in

Review Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala

Grameds, pernahkah kalian mencium aroma khas kretek yang menguar dari tembakau pilihan dan cengkeh yang terbakar? Dalam Gadis Kretek, Ratih Kumala membawa kita menyelami jejak panjang industri kretek di Indonesia melalui kisah yang sarat akan cinta, dendam, dan rahasia keluarga.

Novel Gadis Kretek dimulai dengan sebuah misteri: seorang ayah yang menyebut nama asing, Jeng Yah, di ambang ajalnya. Ketiga anaknya—Lebas, Tegar, dan Karim—pun dibuat penasaran. Siapa sosok ini dan mengapa dia begitu penting bagi sang ayah? Pencarian jawaban mereka membawa ke masa lalu, mengungkap persaingan bisnis, hubungan yang rumit, dan luka lama yang belum sembuh.

Gadis Kretek

Dengan latar belakang industri kretek yang kental, novel ini menggabungkan cerita masa kini dan masa lampau. Membawa pembaca menelusuri sejarah panjang bisnis keluarga, ambisi, dan cinta, Gadis Kretek bukan hanya sebuah fiksi, tetapi juga jendela untuk memahami sejarah sosial dan ekonomi Indonesia. Ditulis dengan riset mendalam dan gaya bahasa yang mengalir, novel ini memberikan wawasan baru tentang budaya Indonesia.

Sejak diterbitkan pada 2012, Gadis Kretek mendapat sambutan hangat dan diadaptasi menjadi serial Netflix pada 2023. Keunikan novel ini terletak pada perpaduan fiksi sejarah dan drama keluarga, memberikan nuansa budaya yang kaya. Selain itu, novel ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, menunjukkan daya tariknya yang mendunia. Bagi pecinta kisah keluarga dengan sentuhan sejarah dan persaingan bisnis, Gadis Kretek adalah pilihan yang tepat.

Nah, sebelum kita masuk dalam pembahasan yang lebih rinci, mari kita berkenalan dengan penulisnya!

Profil Ratih Kumala: Menceritakan Sejarah Lewat Sastra

Ratih Kumala lahir pada 4 Juni 1980 dan dikenal sebagai salah satu penulis ternama di Indonesia. Latar belakang keluarganya yang pernah menjalankan bisnis kretek di Muntilan, Jawa Tengah, memberikan pengaruh besar terhadap kisah-kisah yang ia tulis. Meskipun usaha tersebut sudah lama tidak beroperasi, Ratih tumbuh dengan berbagai cerita tentang industri kretek yang diwariskan oleh keluarganya. Pengalaman ini kelak menjadi sumber inspirasi dalam menciptakan novel yang mengangkat sejarah industri rokok kretek di Indonesia.

Gadis Kretek

Perjalanan akademiknya di Fakultas Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, semakin memperkaya kemampuannya dalam menulis. Dengan pemahaman mendalam tentang sastra dan bahasa, Ratih mulai merintis karier kepenulisannya. Debut novelnya, Tabula Rasa, yang terbit pada 2004, langsung mendapat apresiasi tinggi dan berhasil meraih penghargaan sebagai pemenang ketiga dalam Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun tersebut. Sejak saat itu, namanya semakin dikenal dalam dunia sastra Indonesia.

Selain menulis novel, Ratih juga aktif dalam bidang penulisan skenario. Ia pernah menjadi bagian dari tim penulis program anak-anak Jalan Sesama, adaptasi dari Sesame Street, serta bekerja sebagai editor naskah drama televisi. Keahliannya dalam membangun cerita tidak terbatas pada buku, tetapi juga merambah dunia pertelevisian dan film. Di luar karier profesionalnya, Ratih menikah dengan sesama penulis, Eka Kurniawan, pada tahun 2006 dan dikaruniai seorang anak bernama Kidung Kinanti Kurniawan.

