. Banyak pembaca berpendapat kalau ending novel ini sesuai dengan karakteristik yang disajikan dari novel tersebut sejak awal.
Tetapi, sejumlah pembaca juga berharap untuk mendapatkan ending yang memuaskan setelah mengikuti cerita ini dari awal hingga akhir. Ending yang diceritakan oleh Toshikazu Kawaguchi kepada pembaca terbilang terlalu bermain aman dan kurang berani mengambil resiko.
Meskipun begitu, novel Before The Coffee Gets Cold diakui banyak pembaca berhasil menyajikan cerita dengan tema time travel yang menarik dan segar bagi pembaca. Konsep seperti ini dianggap sebagai sesuatu yang baru dan orisinil, belum banyak ditemukan oleh pembaca novel.
Selain aturannya yang cukup jelas ketika melakukan perjalanan ke masa lampau, terdapat unsur realisme yang juga cukup disukai oleh banyak pembaca: kita tidak bisa mengubah masa lalu dan berharap itu akan mengubah hidup mereka di masa sekarang. Ide ini belum banyak tercetus dalam karya bertemakan time travel.
Yang paling menonjol dari novel Before The Coffee Gets Cold tentunya adalah ceritanya yang hangat dan menyentuh hati. Karakter-karakter di dalamnya merupakan sosok manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, dan berharap bahwa mereka dapat memperbaiki kesalahan mereka di masa lalu.
Mereka menyadari betul bahwa apa yang mereka lakukan tidak akan mengubah apa-apa. Namun, setelah kembali dari masa lampau, orang-orang ini merasakan kelegaan yang luar biasa, seakan kesalahan mereka diampuni meskipun kenyataannya tidak.
Terkadang yang manusia butuhkan hanyalah menghadapi masa lalu mereka dengan pengalaman mereka di masa sekarang. Tidak perlu mendapat pengampunan, selama mereka sudah merasa bebas dari belenggu yang mengikat mereka untuk bergerak bebas.
Hal ini amat manusiawi, dan tentu pernah dialami oleh banyak orang. Klise memang, tetapi eksekusi yang dilakukan oleh Toshikazu Kawaguchi terbilang sukses karena membuat karakternya terlihat nyata dan dapat dibayangkan keberadaannya jika mereka ada dalam dunia kita.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa novel Before The Coffee Gets Cold diperuntukan untuk orang-orang yang memiliki kesabaran dalam membaca, serta tidak ingin terburu-buru ketika menghadapi suatu cerita. Kisah yang dituangkan sang penulis di dalamnya hanya bisa dirasakan ketika pembaca mau menelaah secara perlahan isi dari novel tersebut, serta bisa berkompromi dalam sejumlah kekurangannya.
Profil Toshikazu Kawaguchi Penulis Novel Before The Coffee Gets Cold
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan novel Before The Coffee Gets Cold, tidak dapat dipungkiri bahwa kesuksesan novel ini tidaklah main-main. Sejak kali pertama diluncurkan di akhir tahun 2015, novel ini sudah diterjemahkan ke berbagai macam bahasa berbeda, mulai dari Prancis, Italia, hingga Korea.
Resepsi mayoritas pembaca juga terbilang cukup baik, dan banyak kritikus memuji novel ini kendati memiliki kekurangan. Alurnya dianggap menyentuh, karakter di dalamnya menarik untuk disimak, dan pada akhirnya novel ini menjadi bacaan yang dapat dikenang oleh banyak orang.
Kesuksesan novel Before The Coffee Gets Cold tidak lepas dari tangan sang pengarang, Toshikazu Kawaguchi, dalam meramu cerita. Pria kelahiran Osaka, Jepang, tahun 1971 ini berhasil menemukan inspirasi dalam membuat novel yang unik dan menarik perhatian banyak pembaca.
Sebelum penulis mengarang novel ini, dirinya merupakan produser, penulis skrip, dan juga sutradara dari grup teater bernama Sonic Snail. Di dalam grup tersebut, dirinya sudah membuat beberapa karya teatrikal yang masing-masing berjudul COUPLE, Sunset Song, Family Time, dan terakhir, Before The Coffee Gets Cold.
Judul terakhir seperti yang Grameds ketahui adalah judul dari novel yang sedang kita bahas saat ini. Rupanya, novel ini berasal dari adaptasi drama teatrikal yang dia buat. Drama tersebut berhasil mendapat hadiah pada pagelaran Suginami Drama Festival ke-10 di Jepang.
Selain novel Before The Coffee Gets Cold, Toshikazu Kawaguchi juga membuat sekuel berjudul Before The Coffee Gets Cold: Tales From The Café. Tidak berbeda jauh dengan prekuelnya, novel ini juga menceritakan beberapa pelanggan yang datang ke Funiculi Funicula untuk melakukan perjalanan ke masa lampau.
Dan akhirnya, novel ini berhasil diangkat ke layar lebar Jepang di tahun 2018. Tidak hanya itu, memasuki tahun 2021, dikabarkan juga novel ini juga akan mendapat adaptasi serial televisi di Jepang, yang akan digarap oleh SK Global dan The Jackal Group.
Sejauh ini, karya Toshikazu Kawaguchi dalam dunia literatur masih terbilang sedikit dibandingkan dengan pengarang lain. Meskipun begitu, novel-novel karangannya cukup membekas di hati para pembaca. Bagi Grameds yang menyukai tulisan dari sang penulis, mari kita berharap agar suatu saat Toshikazu Kawaguchi akan mengeluarkan novel baru.
