in

Review Novel Biru & Mimpi Kita Karya @gaung.kosong

Grameds pasti termasuk kelompok yang suka menghabiskan waktu luang dengan membaca buku, yakni kegiatan yang bermanfaat dan bisa membuat suasana hati lebih baik. Selain itu, pastinya kita dapat belajar dari buku yang kita baca, baik itu buku pelajaran atau buku cerita fiksi. Buku-buku tersebut secara jangka panjang bisa memberikan dampak yang positif.

Buku karya @Gaung.Kosong yang berjudul Biru & Mimpi Kita ini dapat menjadi salah satu buku yang bisa dipilih untuk mengisi waktu luang kamu, Grameds. Buku yang diterbitkan oleh Gradien Mediatama pada 5 Maret 2021 memiliki total 268 halaman yang berisi kisah penuh makna tersirat dan tersurat.

Biru & Mimpi Kita ini adalah buku yang menggunakan sudut pandang orang pertama, yang bernama Adrian Bramestya. Adrian dan sahabatnya, Isa Istifani merupakan dua orang yang sama-sama berjanji untuk mewujudkan mimpi mereka menjadi nyata. Adrian ingin menjadi seorang penulis buku Best Seller International dan Isa bercita-cita menjadi seorang arsitek.

Mereka berdua kemudian membuat janji untuk bertemu lagi di Belgia, Eropa, setelah masing-masing sukses mewujudkan impiannya. Bagaimana perjalanan kedua sahabat ini yang berjuang mewujudkan mimpinya? Simak lebih banyak tentang buku ini dengan membaca artikel ini sampai selesai ya!

 

Profil @Gaung.Kosong – Penulis Novel Biru & Mimpi Kita

Holiday Sale

@Gaung.Kosong adalah penulis yang berdomisili di Surabaya. Selain pandai merangkai cerita dan kata-kata, sosok penulis ini juga memiliki suara indah yang membuatnya dipercaya menjadi talent voice over. Adapun @Gaung.Kosong merupakan nama akun media sosial penulis yang satu ini.

Kamu bisa menemukan akun Instagram yang menjadi Tempat Curhat Online bagi 70,3 ribu pengikutnya. @Gaung.Kosong sudah aktif melahirkan karya dari tahun 2013. Ia sudah aktif di dunia digital sejak 2019, menjadi sahabat bagi #temangaung yang saling setia menemani di masa-masa terbaik dan terburuk.

 

Sinopsis Novel Biru & Mimpi Kita

Biru dan Mimpi Kita

Menurutku, biru adalah lambang kebebasan, seperti samudera yang tidak terbatas. Tempat di mana kita berjanji kepada dunia bahwa kita bukan hanya sekadar pemimpi. Biru juga merupakan langit, tempat bagi Tuhan untuk menyimpan rapat doa kita. Ketika saatnya tiba, Tuhan akan menjatuhkan bagai hujan turun, sampai kita kewalahan. Langit sama dengan samudra, sama-sama tak terbatas.

Ketika Tuhan benar-benar ada di depan mata kita, berbicara kepada kita, memberitahu mengenai mimpi-mimpi kita yang Dia simpan. Hujan, langit masih terlihat mendung. Kilat juga tak bosan menampakkan dirinya. Sekarang terhitung masih pagi, tetapi jam kosong sudah hadir di kelas kami yang hangat. Suasana yang bertolak belakang dengan cuaca di luar dan keadaan dalam diriku yang tetap merasa dingin.

Teman-temanku, dengan segala yang mereka punya (aku harap adalah semangat), masih merasa tenang berada di sini. Aku tidak akan pernah tahu apa yang ada di benak mereka. Mimpi, harapan, cita-cita, atau berhenti di sini. Isa berkata, bahwa dia tahu mereka semua hanya pura-pura.

Isa duduk di sisiku sambil melamun menikmati suasana ini. Aku menyetujui perkataan itu secara datar, dengan dagu yang disanggah kedua telapak tangan. Apakah aku dan Isa harus seperti mereka untuk bisa menikmati kehidupan yang “bahagia”? Tentunya Isa menentang hal itu. Kami berdua sama-sama sudah memiliki mimpi, aku mau menjadi seorang penulis, dan Isa menjadi arsitek.

Sekian detik berikutnya, kami sama-sama diam. Suasana hening. Lucu sekali Isa menyebut harapan kami sebagai celengan doa. Aku lebih suka menyebutnya sebagai tabungan cita-cita. Tapi sebetulnya, tidak ada bedanya juga. Esensi keduanya tetap sama.

Tuhan dan mimpi, mimpi dan kita. Manusia berharap. Semua itu saling berkesinambungan. Hari ini, aku memilih pindah ke bangku kosong di deretan tempat duduk biasaku. Sebenarnya, aku tidak pernah mau memberi nama bangku itu sebagai apa, karena dengan begitu mereka akan menjadi berbeda dari yang lainnya.

