in

Review Novel Classics: 1984 Karya George Orwell

Nineteen Eighty-Four (atau 1984) adalah sebuah novel distopia terkenal karya penulis Inggris George Orwell, nama pena dari Eric Arthur Blair. Diterbitkan pada 8 Juni 1949 oleh Secker & Warburg, novel ini menjadi karya terakhir Orwell yang diselesaikan semasa hidupnya. 1984 secara tematis mengeksplorasi dampak mengerikan dari totalitarianisme, pengawasan massal, dan kontrol represif yang dilakukan terhadap individu serta perilaku sosial dalam suatu masyarakat yang otoriter.

Melalui novel ini, Orwell, seorang pendukung sosialisme demokratis dan anggota Kiri yang anti-Stalinis, menggambarkan Inggris dalam versi distopia yang didasarkan pada realitas sosialisme otoriter. Gagasannya terinspirasi oleh pengalaman historis Uni Soviet di bawah kepemimpinan Stalin, serta praktik sensor dan propaganda yang diterapkan secara brutal di Jerman Nazi.

1984

button cek gramedia com

Dengan sangat tajam, Orwell juga mengangkat isu sentral tentang peran kebenaran dan fakta dalam kehidupan sosial, serta bagaimana keduanya dapat dimanipulasi oleh rezim yang berkuasa untuk memutarbalikkan realitas demi kepentingan politik. Novel ini bukan hanya sebuah peringatan, tetapi juga refleksi mendalam tentang ancaman yang muncul ketika kebebasan individu dikekang oleh kekuatan negara.

Cetakan terbaru novel ini dalam versi Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 13 Juli 2022. Dengan ketebalan 408 halaman, novel ini menyajikan kisah klasik yang masih relevan dan mampu menambah pengetahuan pembaca. Grameds bisa mendapat lebih banyak informasi tentang isi buku ini pada artikel yang sudah Gramin rangkum secara lengkap! Selamat membaca!

Profil George Orwell – Penulis Novel Classics: 1984

1984

button cek gramedia com

Eric Arthur Blair (25 Juni 1903 – 21 Januari 1950), yang lebih dikenal dengan nama pena George Orwell, adalah seorang novelis, penyair, esais, jurnalis, dan kritikus sosial asal Inggris. Nama pena tersebut diambil dari Sungai Orwell, tempat favoritnya. Gaya penulisannya dikenal karena prosa yang jelas dan tajam, serta komitmennya terhadap kritik sosial yang kuat. Orwell menentang semua bentuk totalitarianisme, baik komunisme otoriter dari sayap kiri maupun fasisme sayap kanan, sambil juga mendukung ide-ide sosialisme demokratis.

Orwell mencapai ketenaran global terutama melalui dua karya ikonisnya, novella alegoris Animal Farm (1945) dan novel distopia Nineteen Eighty-Four (1949). Meski begitu, karyanya sangat beragam dan mencakup banyak genre, mulai dari kritik sastra, puisi, hingga jurnalisme polemik. Di samping fiksi, karya nonfiksinya juga dihormati, seperti The Road to Wigan Pier (1937), yang mendokumentasikan kondisi keras kehidupan kelas pekerja di kawasan industri Inggris, dan Homage to Catalonia (1938), yang menceritakan pengalamannya sebagai tentara di pihak Republik dalam Perang Saudara Spanyol (1936–1939). Esai-esai Orwell tentang politik, budaya, bahasa, dan sastra tetap relevan hingga kini, dengan analisis yang tajam dan wawasannya yang mendalam tentang masyarakat.

Warisan Orwell sangat besar, tidak hanya dalam dunia sastra, tetapi juga dalam budaya populer dan politik. Kata sifat “Orwellian” kini digunakan untuk menggambarkan praktik-praktik sosial yang totaliter dan otoriter, serta beberapa istilah ciptaannya, seperti “Big Brother”, “Thought Police”, “Room 101”, “Newspeak”, “memory hole”, “doublethink”, dan “thoughtcrime”, telah menjadi bagian dari bahasa Inggris sehari-hari. Pengaruhnya begitu besar sehingga pada tahun 2008, The Times menobatkannya sebagai penulis Inggris terbesar kedua sejak 1945, menunjukkan betapa relevannya karyanya hingga kini. Orwell terus menjadi sosok yang penting dalam diskusi-diskusi mengenai kebebasan, kekuasaan, dan kontrol sosial.

