Review Novel Bendera Setengah Tiang Karya Annisa Lim – Bendera setengah tiang merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut tindakan pengibaran bendera yang dikibarkan di tengah-tengah tiang. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan, berkabung, dan/atau menandakan kemalangan. Tradisi mengibarkan bendera setengah tiang ini diketahui sudah dilakukan sejak abad ke-17.
Kegiatan ini sebagai simbol untuk melambangkan “bendera kematian yang tak terlihat” berkibar di puncak tiang, yang menandakan adanya seseorang yang gugur. Di beberapa negara, seperti di Britania Raya, bendera kerajaan tak pernah dikibarkan setengah tiang, karena selalu ada raja atau ratu yang akan menggantikan pendahulunya yang sudah wafat.
Ada juga novel yang berjudul Bendera Setengah Tiang merupakan sebuah novel fiksi karya Annisa Lim, penulis yang namanya dikenal dari media sosial Twitter. Kisah Bendera Setengah Tiang ini pertama kali dipublikasi dalam bentuk Alternate Universe (AU) di akun Twitter Annisa Lim sendiri yang bernama @97NISAIURS. Utas cerita ini mulai ditulis pada tanggal 14 Januari 2022. Sampai saat ini, per bulan Desember 2022, thread kisah Bendera Setengah Tiang ini sudah di-retweet sebanyak 14,4 ribu kali dan telah mendapatkan sejumlah 32,3 ribu likes.
Ini merupakan kisah yang menggunakan face claim Hamada Asahi dan Choi Hyun Suk, anggota boy group asal Korea Selatan, Treasure. Kepopuleran kisah ini berhasil menarik perhatian pihak penerbit.
Pada akhirnya, kisah Bendera Setengah Tiang ini pun berhasil diadaptasi menjadi novel yang diterbitkan oleh Penerbit Coconut Books pada September 2022. Novel yang memiliki total 296 halaman ini terbagi menjadi 14 bagian cerita.
Kisah Bendera Setengah Tiang ini memiliki latar belakang situasi penyanderaan mahasiswa aktivis dan keadaan di kampus selama penyanderaan mahasiswa, dan memungkinkan untuk menghadirkan sosok yang bernama Sabiru Wistara, sebelum dirinya dikisahkan terbunuh. Kisah ini hanya menjadi bentuk paling kecil dan sederhana dari sebuah tindakan perlawanan. Annisa Lim menyatakan bahwa kisah ini tidak ada sangkut pautnya dengan situasi politik yang pernah terjadi atau sedang terjadi di negara ini. Maka dari itu, penulis menghimbau pembaca untuk tidak menghubungkan kisah ini dengan kisah nyata.
Novel Bendera Setengah Tiang ini memiliki tema perjuangan mahasiswa Universitas Veteran 10 November yang mencoba melakukan perlawanan atas kejahatan hak asasi yang dilakukan oleh oknum pejabat di kampus tersebut.
Mulai dari pembredelan pers mahasiswa, hingga pelecehan seksual yang dialami oleh mahasiswi kedokteran, yang berakhir dengan peristiwa bunuh diri. Sebuah tragedi kejahatan atas hak asasi ini terjadi di kampus swasta yang mendapatkan predikat kampus paling transparan di negara ini.
Bermula dari dipublikasikannya berita tentang kejahatan seksual oleh organisasi pers mahasiswa yang bernama “WARTA MAHASISWA”, pihak kampus secara tiba-tiba membekukan seluruh kegiatan organisasi pers yang dipimpin oleh Gibran Rajib Argani itu.
Keputusan ini kemudian menuntut pada timbulnya gelombang kemarahan mahasiswa, karena merasa pihak rektorat yang membekukan kegiatan warta memiliki hubungan yang erat dengan salah satu terduga pelaku yang sedang dilindungi para pihak berkuasa.
Gelombang kemarahan para mahasiswa semakin tidak terbendung ketika tragedi lain terjadi di tengah keruhnya kasus pembekuan warta. Hal ini kemudian mengakibatkan pecahnya sebuah aksi unjuk rasa besar antara organisasi Gemaran, dan juga perselisihan beberapa fakultas, termasuk BEM dan DPM.