Bukankah Tuhan tidak pernah mau membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lain? Tapi, aku hanya manusia yang suka membeda-bedakan, menghakimi bahwa hal ini salah dan hal itu benar, dan lain sebagainya. Ini adalah di Bangku Pengharapan.

Dari bangku itu, aku naik ke atas meja dan mengatur lututku supaya bersila, kemudian aku menengadah secara perlahan. Apa yang kulakukan saat ini menjadi penentu masa depanku nanti. Apa yang kukerjakan hari ini merupakan proses dari hasil yang akan aku peroleh esok hari.

Aku dan Isa sempat berdiskusi sejenak tentang kemampuan masing-masing.

 

“Biru.”

“???? Biru?”

“Ya, biru.”

“Kenapa biru?”

“Karena kita adalah biru.”

“Kita? Biru?”

“Seperti itulah, biru.”

 

Percakapan kami hanya sampai di situ. Isa paham jika berdebat dengan aku tentang sesuatu yang hanya aku yang tahu dan paham merupakan bentuk lain dari teori ketidakpastian. Aku juga tidak mau membahas tentang biru yang kumaksud di sini. Momennya masih belum terlalu dekat dengan Dewi Fortuna.

Biru menjadi sebuah kesempatan, tetapi biru juga menjadi sebuah perpisahan. Adrian Bramestya, penulis dengan mimpi menjelajah Eropa dan menaklukkan dunia dengan tulisan, yang suatu hari nanti akan datang kembali dan menunjukkan buku dengan cap “International Best Seller” kepadaku.

Dan Isa Istifani, seorang arsitek yang memiliki jutaan mega proyek, dengan mimpi memperoleh kategori karya tulis terbaik dalam penghargaan Ikatan Arsitek Indonesia. Nanti, aku dan kamu akan bertemu lagi di Belgia ketika liburan, untuk menikmati keberhasilan kita berdua.

Satu lagi kita berdua sampaikan di surat kepada Tuhan, di tabungan cita-cita. Kita pasti akan bertemu lagi setelah sukses menggapai impian masing-masing di Belgia, di Eropa. Kita saling pamer apa yang sudah kita dapatkan dan saling-saling lainnya. Dari segelintir adegan aku berjanji kepada Tuhan, samudra, langit, semua biruku, dan diriku sendiri, kami akan kembali bertemu di Eropa nanti.

Kepada Tuhan, bebaskanlah semua impianku pada saat yang tepat, lepaskanlah semua harapanku pada titik yang benar. Ketika aku sudah siap nanti, akan aku pikul dunia di atas bahuku.

 

Pros & Cons

Pros
  • Novel Biru & Mimpi Kita menyajikan premis cerita yang sangat dekat dengan kehidupan pembaca, yang mungkin sedang dialami oleh para pembaca juga.
  • Cerita ini disajikan dengan latar yang familiar, sehingga mudah untuk divisualisasikan oleh pembaca.
  • Diksi yang digunakan dalam cerita ini indah dan unik.
  • Cerita ini bisa memberikan berbagai pembelajaran bagi pembaca.
Cons
  •  Beberapa kalimat menggunakan pengandaian yang terlalu “tinggi”, dengan pilihan kata yang sulit untuk dimengerti.

Kelebihan Novel Biru & Mimpi Kita

Biru dan Mimpi Kita

Novel Biru & Mimpi Kita menyajikan premis cerita yang sangat dekat dengan kehidupan pembaca. Tentang remaja yang memiliki mimpi besar dan berjuang untuk mewujudkannya. Sebuah kenyataan yang mungkin sedang dialami oleh para pembaca juga.

Cerita ini disajikan dengan latar yang familiar, sehingga mudah untuk divisualisasikan oleh pembaca. Para pembaca juga akan disuguhkan dengan rangkaian kata yang indah dan menghanyutkan. Diksi yang digunakan dalam cerita ini dinilai unik.

Seperti yang telah disinggung di atas, cerita ini pastinya bisa memberikan berbagai pembelajaran bagi pembaca. Maka dari itu, novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh siapapun, mulai dari remaja hingga dewasa. Novel ini pasti akan menjadi teman baik untuk mengisi waktu luang kamu.

 

Kekurangan Novel Biru & Mimpi Kita

Biru dan Mimpi Kita

Novel Biru & Mimpi Kita juga masih memiliki kekurangan, di mana beberapa kalimat menggunakan pengandaian yang terlalu “tinggi”, dengan pilihan kata yang sulit untuk dimengerti. Jadi, para pembaca harus membaca berulang kali untuk memahami arti kalimat tersebut.

 

Pesan Moral Novel Biru & Mimpi Kita

Biru dan Mimpi Kita

Dari novel ini, kita bisa belajar bahwa hendaknya kita sebagai pribadi memiliki mimpi atau tujuan yang ingin kita capai. Setelah itu, berjuanglah untuk menggapainya. Pandanglah usaha pada hari ini sebagai proses untuk memperoleh hasil di hari esok.

