Conversations on Love – Conversations on Love adalah sebuah karya dari Natasha Lunn yang awalnya ditulis dalam Bahasa Inggris. Novel ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 20 Juni 2024, dengan total 368 halaman.
Dalam novel ini, Natasha Lunn, seorang jurnalis, berbagi perjalanan panjangnya memahami cinta. Setelah bertahun-tahun merasa bahwa cinta sulit dijangkau, ia mulai mendalami bagaimana cinta berfungsi dan berkembang sepanjang hidup. Ia mewawancarai sejumlah penulis, terapis, tokoh budaya, dan pakar untuk mengeksplorasi pengalaman mereka. Dari wawancara-wawancara ini, Lunn menggali berbagai pertanyaan penting: Bagaimana cara menemukan cinta? Bagaimana mempertahankannya? Dan bagaimana menghadapi kehilangan cinta?
Melalui percakapan-percakapan ini, Lunn mengungkap berbagai spektrum emosi yang terkait dengan cinta. Ia menggambarkan sensasi cinta yang baru, kekuatan hubungan pertemanan yang saling mendukung, ketangguhan menghadapi kehilangan, serta dinamika yang terus berubah dalam hubungan jangka panjang. Buku ini menyoroti bahwa cinta tidak hanya tentang hubungan romantis, tetapi juga meliputi cinta platonis, ikatan keluarga, dan penghargaan terhadap diri sendiri. Gramin sudah siapkan bocoran informasi dari ulasan novel ini! Baca artikel dibawah ini sampai selesai ya, Grameds.
Table of Contents
Profil Natasha Lunn – Penulis Novel Conversations on Love
Natasha Lunn menjabat sebagai direktur pemberitaan di majalah Red dan juga dikenal sebagai pencipta dari buletin surel yang sangat populer, Conversations on Love. Selain karier jurnalistiknya, Lunn memiliki keahlian dalam bidang konseling, di mana ia telah menyelesaikan pelatihan dasar dalam konseling pasangan serta psikoterapi di Tavistock Center yang ternama. Saat ini, ia menetap di London, menggabungkan kecintaannya pada dunia komunikasi dan pemahaman hubungan manusia.
“Kisah cinta adalah yang membuat kita terjaga sepanjang malam. Kita tampaknya tak pernah lelah mengeksplorasi misteri yang satu ini. Berulang kali kita kembali ke adegan yang sama, kata-kata yang sama, berusaha menemukan maknanya. Tidak ada yang lebih akrab daripada cinta, namun tidak ada hal lain yang lebih sulit untuk benar-benar kita pahami.” – Jeanette Winterson, The Powerbook.
Sinopsis Novel Conversations on Love
Selama bertahun-tahun, saya terjebak dalam kerinduan—kerinduan akan balasan pesan, ucapan “aku cinta padamu,” atau tatapan dari seorang pria. Jika saya menjalin hubungan, saya ingin hubungan itu bertahan selamanya. Jika tidak, saya mendambakan untuk menemukannya. Kerinduan ini menjelma menjadi kegelisahan yang memenuhi hidup saya seperti kabut, membuat saya sulit melihat dengan jelas.
Dulu, saya pikir yang saya cari adalah cinta. Namun, saya salah. Yang sebenarnya saya kejar adalah gagasan tentang cinta, bukan hakikatnya. Selama bertahun-tahun, di malam-malam penuh tanya, “Kapan saya akan menemukan cinta?” saya tidak akan pernah berhenti untuk bertanya-tanya, “Apa yang dimaksud dengan cinta itu?” Apakah kita semua seperti itu? Kita tidak belajar tentang cinta di sekolah, tidak menelitinya, tidak mengikuti ujian tentangnya, atau membahasnya secara berkala. Kita didorong untuk memahami ekonomi, tata bahasa, dan geografi, tetapi jarang didorong untuk memahami cinta. Anehnya, meskipun kita berharap begitu banyak dari cinta, kita hampir tidak meluangkan waktu untuk mempelajarinya—seperti ingin menyelam ke laut tanpa pernah belajar berenang.