Sinopsis Novel Classics: 1984

1984

button cek gramedia com

Kisah ini berlatar di masa depan yang tidak pasti, namun diyakini terjadi pada tahun 1984. Sebagian besar dunia terjebak dalam peperangan yang tiada henti. Inggris Raya, kini disebut Airstrip One, telah menjadi provinsi dari negara adidaya totaliter Oceania, yang dipimpin oleh sosok diktator bernama Big Brother. Big Brother didukung oleh kultus kepribadian yang kuat, yang diperkuat oleh Partai dan diawasi secara ketat oleh Polisi Pikiran. Pengawasan pemerintah merasuk ke setiap aspek kehidupan, sementara Kementerian Kebenaran terus-menerus mengubah sejarah dan menyebarkan propaganda untuk menekan individualitas dan pemikiran mandiri.

Winston Smith, seorang warga Oceania, berusaha menjalani hidupnya dengan mengikuti aturan-aturan ketat Partai meski hati dan pikirannya memberontak. Winston tahu bahwa ia tidak bisa melawan secara terbuka, karena Big Brother selalu mengawasi setiap gerakan dan pikiran warganya. Tidak ada ruang untuk privasi, sebab segala sesuatu dikendalikan oleh Negara, termasuk sejarah yang ditulis ulang sesuai kepentingan rezim.

Big Brother menuntut kepatuhan dan kesetiaan mutlak, dan mereka yang berani menentang akan dihapuskan dari keberadaan. Dalam pencariannya akan kebebasan dan kebenaran, Winston mulai menulis buku harian dan menjalin hubungan cinta terlarang dengan Julia. Namun, ia segera menyadari bahwa harga kebebasan di bawah rezim totaliter itu sangat mahal, sebagaimana nasib yang menantinya.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Classics: 1984

1984

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Kritik sosial yang mendalam.
  • Gaya penulisan yang memikat.
  • Relevansi dengan kehidupan di zaman modern.
  • Terjemahan yang baik.
  • Alur utama cerita yang mengalir dan mudah untuk diikuti.
  • Pengalaman membaca yang kaya dan berkesan.
  • Dapat menjadi bahan renungan dan kajian.
Cons
  • Beberapa makna sulit untuk ditangkap. 

Kelebihan Novel Classics: 1984

1984

button cek gramedia com

Kelebihan utama 1984 terletak pada kritik sosialnya yang mendalam dan relevan sepanjang masa. Orwell dengan brilian mengungkap bagaimana totalitarianisme dapat menghancurkan kebebasan individu dan memanipulasi kebenaran, memberikan pandangan tajam yang dapat kita renungkan di berbagai konteks, termasuk kehidupan modern saat ini. Kritik yang dihadirkan bukan hanya sekadar hiasan dalam narasi, melainkan bagian inti dari gagasan yang membentuk dunia distopia dalam novel ini. Ide-ide seperti pengawasan massal, pengendalian informasi, dan penghapusan sejarah tidak hanya menjadi bumbu cerita, tetapi bahan refleksi mendalam tentang dunia di sekitar kita.