Hingga kini, Ratih Kumala telah melahirkan berbagai karya yang memperkaya dunia sastra Indonesia. Beberapa novel yang telah ia terbitkan antara lain Tabula Rasa (2004), Genesis (2005), Larutan Senja (2006), Kronik Betawi (2009), Gadis Kretek (2012), Bastian dan Jamur Ajaib (2015), dan Wesel Pos (2019). Selain itu, ia juga telah menulis naskah film layar lebar serta ratusan skenario drama televisi. Dengan gaya bertutur yang khas dan eksplorasi cerita yang mendalam, Ratih terus berkarya dan memberikan kontribusi besar bagi perkembangan sastra Indonesia.

Sinopsis Novel Gadis Kretek

Gadis Kretek

Pak Raja sekarat. Dalam menanti ajal, ia memanggil satu nama perempuan yang bukan istrinya; Jeng Yah. Tiga anaknya, pewaris Kretek Djagad Raja, dimakan gundah. Sang ibu pun terbakar cemburu terlebih karena permintaan terakhir suaminya ingin bertemu Jeng Yah.

Maka berpacu dengan malaikat maut, Lebas, Karim, dan Tegar, pergi ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng Yah, sebelum ajal menjemput sang Ayah. Perjalanan itu bagai napak tilas bisnis dan rahasia keluarga. Lebas, Karim, dan Tegar bertemu dengan pelinting tua dan menguak asal-usul Kretek Djagad Raja hingga menjadi kretek nomor 1 di Indonesia.

Lebih dari itu, ketiganya juga mengetahui kisah cinta ayah mereka dengar; Jeng Yah, yang ternyata adalah pemilik Kretek Gadis, kretek lokal Kota M yang terkenal pada zamannya. Apakah Lebas, Karim, dan Tegar akhirnya berhasil menemukan Jeng Yah?

Kelebihan dan Kekurangan Novel Gadis Kretek

Gadis Kretek

Pros & Cons

Pros
  • Mengangkat sejarah industri kretek secara detail
  • Alur maju-mundur yang rapi dan tidak membingungkan
  • Karakterisasi yang kuat dan beragam
  • Bahasa yang indah dan deskriptif
Cons
  • Kota M tidak disebutkan dengan jelas
  • Beberapa bagian terasa lambat
  • Konflik utama bisa lebih diperdalam
  • Ending terasa agak terburu-buru

Kelebihan Novel Gadis Kretek

Gadis Kretek

Ratih Kumala berhasil menghidupkan sejarah industri kretek Indonesia melalui narasi yang mengalir dan tidak terkesan seperti dokumen sejarah. Latar belakang bisnis kretek yang berkembang sejak sebelum kemerdekaan hingga era modern diceritakan dengan detail, tetapi tetap ringan untuk diikuti. Melalui perjalanan para tokohnya, pembaca seolah diajak masuk ke dunia bisnis keluarga yang penuh intrik, ambisi, serta benturan budaya dan sosial.

Salah satu kekuatan utama novel ini adalah kedalaman riset yang dilakukan penulis, terutama dalam menggambarkan proses produksi kretek. Istilah teknis seperti “saus” dan “sari kretek” dijelaskan dengan baik sehingga pembaca bisa memahami kompleksitas industri ini tanpa merasa terbebani oleh informasi yang berlebihan. Selain itu, merek-merek kretek fiksi dalam novel ini terasa begitu nyata karena detail yang diberikan.

Setiap tokoh dalam novel ini memiliki kepribadian yang khas dan mencerminkan latar belakang dari nilai-nilai yang membentuk mereka. Sosok seperti Idroes Moeria dan Soeraja menampilkan dua sisi laki-laki dalam lingkungan patriarkal. Sementara sosok Roemaisa dan Dasiyah hadir sebagai figur perempuan yang cerdas dan tangguh di zaman mereka. Ratih Kumala mampu menciptakan karakter dengan kedalaman emosional yang terasa nyata dan membuat pembaca bisa memahami motivasi mereka.