Namun, mau tidak mau, cinta hadir dalam hidup kita setiap hari—bebas, indah, kadang kejam. Saya menyaksikan cinta saat menonton video bayi teman saya yang berusia enam minggu menggeliat di bak mandi, lalu membaca email dari seorang wanita yang baru saja gagal pada percobaan IVF ketiganya. Saya memikirkan dua teman yang baru bertunangan, satu yang membatalkan pertunangannya, dan satu lagi yang belum pernah melangkah sejauh itu. Ada teman yang sedang membangun kehidupan baru setelah perceraian tak terduga, teman yang sedang berduka karena kehilangan orang tuanya, dan teman lain yang dengan hati-hati mulai membuka diri pada cinta baru. Cinta hadir di seluruh hidup kita—layu dan mekar, terus berubah—tak terdefinisi, atau setidaknya demikian yang saya pikirkan.
Lama saya percaya bahwa cinta adalah sumber ketidakbahagiaan saya. Saya ingin memahami mengapa cinta terasa begitu sulit diraih. Mengapa saya bisa meninggalkan pekerjaan yang tidak saya sukai, tetapi tidak hubungan yang buruk? Mengapa saya merasa memiliki kendali atas semua aspek lain dalam hidup saya, tetapi tidak dalam cinta? Dan mengapa saya menganggap pernikahan sebagai akhir sesuatu, bukan awal?
Kecurigaan bahwa saya telah salah memahami cinta menjadi semacam petunjuk, seperti yang disebut Elizabeth Gilbert sebagai ‘remah roti rasa ingin tahu’—sesuatu yang mengarahkan saya untuk menelusuri dan memahaminya lebih dalam.
Kelebihan dan Kekurangan Novel Conversations on Love
Kelebihan Novel Conversations on Love
Novel Conversations on Love karya Natasha Lunn adalah eksplorasi mendalam tentang cinta dalam berbagai bentuk dan manifestasinya. Dengan gaya penulisan yang sensitif dan penuh empati, Lunn berhasil menghadirkan penggambaran cerita yang hidup dan terasa indah, membuat setiap halaman terasa menyentuh hati. Novel ini tidak hanya membahas cinta romantis tetapi juga cinta platonis, hubungan keluarga, dan cinta diri, menjadikannya sebagai ode yang utuh untuk cinta dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pembaca dapat menemukan arti yang berbeda dalam kisah-kisah ini, sesuai dengan pengalaman dan pandangan hidup masing-masing.
Struktur novel ini sangat jelas dan mendalam, dibagi menjadi tiga bagian utama: bagaimana menemukan cinta, bagaimana mempertahankan cinta, dan bagaimana bertahan setelah kehilangan cinta. Setiap bagian diakhiri dengan kesimpulan yang memperkaya pembaca. Dalam narasinya, Lunn menyampaikan kisah-kisah nyata yang menggugah, termasuk pengalaman orang tua yang kehilangan anak, seseorang yang harus berjuang menerima kenyataan tidak bisa berjalan lagi, hingga mereka yang mencoba membangun kembali hidup setelah patah hati atau kehilangan pasangan. Semua kisah ini memberikan perspektif luas tentang cinta yang sering kali tak terdefinisikan tetapi selalu menjadi bagian penting dari kehidupan manusia.
Novel ini juga relevan dengan banyak pengalaman kehidupan pembaca, mengingatkan kita bahwa cinta hadir dalam banyak bentuk, dari kegembiraan kecil hingga momen-momen yang mengubah hidup. Lunn dengan cermat menggambarkan bagaimana cinta terus tumbuh dan berubah—kadang mekar, kadang layu—dan bagaimana kita sering menjadi penghalang bagi kebahagiaan kita sendiri karena sulit menerima cinta yang datang. Kisah-kisah ini mengalir dengan indah dan mengundang refleksi, menyentuh emosi terdalam pembaca.