Kegiatan ini tak berlangsung secara kondusif, sehingga berakhir melahirkan sejarah kelam yang dijuluki sebagai ‘Tragedi Sabtu Berdarah’, karena beberapa mahasiswa yang dikenal aktif menyuarakan hak asasi dan mengkritik kinerja kampus tidak diketahui keberadaannya dan keadaannya hingga saat ini.
Table of Contents
Sinopsis Novel Bendera Setengah Tiang
Pilar penopang keadilan yang dihukum mati.
Apakah benar bahwa keadilan itu ada, tapi hanya untuk dijanjikan, bukan diberikan, apalagi bersemayam dalam pelukan? Keberadaannya pun tidak kasat mata. Di mana? Bagaimana bentuknya? Dan apa sebenarnya makna keadilan? Mereka tak mati secara sukarela, tetapi mati untuk membayar keadilan dengan cara penghukuman duniawi.
Sesudah dibayar, keadilan tidak jua kunjung bersua. Dipenjara di bagian bumi manakah engkau? Selamat istirahat untuk wira satria yang sekarang sudah hangat dalam dekapan alam semesta, yang tak melihat bagaimana pilar penopang keadilan dihukum mati. Di mana Sabiru Wistara?
“Masih belum mau bicara? Di mana Sabiru?” Seorang laki-laki berusia setengah baya yang ukuran tubuhnya dua kali lipat lebih besar dari Alan terus memberikan tekanan dan ancaman, karena Alan masih enggan menjawab tentang keberadaan Sabiru. Pemuda itu telah merasa lemas. Energinya terkuras habis setelah dua penjaga lain memukulinya tanpa ampun. Darahnya pun terus menetes dari hidung.
Pandangannya mulai kabur. la terus menggeleng sebagai bentuk jawaban dan perlawanan. Sekali lagi, Alan mendapatkan hantaman keras di wajah. “Kalian lebih pilih melindungi satu orang dan membiarkan sisa anggota kelompok kalian meregang nyawa?” Alan beralih menatap tajam wajah kaki tangan bajingan yang telah membuat ia dan teman-temannya jauh dari jangkauan keluarga itu.
“Saya lebih baik mati daripada menyerahkan pilar terakhir yang kami punya kepada kalian.”
Ini adalah sebuah kisah tentang gerakan perjuangan mahasiswa aktivis dari kampus Veteran 10 November. Mereka menyuarakan perlawanan untuk meminta keadilan atas kejahatan hak asasi yang dilakukan oleh pejabat kampus mereka sendiri. Gerakan Mahasiswa Veteran atau yang kerap disebut sebagai Gemaran, merupakan salah satu organisasi Universitas Veteran yang beranggotakan Sabiru, Aidan, Genta, dan Ashlan.
Pada mulanya, mereka sama seperti mahasiswa lain yang hanya mengikuti kelas dan mengerjakan tugas. Namun, mereka mulai merasa tak bisa tinggal diam setelah mengetahui adanya pejabat kampus yang melakukan kejahatan hak asasi dan pelecehan seksual. Mereka pun mencari tahu lebih dalam tentang kasus tersebut.
Betapa terkejutnya Aidan dan teman-temannya setelah mengetahui bahwa banyak teman mereka yang menjadi korban kejahatan. Dan banyak sekali dari mereka yang tak bisa melawan, karena ancaman yang diberikan oleh para pihak penguasa. Di sisi lain, Gemaran juga harus melawan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) yang dianggap menjadi budak para petinggi kampus, karena mereka sama sekali tak mendukung mahasiswa.
Di tengah ramainya kasus itu, suatu pemantik lain pecah. Gedung Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) runtuh, karenakan gedung itu memang sudah tak layak untuk ditempati. Padahal, pengajuan proposal perbaikan gedung itu sedang diperjuangkan oleh Gemaran. Runtuhnya gedung UKM itu memakan sejumlah korban, 2 mahasiswa dinyatakan tewas, 3 mahasiswa terluka parah hingga kritis, dan 2 mahasiswa lain mengalami cacat permanen.
Sesudah kejadian itu, Gemaran dan mahasiswa lainnya berusaha lagi untuk menyuarakan kasus pelecehan, tetapi suara mereka tampaknya tak pernah didengar oleh pejabat kampus. Organisasi Gemaran selalu diawasi langkahnya, sehingga tidak ada cara lain selain melawan. Maka dari itu, mereka akhirnya memutuskan untuk melakukan aksi unjuk rasa.