Pantang menyerah dan berpegang teguh pada komitmen. Jangan lupa untuk membawanya ke dalam doa, dengan kepercayaan bahwa Tuhan akan menjawab segala permintaan pada waktu yang tepat.

Nah, itu dia Grameds ulasan novel Biru & Mimpi Kita karya @Gaung.Kosong. Bagi Grameds yang ingin berjuang bersama untuk meraih mimpi, yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi terlengkap dan terbaik untuk kamu. Selamat membaca!

 

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Karya Marchella Fp

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Novel Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini mengisahkan tentang sebuah keluarga yang mempunyai konflik di masa lalu. Konflik tersebut menjadi konflik yang terpendam, karena belum pernah dibicarakan dan diselesaikan sebelumnya. Sebab, konflik ini bersifat destruktif dan dapat merusak keharmonisan yang ada dalam keluarga ini.

Konflik tersebut bagaikan bom waktu yang dapat meledak begitu saja, tanpa ada yang tahu kapan, bagaimana, dan di mana. Pada akhirnya waktu meledaknya bom waktu tersebut akhirnya tiba. Rahasia yang selama ini disembunyikan akhirnya terkuak.

Hal ini bisa terjadi, karena anak sulung di keluarga tersebut yang mengetahui tentang masalah ini sudah merasa lelah dan selalu terbebani, karena memendam rahasia ini dari ia kecil hingga dewasa. Ketika rahasia ini terbongkar pun, adik-adiknya tentunya merasa sangat terkejut, dan tidak pernah menduga bahwa ada rahasia gelap yang tersimpan dalam keluarga yang harmonis itu.

 

Kita Karya Innayah Putti

Kita

Dikemas dalam ukuran kecil dan hardcover membuat Kita mudah kamu bawa ke mana saja. Di tiap lembarnya, Naya menuliskan setiap kata yang siap membuat hatimu galau dan patah. Tidak berhenti di situ, buku ini dilengkapi dengan ilustrasi penuh warna pula. Buku ini juga tak hanya berisikan kutipan semata, tetapi juga mengandung alur cerita yang bisa diikuti pembaca, layaknya membaca kisah cinta, dengan sentuhan desain yang artistik.

Dalam buku Kita, kamu akan menyadari isi hatimu yang sebenarnya. Setelah membacanya, kamu akan terdiam dan mulai berpikir apakah sebaiknya perasaanmu itu diungkapkan atau tidak? Dengan membaca novel ini, mungkin akan memberimu energi tambahan untuk merelakan hal-hal yang selama ini sungguh sangat kamu idam-idamkan. Juga mungkin akan membantumu menerima dan mengikhlaskan hal-hal yang masih saja berat untuk dilupakan. Dan akhirnya menyadari mengapa aku dan kamu tidak pernah menjadi KITA.

Cinta, Kita yang Rasa Karya Ariana Octavia

Cinta, Kita yang Rasa

Sebagian di antara kita mungkin pernah berada di situasi yang sama: mencintai seseorang tanpa keberanian untuk menyatakan. Rasanya, lebih bisa bertahan dengan sesuatu yang mengganjal perasaan ketimbang kehilangan rasa nyaman.

Begitu juga Adit dan Yara, mereka hanya berani mencintai sebatas dalam diam. Persahabatan tak boleh dirusak oleh percintaan, katanya. Namun, pada akhirnya kita harus memilih, selamanya hati akan terbenam pertanyaan atau berani bertaruh untuk mengungkapkan. Untuk menjangkau hatinya, ada keberanian yang selayaknya kita coba karena cinta, kita yang rasa.

Written by Gabriela

Hai, saya Gabriel. Saya mengenal dunia tulis menulis sejak kecil, dan saya tahu tidak akan pernah lepas dari itu. Sebab, segala informasi yang kita dapat setiap hari, salah satunya berbentuk tulisan. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya untuk bisa turut memberikan informasi melalui tulisan saya.

Membuat karya tulis akan selalu menyenangkan bagi saya, karena saya bisa terus belajar melalui kata-kata. Setiap kali menulis, saya akan terlebih dahulu membaca sumber untuk memperoleh informasi yang tepat. Keseluruhan proses merangkai kata tersebut adalah proses pembelajaran yang tak berkesudahan.

Saya suka menulis review buku, karena setiap buku menyajikan dunia yang baru dan memberikan banyak pengetahuan baru. Saya juga suka menulis tentang dunia kuliner dan trivia, karena ada banyak fakta unik, tips, dan juga trik yang bisa saya coba praktikkan.

Keahlian
Review buku
Kuliner
Trivia

Pendidikan
Universitas Multimedia Nusantara

Linkedin: Gabriela Estefania
Instagram: @gaby_tandean