Lebih dari sekadar bacaan yang menghibur, novel ini memberikan wawasan baru yang bisa menginspirasi, membuat kita merenungkan kembali apa arti cinta dalam hidup kita. Lunn tidak hanya membagikan pengalaman pribadinya tetapi juga memadukannya dengan pandangan dari orang-orang yang diwawancarai, menciptakan perpaduan antara keintiman dan keberagaman perspektif. Semua ini membuat Conversations on Love menjadi bacaan yang menggetarkan, sekaligus mengingatkan bahwa cinta, dalam segala bentuknya, adalah inti dari keberadaan manusia.
Kekurangan Novel Conversations on Love
Meskipun Conversations on Love karya Natasha Lunn menawarkan eksplorasi yang mendalam dan kaya tentang cinta, salah satu kelemahan novel ini adalah kecenderungannya untuk menyampaikan pesan-pesan yang repetitif. Bagi beberapa pembaca, pengulangan ini mungkin terasa berlebihan dan berpotensi menimbulkan kejenuhan, terutama jika mereka mencari variasi atau dinamika yang lebih segar di setiap bagian novel.
Pesan Moral Novel Conversations on Love
Conversations on Love menyampaikan pesan moral yang mendalam tentang pentingnya memahami cinta dalam segala bentuknya, melampaui gagasan cinta romantis yang sering kali mendominasi pikiran kita. Novel ini mengajarkan kita untuk menjadi nyaman dengan kemungkinan sendirian, menerima bahwa cinta bukan sekadar tentang memiliki pasangan, tetapi tentang bagaimana kita merawat diri sendiri, menjalin hubungan yang tulus dengan orang lain, dan menerima perubahan yang tak terhindarkan dalam hidup.
Pesan utama yang muncul adalah perlunya melepaskan idealisasi yang sering melekat pada cinta. Harapan yang kaku dan fantasi romantis seringkali membuat kita tidak benar-benar terhubung dengan diri sendiri atau orang lain. Sebaliknya, Lunn mendorong pembaca untuk memandang cinta dengan kejujuran dan keterbukaan, menerima ketidaksempurnaan yang membuat kita manusia. Dengan memperluas definisi cinta, kita diajak untuk memandang kesepian, kehilangan, menjadi orang tua, dan kerentanan sebagai bagian dari perjalanan hidup yang memperkaya jiwa.
Novel ini adalah panggilan untuk mengkalibrasi ulang cara berpikir kita tentang cinta, mengingatkan kita bahwa cinta sejati dimulai dari penerimaan diri. Ketika kita berhenti mencari kesempurnaan dan menerima siapa diri kita—dengan segala kekurangan dan kelebihan—kita menciptakan ruang untuk menjalani hidup dengan lebih autentik. Ini adalah refleksi tentang bagaimana mencintai, bukan hanya orang lain, tetapi juga diri sendiri
Grameds, itu dia ulasan novel Conversations on Love karya Natasha Lunn. Yuk segera dapatkan novel Conversations on Love ini hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap menyediakan informasi terbaik dan terlengkap untuk kamu. Selamat membaca!
Penulis: Gabriel
Rekomendasi Buku
Heartbreak Motel
Dalam hidup yang tidak pernah berhenti menyimpan misteri dan menyembunyikan arti, tidak selalu memberikan jawaban atas setiap pertanyaan, dan waktu bergulir—satu jam, satu momen, satu hari, satu minggu, satu bulan—pertanyaan dan permasalahan baru terus lahir sebelum yang lama sempat terurai, Ava menemukan panggilan hati sebagai aktris sejak usianya enam belas tahun.