Aksi unjuk rasa ini dilakukan pada hari Sabtu. Semua mahasiswa Veteran 10 November dihimbau untuk berkumpul di suatu titik untuk diberikan arahan pada saat menjalankan aksi nanti. Setelah itu, mereka semua menuju gedung rektor dan meminta hak keadilan bagi para korban.
Namun, sayangnya, di tengah aksi unjuk rasa, Aidan dan teman-teman lainnya yang dikenal sebagai mahasiswa yang aktif dalam menyuarakan hak asasi dan mengkritik kinerja kampus dinyatakan menghilang.
Beberapa hari setelah unjuk rasa itu, mahasiswa yang bernama Sabiru ditemukan tewas di dalam kamar kosnya. Sabiru diduga melakukan bunuh diri. Setelah mengetahui kejadian yang menimpa Sabiru, Aidan dan teman-teman lain berhasil ditemukan di sebuah tempat yang sangat kumuh.
Ternyata, selama ini mereka disembunyikan oleh oknum organisasi BEM dan disiksa tanpa ampun, sampai ada sejumlah mahasiswa yang dinyatakan tewas. Hal ini pun menjadi tonggak sejarah kelam yang dijuluki sebagai ‘Tragedi Sabtu Berdarah’.
Setelah mereka berhasil kembali ke rumah masing-masing, semua mahasiswa dihimbau untuk berkumpul di kampus, untuk melakukan upacara bendera setengah tiang dalam rangka menghormati kepergian teman-teman mereka yang telah gugur pada saat aksi unjuk rasa.
Kelebihan dan Kekurangan Novel Bendera Setengah Tiang
Kelebihan Novel Bendera Setengah Tiang
Setelah melihat dari penjelasan dan sinopsis novel Bendera Setengah Tiang ini, Grameds pastinya sudah bisa mengetahui bahwa novel ini menyajikan kisah yang sangat menarik. Berbeda dengan kebanyakan kisah adaptasi dari alternate universe yang bergenre romansa, kisah ini menawarkan tema yang sangat berbeda, yakni mengenai memperjuangkan keadilan yang erat kaitannya dengan politik dan kekuasaan.
Pembaca merasa kagum dengan premis kisah yang ditawarkan oleh Annisa Lim ini. Alur kisah ini dinilai runtut dan dituliskan secara detail, sehingga pembaca dapat merasa dibawa masuk ke dalam cerita. Secara lebih dalam, pembaca dapat merasakan ketegangan dan kesedihan yang meliputi cerita ini.
Annisa Lim juga dinilai mampu membangun karakter tokoh yang menarik dan mengundang simpati. Seluruh tokoh yang ada di kisah ini pun memiliki porsi peran yang dinilai pas, sehingga tak ada tokoh yang hanya lewat saja, semuanya memiliki peran yang memberikan dampak kepada keberlangsungan kisah ini.
Selain itu, pembaca juga merasa kagum dengan pilihan kata yang digunakan dalam menuliskan narasi kisah ini. Annisa Lim menuliskan kisah ini dengan bahasa yang semi formal, dengan menggunakan kosakata yang tidak marak digunakan, tetapi masih mudah untuk dimengerti. Pilihan kata ini memberikan kesan yang puitis pada setiap narasi yang dituliskannya.
Tidak hanya itu, kisah ini juga dapat memberikan pesan positif dan pembelajaran kepada pembaca. Ini adalah kisah yang mengajarkan tentang arti keadilan, power atau kekuasaan, dan keberanian untuk menyuarakan kebenaran. Novel Bendera Setengah Tiang ini sangat direkomendasikan kepada Anda yang menginginkan kisah yang sarat akan makna.
Kekurangan Novel Bendera Setengah Tiang
Selain kelebihan, novel Bendera Setengah Tiang ini masih memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada beberapa adegan yang dinilai tak sesuai dibaca oleh mereka yang belum dewasa, karena mengandung kekerasan. Maka itu, novel ini direkomendasikan untuk dibaca oleh mereka yang telah berusia 18 tahun ke atas.
Beberapa bagian dalam novel ini juga dapat menjadi pemicu bagi mereka yang memiliki trauma terkait menjadi korban kekerasan atau korban pelecehan seksual. Namun, Annisa Lim menyertakan warning pada narasi yang dapat menjadi trigger tersebut.