Rekomendasi Novel Bertema Time Travel Lainnya
Dan seperti yang sudah disinggung, novel Before The Coffee Gets Cold bukanlah satu-satunya karya fiksi yang memiliki tema time travel. Terdapat sejumlah novel lain yang mengangkat tema sama dengan novel ini. Tentunya, novel-novel ini memiliki gaya tulisan khas dan keunikannya masing-masing.
Jika Grameds tertarik dengan novel Before The Coffee Gets Cold dan ingin mencari novel lain dengan tema serupa, Gramedia punya sejumlah rekomendasi novel bertemakan time travel. Selamat membaca dan mencari inspirasi baru, Grameds!
1. Hazards of Time Travel
Novel pertama dalam rekomendasi kali ini berjudul Hazards of Time Travel yang terbit pada tahun 2018. Novel ini dikarang oleh Joyce Carol Oates, dengan mengambil tema science fiction dan berlatar belakang distopia yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2039.
Di tahun tersebut, remaja putri berusia 17 tahun bernama Adriane Strohl baru saja menyampaikan pesan kelulusan dari SMA-nya. Namun, karena suatu insiden, dirinya entah kenapa terlempar ke masa lampau, tepatnya menuju tahun 1959. Bagaimana kelanjutan dari nasib sang remaja?
Dari premis tersebut, terlihat novel ini nampak diperuntukan bagi orang-orang dewasa. Tetapi, kenyataannya cerita dari novel tersebut jauh lebih ringan dari yang orang-orang duga. Bahkan anak-anak remaja juga diyakini dapat menikmati cerita di dalam novel ini.
2. A Wrinkle In Time
Novel A Wrinkle In Time, atau Kerutan pada Waktu dalam terjemahan bahasa Indonesia, adalah salah satu novel bertemakan time travel tertua. Novel ini dikarang oleh penulis Madeleine L’Engle, dan terbit kali pertama pada tahun 1962 di Amerika Serikat.
Tokoh utama dari novel ini terdiri dari Meg Murry, Charles Wallace Murry, dan Calvin O’Keefe. Mereka memulai perjalanan melintasi ruang dan waktu, dari galaksi ke galaksi, dengan tujuan menyelamatkan ayah keluarga Murry dan juga dunia dari kegelapan dan kejahatan.
Cerita di dalam novel ini merupakan contoh klasik dari pertarungan dari baik dan buruk, serta cahaya dan kegelapan. Meskipun novel ini diperuntukan untuk remaja muda, terdapat pesan tersirat bagi orang-orang dewasa untuk memahami proses pendewasaan bagi anak-anak muda yang penuh dengan lika-liku.
3. Night Watch
Novel terakhir dari rekomendasi novel time travel adalah novel Night Watch karangan Terry Pratchett. Novel ini kali pertama terbit di Inggris pada tahun 2002, dan dengan cepat meraih reputasinya di berbagai belahan dunia. Novel ini juga merupakan bagian dari serial Discoworld.
Ceritanya berkutat pada Sir Sam Vimes yang mulanya sedang mengejar psikopat yang di atap Ankh-Morpork. Namun, hal yang diketahui berikutnya adalah dia terbaring telanjang di jalan dan dikirim kembali 30 tahun ke masa lampau karena suatu insiden misterius, melibatkan sekelompok biksu.
Target pembaca novel ini adalah orang-orang dewasa, mengingat cerita dari buku ini cukup gelap dan tidak layak untuk diperlihatkan kepada anak kecil. Selain itu, alurnya yang cukup kompleks serta lambat, membuat pembaca harus bersabar ketika membaca buku ini.
Itulah review novel Before The Coffee Gets Cold dan rekomendasi novel bertema time travel lainnya. Grameds bisa membeli novel-novel tersebut di gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: M. Adrianto S.
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Buku Hijrah Muslimah
- Rekomendasi Novel Terbaik
- Rekomendasi Novel Horor
- Rekomendasi Novel Remaja Terbaik
- Rekomendasi Novel Fantasi
- Rekomendasi Novel Fiksi
- Rekomendasi Novel Dewasa
- Rekomendasi Novel Pernikahan
- Rekomendasi Novel Romantis Korea
- Rekomendasi Novel Romantis Islami
- Rekomendasi Novel Sejarah
- Rekomendasi Novel Tentang Kehidupan
- Rekomendasi Novel Ringan Indonesia
- Rekomendasi Buku Yang Bagus Untuk Dibaca
- Rekomendasi Buku Bacaan Terbaru
- Rekomendasi Ensiklopedia Islam
- Rekomendasi Novel Tentang Persahabatan
- Urutan Buku Detective Galileo Series
- Review Novel Filosofi Kopi
- Review Novel Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh
- Review Novel My Husband, My CEO
- Review Buku Dari Penjara ke Penjara
- Review Novel Alaia
- Review Novel Alaia 2
- Review Novel The Love Hypothesis
- Review Novel A: Aku, Benci, dan Cinta
- Review Novel Eragon
- Review Buku Inspirational Ideas for Home Cooking ala Xander’s Kitchen
- Review Novel Pachinko
- Review Novel Dengarlah Nyanyian Angin
- Review Manga Komi Sulit Berkomunikasi
- Review Novel dan Hujan pun Berhenti
- Review Novel Seri The Kane Chronicles
- Review Buku Catatan Seorang Demonstran
- Review Novel Before The Coffee Gets Cold
- Review Novel 1Q84
- Review Novel Rajewali
- Review Novel Hantu Rumah Belanda
- Review Novel Azzamine
- Review Novel Azzamine
- Review Novel Azzamine
- Review Novel Thank You Salma
- Review Buku Pemburu Aksara
- Review Novel Raja Untuk Ratu
- Review Novel Gibran Dirgantara
- Review Novel Harapan dari Tempat Paling Jauh
- Review Novel The Poppy War
- Review Buku Sejenak Hening