Gaya penulisan Orwell yang memikat menjadi kelebihan lainnya. Membaca 1984 serasa menyelami pikiran Winston Smith, tokoh utama yang berjuang dalam ketidakberdayaan melawan kekuatan negara otoriter. Pembaca diikat secara emosional oleh ketegangan yang diciptakan dalam setiap peristiwa. Kisah hidup Winston dan dunia suram tempat ia tinggal begitu menarik, sehingga seolah membuat pembaca terperangkap dalam rasa penasaran yang tak tertahankan, ingin terus membaca hingga lembar terakhir. Orwell dengan jenius meramu setiap kejutan, membangkitkan rasa penasaran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Konteks 1984 semakin terasa relevan di zaman modern ini, di mana teknologi digunakan untuk mengawasi kehidupan sehari-hari. Orwell seperti meramalkan masa depan di mana alat-alat pengawasan tidak lagi sekadar fiksi, tetapi menjadi kenyataan yang kita hadapi. Ketika kamera CCTV, pelacakan data, dan algoritma cerdas hadir dalam kehidupan kita, ide Orwell tentang pengawasan total dan hilangnya privasi semakin nyata. Ini membuat novel tersebut tidak hanya sebagai karya sastra distopia, tetapi juga sebagai manual tentang ancaman yang bisa muncul dari kemajuan teknologi yang salah arah.

Selain itu, terjemahan 1984 ke dalam bahasa Indonesia oleh Pak Landung juga menjadi nilai tambah. Pilihan kata yang digunakan memperkaya pengalaman membaca tanpa mengurangi esensi karya aslinya. Diksi-diksi yang dipilih mampu menerjemahkan kecerdasan Orwell ke dalam konteks lokal, memberikan kejelasan dan keindahan bahasa yang tetap setia pada pesan aslinya. Terjemahan ini tidak hanya mudah dipahami, tetapi juga menyajikan kekayaan bahasa yang membuat pembaca semakin tenggelam dalam cerita.

Pengalaman membaca 1984 adalah sesuatu yang sulit dilupakan. Novel ini membawa kita pada perjalanan emosional yang dalam, mengajak kita mempertanyakan realitas yang ada, dan memaksa kita untuk merenungkan posisi kita dalam masyarakat. Orwell berhasil menciptakan sebuah karya yang tidak hanya menyentuh pembaca secara intelektual, tetapi juga membekas secara emosional. Kekuatan cerita, karakter, dan dunia yang ia ciptakan menjadikan novel ini bukan sekadar bacaan ringan, melainkan bahan kajian yang relevan sepanjang masa.

Kekurangan Novel Classics: 1984

1984

button cek gramedia com

Pembaca mungkin dapat dengan mudah mengikuti alur utama cerita, tetapi akan menemui tantangan dalam menangkap setiap maksud yang tersembunyi di balik narasi. Orwell menulis dengan lapisan makna yang sering kali tidak langsung terlihat pada pembacaan pertama. Pembaca mungkin butuh beberapa kali membuka kembali halaman yang sudah terlewat untuk mencoba meresapi pesan yang ingin disampaikan lebih dalam. Hal ini terjadi bukan karena ceritanya yang membingungkan, melainkan karena ide-ide yang diusung begitu padat dan sarat dengan simbolisme, membuat kita harus berpikir ulang untuk memahami nuansa di balik setiap peristiwa. 

Penutup

1984

button cek gramedia com

Orwell dengan sangat tajam mengungkap sisi gelap kekuasaan di dalam bukunya, di mana manipulasi, pengawasan, dan represi digunakan untuk melanggengkan dominasi. Apa yang ia tuliskan di buku ini bukan hanya sekadar fiksi belaka saja, melainkan cerminan dari praktik-praktik buruk kekuasaan yang bisa terjadi kapan saja, di mana saja. Novel ini mengingatkan kita bahwa kebebasan adalah sesuatu yang rapuh, dan tanpa kesadaran serta perlawanan, kita semua bisa terperangkap dalam sistem yang menghapus kemanusiaan itu sendiri.

Bagi Grameds yang ingin membaca buku Classics: 1984 karya George Orwell, kalian bisa dapatkan hanya di Gramedia.com ya! Gramin juga sudah menyiapkan buku-buku klasik yang direkomendasikan di bawah ini, lho. Yuk langsung saja dapatkan buku-buku terbaik hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

The Count of Monte Cristo 

Classics: The Count of Monte Cristo

button cek gramedia com

Cerita klasik tentang Edmond Dantes, pelaut muda yang sengaja dipenjarakan atas tuduhan palsu, serta strateginya yang cemerlang untuk membalas dendam kepada orang-orang yang mengkhianatinya. Kehidupannya yang tenang, dan rencananya untuk menikahi si cantik Mercedes, buyar seketika sewaktu sahabat masa kecilnya, Fernand, membohonginya karena menginginkan Mercedes untuk dirinya sendiri.