Selain itu, time stamp dalam kisah ini tidak terlalu jelas. Namun Annisa sendiri sudah memberikan disclaimer dari awal publikasi dalam bentuk alternate universe. Pada novel ini juga masih ditemukan sejumlah kesalahan penulisan. Akan tetapi, kesalahan tersebut tidak mengganggu proses membaca novel ini.
Pesan Moral Novel Bendera Setengah Tiang
Kisah Bendera Setengah Tiang ini memberikan banyak pesan moral yang dapat menjadi pembelajaran bagi para pembaca. Melalui kisah ini, kita kembali disadarkan bahwa politik kekuasaan memang nyata, benar keberadaanya, bahkan mungkin sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Berbicara tentang cara mengatasinya menjadi sebuah hal yang tidak mudah. Maka dari itu, hal yang setidaknya dapat kita lakukan adalah dengan tidak menjadi oknum yang memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki secara tidak benar atau dengan kata lain menyalahgunakannya.
Dari kisah Bendera Setengah Tiang ini juga, kita dapat belajar untuk meneladani sikap para anggota Gemaran yang memiliki keberanian untuk menyuarakan kebenaran. Tak banyak orang yang memiliki empati bagi sesama, hingga memiliki keinginan untuk memperjuangkan keadilan bagi teman-temannya. Sikap mereka ini juga menjadi sebuah bentuk solidaritas yang tinggi.
Kita juga dapat meneladani sikap pantang menyerah dari para anggota Gemaran. Meskipun terdapat banyak sekali pihak yang menentang mereka dan keadaan yang tidak berpihak pada mereka, tetapi Gemaran tetap tak gentar untuk memperjuangkan apa yang mereka tuju, yakni keadilan bagi para korban. Kita hendaknya dapat menanamkan sikap pantang menyerah ini dalam segala kegiatan yang kita lakukan.
Nah, itu dia Grameds ulasan novel Bendera Setengah Tiang karya Annisa Lim. Menarik sekali, ya kisah tentang perjuangan para mahasiswa ini. Bagi kalian yang penasaran akan bagaimana perjuangan Gemaran dalam menegakkan keadilan, kalian bisa segera mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com.
Selain novel Bendera Setengah Tiang, Grameds juga bisa mendapatkan berbagai buku lainnya, bahkan kebutuhan sehari-hari di Gramedia.com lho! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi yang terbaik dan terlengkap bagi Anda. Selamat membaca!
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Rating: 4.53/5
Penulis: Gabriel
- Review Novel Romance is Not For IT Folks
- Review Novel Maria Beetle
- Review Novel Bungo Stray Dogs
- Review Novel MetroPop: 90 Hari Mencari Suami
- Review Novel The Long Walk
- Review Normal People
- Review Novel Fase
- Review Novel Goodbye Days
- Review Novel Dua Sisi
- Review Novel Sesuk
- Review Novel Leiden
- Review Buku Jodohku dalam Proposal
- Review Buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam
- Review Novel The Viscount Who Loved Me
- Review Novel Negeri Senja
- Review Novel Bincang Akhlak
- Review Novel Himpunan
- Review Novel The Second Marriage: Mencari Kebahagiaan di Tengah Reruntuhan Rumah Tangga
- Review Novel Haru Mahameru
- Review Buku Cinta Laki-Laki Biasa
- Review Novel Supernova 4: Partikel
- Review Novel Supernova 5: Supernova
- Review Novel Supernova 6: Inteligensi Embun Pagi
- Review Novel Pelangi untuk Rida
- Review Fourth Element
- Review Novel Metropop Three Sisters
- Review Novel Bendera Setengah Tiang
- Review Novel Hellow Adam
- Review Novel Best Part
- Review Novel Holly Mother
- Review Novel Utara
- Review Buku Metropop: Ikan Kecil
- Review Novel Prince Karya Yohananic_
- Review Novel Alkana Maheswara Karya Lusiafriaa
- Review Novel City Lite: As Always, I Love… Karya Nureesh Vhalega
- Review Novel Undaunted: Ketika Cinta Mensyaratkan Pengorbanan Karya Staffkumpala
- Review Novel Apartemen 12A-05
- Review Novel Aporia
- Review Novel The Sun Above Our Heads
- Review Novel Land of Stories: Worlds Collide
- Review Buku Kitab Pink Karya Jason Ranti
- Review Novel Turning Page