Alih-alih menggunakan pendekatan linier, Ratih Kumala mengombinasikan alur maju-mundur dengan format “perjalanan” untuk mencari sosok misterius ” bernama Jeng Yah”. Sentuhan ini menjadi pemicu kilas balik yang menyusun kepingan sejarah keluarga tokoh utama. Teknik ini menjadikan cerita lebih menarik karena pembaca secara perlahan mengungkap misteri bersama para tokohnya. Transisi antara masa lalu dan masa kini juga dilakukan dengan mulus sehingga cerita tetap kohesif.

Di balik kisah industri kretek dan romansa, novel ini juga menyoroti isu-isu sosial seperti kelas ekonomi, patriarki, dan perubahan zaman. Hubungan antargenerasi menjadi salah satu tema yang terasa relevan, terutama bagaimana anak-anak harus menghadapi warisan konflik orang tua mereka. Dengan eksplorasi tema yang kaya, Gadis Kretek menjadi lebih dari sekadar novel sejarah, tapi juga menjadi refleksi sosial yang mendalam.

Kekurangan Novel Gadis Kretek

Gadis Kretek

Salah satu kekurangan dalam novel Gadis Kretek ini adalah penyebutan Kota M yang tidak dijelaskan secara eksplisit. Meskipun deskripsi yang diberikan mengarah pada kota yang kemungkinan besar adalah Muntilan, namun ketidakjelasan ini bisa membuat pembaca bertanya-tanya. Selain itu, ada beberapa bagian dalam cerita yang terasa cukup lambat, terutama ketika novel mengupas sejarah dan latar belakang industri kretek. Walaupun demikian, hal ini tidak mengurangi daya tarik keseluruhan dari cerita yang disajikan. Keindahan dan kekuatan narasi tetap mampu memikat pembaca, meski ada beberapa bagian yang mungkin terasa kurang dinamis.

Pesan Moral dalam Novel Gadis Kretek

Gadis Kretek

Novel ini mengajarkan bahwa di balik kesuksesan bisnis, selalu ada kisah perjuangan, pengorbanan, dan ambisi yang membentuknya. Selain itu, kisah dalam Gadis Kretek juga menggambarkan bagaimana persaingan bisnis bisa merusak hubungan personal, serta pentingnya menghargai sejarah dan tradisi yang telah membentuk identitas suatu bangsa.

Gadis Kretek juga menyoroti pentingnya mencari kebenaran dan berdamai dengan masa lalu. Melalui perjalanan Lebas, Tegar, dan Karim dalam menemukan siapa sebenarnya Jeng Yah, mereka tidak hanya mengungkap sejarah keluarga mereka. Namun, mereka juga memahami sisi lain dari sang ayah yang selama ini mereka anggap sebagai sosok yang kaku. Pencarian ini menjadi simbol bahwa kebenaran, meskipun menyakitkan, tetap lebih baik daripada hidup dalam ketidaktahuan dan prasangka.

Selain itu, Gadis Kretek mengangkat isu tentang peran perempuan dalam masyarakat yang patriarkal. Karakter Dasiyah dan Roemaisa adalah gambaran perempuan kuat yang memiliki pemikiran maju di zamannya. Mereka menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya sekadar pelengkap dalam keluarga, tetapi juga bisa menjadi dan pemimpin penggerak perubahan. Pesan ini mengingatkan kita bahwa keberanian dan kecerdikan tidak ditentukan oleh gender, melainkan oleh tekad dan usaha seseorang dalam menghadapi tantangan.

Persaingan dalam dunia bisnis juga menjadi salah satu aspek yang digarisbawahi dalam novel ini. Soeraja dan Idroes Moeria adalah contoh bagaimana ambisi dapat mendorong seseorang untuk maju, tetapi jika tidak diimbangi dengan etika dan kejujuran, hal tersebut justru bisa menghancurkan hubungan dengan orang-orang terdekat. Dari sini, pembaca diajak untuk melihat bahwa kesuksesan sejati bukan hanya tentang menguasai pasar, tetapi juga bagaimana seseorang menjaga integritas dan hubungan baik dengan orang lain.