Berpindah dari satu peran ke peran lain—ada yang dia pilih, ada yang memilihnya—Ava berupaya membuat semua yang tidak dipahaminya tentang takdir menjadi terasa masuk akal. Dia tidak peduli bahwa setiap selesai memikul peran, dia harus menyepi, jungkir balik memulihkan diri di satu tempat yang disebutnya Heartbreak Motel. Di ulang tahunnya yang ketiga puluh, dimulai dari tempat itu, pertanyaan-pertanyaan baru menyergapnya tumpang-tindih, dihadirkan oleh tiga lelaki yang mengisyaratkan sekaligus mengecoh masa lalu, masa kini, dan masa depannya.
The Star and I
Cerita dalam novel ini mengandung materi yang diperuntukkan untuk pembaca dewasa mulai dari umur 17 tahun keatas. Tidak dianjurkan untuk dibaca anak-anak di bawah umur 17 tahun, dikhawatirkan adanya alur cerita yang tidak sesuai dengan para pembaca dibawah umur tersebut. Novel yang berjudul The Star and I karya Ilana Tan ditulis dengan menggunakan kosakata yang ringan sehingga para pembaca dapat dengan mudah memahami alur dari cerita yang ditulis.
Made by You
Abel dan Meru itu seperti anjing dan kucing. Selalu bertengkar setiap kali bertemu. Meru yang tengil dan Abel yang emosian, tidak menyadari jika pertemuan-pertemuan serta pertengkaran itu adalah sebuah takdir. Namun, keduanya sama-sama terjebak di masa lalu. Meru dengan cinta selama tujuh tahun yang tidak terbalaskan, dan Abel yang ditinggalkan sang kekasih untuk selama-lamanya. Meskipun begitu, Meru melihat Abel sebagai sosok yang ingin ia pedulikan. Akankah ia bisa membuat Abel jatuh cinta padanya?
Sumber:
- https://books.google.co.id/books?id=4wQbEAAAQBAJ&pg=PT6&source=kp_read_button&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&gboemv=1&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
- https://www.goodreads.com/book/show/57028269-conversations-on-love
- 1984
- 23:59 : Sebuah Novel
- Alucard
- Adat, Kelas, dan Indigenitas
- Apa yang Harus Dilakukan Ketika Doa Anda Tampak Tak Dijawab
- Apa yang Mengendalikan Kehidupanmu?
- Approximating The Distance Between Two People
- Babel: Pertumpahan Darah Sejarah Gelap Revolusi
- Bandung Menjelang Pagi
- Buddha 3: Dewadatta
- Creepy Case Club 6: Kasus Hantu Panggung
- Dulu, Kini, dan Nanti
- Festival Hujan
- Flawed
- Gabriel and Zoe
- Gentayangan
- Going Offline: Menemukan Jati Diri di Dunia Penuh Distraksi
- Hukum Perseroan Terbatas
- Impressed
- Inyik Balang
- Janji Untuk Ayah
- Kalung Setengah Hati
- Kendalikan Uangmu: Yuk, Jadi Financial Planner untuk Diri Sendiri!
- Literature for Teens: The Second Fall
- Leadership Mastery
- Make Time: Cara Fokus pada Hal-Hal Penting Setiap Hari
- Mata di Tanah Melus
- Me and Mr. Old
- Merebah Riuh
- Misadventures Season
- Misteri Perpustakaan yang Hilang
- Momo
- My Big Book of Adventures
- Nak, Kamu Gapapa, Kan?
- Perempuan-Perempuan Kelu
- Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa
- Rampok Memori dan Bintang Sambit (We Could be Heroes)
- Relung Rasa Raisa
- Rembulan Cerminan Hatiku (Moon Represents My Heart)
- Rewrite the Stars
- Sempurna (Perfect)
- Teach Like Finland
- The Boy, the Mole, the Fox and the Horse
- The Night Country
- The Punk
- The Star Diaries
- This is Amiko
- We Free the Stars: Melepas Bintang