The Count of Monte Cristo menceritakan tentang Edmond Dantes yang membuka kisah ini di puncak kehidupannya. Masih muda, tampan, punya tunangan cantik yang akan segera dinikahinya, dan baru diangkat sebagai kapten kapal pula. Hidup tampak begitu indah untuk Dantes, namun tiba-tiba nasibnya berbalik 180 derajat. Dantes dijebloskan ke penjara, karena tuduhan palsu dari tiga orang yang mengkhianatinya.

The Call of the Wild (Panggilan Alam Liar)

The Call of the Wild (Panggilan Alam Liar)

button cek gramedia com

The Call of the Wild (Panggilan Alam Liar) adalah sebuah animal story, atau cerita tentang hewan. Tokoh utamanya adalah seekor anjing blasteran St. Bernard besar dengan seekor anjing gembala Scotch (Scotch Collie) bernama Buck. Buck ini awalnya tinggal di sebuah rumah Hakim Miller yang hangat dan nyaman di California. Tapi suatu hari, salah satu pegawai Hakim Miller yang jahat menculik Buck dan menjualnya kepada penadah anjing. Pada masa-masa itu, demam emas sedang berlangsung di daerah Klondike, Kanada. Daerah yang dingin bersalju. Mereka butuh anjing-anjing penarik kereta salju. Mereka butuh anjing-anjing dalam jumlah yang sangat besar. Jadi, dimana-mana terjadi banyak penculikan anjing, dan Buck termasuk menjadi salah satu korbannya.

Buck diperlakukan dengan sangat kasar dan kejam. Kelaparan dan pukulan harus dihadapinya. Belum lagi hukum alam liar yang juga menyerangnya. Tidak hanya mengalami kekejaman manusia, Buck juga harus beradaptasi dengan kekejaman dan hukum yang harus dihadapi sesama anjing di alam liar. Tapi Buck adalah anjing yang cerdas dan cepat beradaptasi. Bisa dibilang, Buck ini seekor alfa juga. Pekerjaan seberat apa pun dia jalankan dengan baik dan luar biasa.

Peter Pan di Kensington Gardens (Peter Pan In Kensington Gardens)

Peter Pan di Kensington Gardens (Peter Pan In Kensington Gardens)

button cek gramedia com

Sir James Barrie Matius, lahir pada tanggal 9 May 1860 di Kirriemuir, Angus, Skotlandia. Ia adalah seorang penulis skotlandia dan dramawan, terkenal karena tulisan Peter Pan atau The Boy Who Would Not Grow Up, yang ditulis pertama kali pada tahun 1904 dan diterbitkan pada tahun 1928. Karakter Peter Pan pertama kali muncul pada tahun 1904 dalam buku The Bird Little White. Dua tahun kemudian, Peter Pan bermain di atas panggung di London untuk pertama kalinya dan sukses besar.

Barrie juga menulis sebuah buku yang mendasari permainan yang disebut Peter dan Wendy, yang diterbitkan pada tahun 1911. Seperti yang ditulis di surat wasiatnya, ia memberikan hak cipta Peter Pan ke sebuah rumah sakit di London, Barrie meninggal pada tanggal 19 Juni 1937 di London, Inggris. pada tahun 1953, karakter Peter Pan diangkat menjadi tokoh-tokoh animasi oleh Disney. Cerita yang mendasari film hook tahun 1991, dan versi live-action dari cerita, Peter Pan, dirilis pada tahun 2003.

Sumber:

  • https://en.m.wikipedia.org/wiki/Nineteen_Eighty-Four 
  • https://en.m.wikipedia.org/wiki/George_Orwell 
  • https://www.goodreads.com/book/show/61439040-1984

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.