Terakhir, Gadis Kretek mengajarkan bahwa warisan terbesar bukanlah harta atau bisnis, tetapi nilai-nilai yang ditanamkan dalam keluarga. Meskipun setiap generasi memiliki pandangan dan ambisi yang berbeda, pada akhirnya, kebersamaan dan pengertian yang membuat keluarga tetap utuh. Novel ini mengingatkan kita tentang pentingnya selalu mendengarkan, memahami, dan menerima masa lalu.

Kesimpulan

Gadis Kretek

Secara keseluruhan, Gadis Kretek adalah novel yang kaya akan sejarah, budaya, dan emosi. Ratih Kumala berhasil menyajikan kisah yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan wawasan tentang industri kretek yang telah menjadi bagian dari warisan Indonesia. Bagi kamu yang ingin menikmati novel dengan narasi kuat dan penuh kejutan, Gadis Kretek adalah pilihan yang tepat.

Novel ini dapat kamu temukan di toko buku Gramedia atau situs gramedia.com. Jangan lupa beli bukunya dan ikut berkelanan menyelami sejarah kretek! Gramedia akan selalu setia menjadi #SahabatTanpaBatas agar kamu bisa #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gheani

 

Rekomendasi Buku Terkait

Saga dari Samudra

Saga dari Samudra

Hidup Nyai Ageng Pinatih berubah saat dia menemukan bayi kecil di tengah laut yang dengan magis menghentikan kapal dagangnya. Bayi ini ia beri nama Jaka Samudra. Kelak, bocah ini tak cuma mengubah hidup ibu angkatnya, lebih dari itu, juga dunia yang disentuhnya. Sementara, Jaka Samudra sendiri selalu mempertanyakan tentang asal-usulnya. Lewat novel Saga dari Samudra, Ratih Kumala akan mengajak Kisanak mengunjungi tanah Jawa pada abad ke-15. Saat hidup lebih sederhana, rasa takut lebih nyata, keberanian punya harga, dan Sang Pencipta punya banyak rencana.

Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi

Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi

“Kalian orang-orang tolol yang percaya kepada mimpi.”

Mimpi itu memberitahunya bahwa ia akan memperoleh seorang kekasih. Dalam mimpinya, si kekasih tinggal di kota kecil bernama Pangandaran. Setiap sore, lelaki yang akan menjadi kekasihnya sering berlari di sepanjang pantai ditemani seekor anjing kampung. Ia bisa melihat dadanya yang telanjang, gelap dan basah oleh keringat, berkilauan memantulkan cahaya matahari. Setiap kali ia terbangun dari mimpi itu, ia selalu tersenyum. Jelas ia sudah jatuh cinta kepada lelaki itu. Kumpulan cerita Eka Kurniawan yang sangat khas: eksploratif dan penuh kejutan; satir dan merefleksikan kenyataan; intim dan menyadarkan.

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (Cover Baru)

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan bercerita tentang seorang anak muda bernama Ajo Kawir yang digambarkan sebagai pemuda yang bermasalah, nakal, dan biang onar. Suatu ketika bersama sahabatnya Si Tokek, Ajo Kawir mengintip sebuah tragedi pemerkosaan yang dilakukan oleh dua orang polisi terhadap seorang perempuan sakit jiwa. Mereka mengintip kejadian tersebut melalui lubang dari jendela dan nahasnya perbuatan mereka ketahuan saat salah satu di antara mereka terpeleset jatuh. Si Tokek sendiri berhasil kabur, sedangkan Ajo Kawir sialnya dibekuk oleh kedua polisi tersebut. Tak mampu melawan, Ajo Kawir langsung diseret ke dalam gubuk tempat berlangsungnya perbuatan bejat kedua polisi tersebut. Ajo Kawir dipaksa untuk menyaksikan pemerkosaan tersebut, bahkan sampai diajak untuk turut serta dengan moncong pistol diarahkan ke kepala Ajo Kawir. Di puncak rezim yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa: dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila, dan dua bocah melihatnya melalui lubang di jendela. Dan seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.