in

Review Novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu

Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu Novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu adalah novel interaktif karya Intan Paramaditha yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2017. Dalam novel ini, pembaca diajak untuk menentukan alur cerita melalui berbagai pilihan, menghasilkan konsekuensi dan akhir yang beragam.

Gentayangan

Cerita ini mengupas konsep “gentayangan,” yang bukan sekadar berkeliaran atau berjalan-jalan, tetapi juga memiliki kaitan dengan hantu yang hidup di antara dua dunia. Melalui konsep ini, novel tersebut mengeksplorasi ketegangan antara rumah dan perjalanan, ide tentang akar dan tanah air, kosmopolitanisme, serta dinamika pergerakan manusia dalam era globalisasi di mana batas-batas negara semakin kabur.

Karya ini meraih predikat Karya Prosa Terbaik Tempo pada tahun 2017 dan masuk nominasi lima besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2018. Terjemahan bahasa Inggrisnya, The Wandering, diterjemahkan oleh Stephen J. Epstein dan diterbitkan oleh Harvill Secker (Penguin Random House UK) pada tahun 2020. Versi ini mendapatkan penghargaan dari PEN Translates Award serta menjadi nominasi The Stella Prize.

Artikel kali ini akan membahas secara mendalam tentang Novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu, dari profil penulis, sinopsis, dan ulasan kelebihan serta kekurangannya. Pastikan kamu membaca ulasan dibawah ini sampai selesai. Sebelum kita masuk ke dalam ulasan yang lebih dalam, kita kenalan terlebih dahulu dengan Intan Paramadhita yuk, penulis Novel Gentayangan.

Profil Intan Paramadhita – Penulis Novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu

Holiday Sale

Intan Paramaditha adalah seorang penulis yang berasal dari Indonesia dan juga Dosen Senior di bidang Studi Media dan Film di Universitas Macquarie, Sydney. Dia meraih gelar Ph.D dengan predikat istimewa dari Universitas New York pada tahun 2014. Karya-karya fiksi, akademis, dan aktivitasnya berfokus pada struktur kekuasaan, politik perjalanan, sirkulasi, mobilitas, serta produksi pengetahuan feminis anti-kolonial.

Gentayangan

Novelnya yang berjudul The Wandering (Harvill Secker/Penguin Random House UK, 2020), diterjemahkan dari bahasa Indonesia oleh Stephen J. Epstein, masuk kedalam daftar panjang Stella Prize di Australia dan memenangkan Tempo Best Literary Fiction in Indonesia, English PEN Translates Award, serta Hibah Dana Penerjemahan PEN/Heim dari PEN Amerika.

Intan Paramaditha juga merupakan penulis kumpulan cerita pendek horor feminis Apple and Knife (2018) dan editor Deviant Disciples: Indonesian Women Poets, bagian dari seri Translating Feminisms oleh Tilted Axis Press di Inggris. Esai karya Paramaditha yang berjudul “Pertanyaan Rumit Seputar Menulis Tentang Perjalanan” terpilih sebagai salah satu Penulisan Perjalanan Amerika Terbaik 2021. Karya fiksinya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa Inggris, Polandia, Turki, Jerman, dan Thailand.

Karya terbaru Paramaditha adalah novel Islam-gotik yang berjudul Malam Seribu Jahanam novel terbarunya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2023, saat ini sedang dalam proses untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Dia adalah pemenang Penghargaan Cerita Pendek Terbaik Kompas pada tahun 2013, mendapatkan nominasi Penghargaan Sastra Khatulistiwa (2005; 2017), dan salah satu penulis antologi horor Kumpulan Budak Setan (2010), bersama Eka Kurniawan dan Ugoran Prasad. Paramaditha mendapatkan banyak sekali penghargaan, hal ini membuat namanya terkenal sampai ke luar negeri.

Intan Paramaditha juga terlibat dalam proyek-proyek aktivisme budaya lainnya seperti Period dan Makassar International Writers Festival. Esainya dapat ditemukan di berbagai publikasi seperti Sydney Review of Books, Literary Hub, Electric Literature, Asian American Writers Workshop, The Jakarta Post, dan Korean Literature Now. Dia menulis kata pengantar untuk kumpulan cerpen Budi Darma People from Bloomington (2022), yang diterjemahkan oleh Tiffany Tsao dan diterbitkan oleh Penguin Classics (dicetak ulang di The Nation).

Sinopsis Novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu

Gentayangan

“Jangan sembarangan menerima pemberian,”

begitu pesan bijak orang-orang tua dulu. Namun, kau sudah terlanjur meminta paket itu—hadiah yang sekaligus kutukan. Iblis Kekasih memberimu sepasang sepatu merah, dan dengan itu kau terkutuk untuk terus bertualang, atau lebih tepatnya, gentayangan. Kau akan bernaung, tetapi tak pernah benar-benar memiliki rumah.

Gentayangan adalah sebuah novel dengan format interaktif Pilih Sendiri Petualanganmu, yang menggambarkan kisah perjalanan penuh ketercerabutan. Novel ini mengangkat kehidupan mereka yang tergoda untuk melewati batas: mereka yang bergerak, tersangkut, kabur, dan tertangkap. Melalui perjalanan terkutuk sepatu merah, kisah ini membawa pembaca ke berbagai tempat, tergantung pilihan yang diambil.

Kamu mungkin bisa bepergian ke New York, kota yang penuh dengan tikus; Tijuana yang menegangkan; gereja di Haarlem atau masjid di Kota Jakarta dengan mengikuti petualangan ini. Kamu mungkin mendapati dirimu dalam taksi yang pengap atau di atas kereta yang terus melaju tanpa henti. Dalam perjalanan ini, hidup, mati, atau kebosanan menjadi teman yang akrab. Sebagai pengelana yang terus gentayangan, kau akan bertemu dengan cerita-cerita dari para pengelana, turis, hingga migran—semua berbagi tentang pelarian, penyeberangan, dan pencarian mereka akan rumah, rute, serta jalan keluar.

Ketika membuka halaman berikutnya, keputusan ada di tanganmu. Ke mana kau akan melangkah? Akankah kau berjumpa dengan iblis di kuburan, atau menaiki kereta yang tak pernah berhenti? Sepatu merah ini menawarkan berbagai jalur: kau bisa menjadi pengelana, imigran gelap, kekasih, atau bahkan pembunuh. Sepanjang perjalanan, kau akan berjumpa dengan mereka yang, seperti dirimu, terus bergerak—menyeberang, berlari, mencari rumah, atau sekadar pintu darurat. Pilihan ada di tanganmu. Cewek baik masuk surga, tapi cewek bandel? Mereka gentayangan.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu

Gentayangan

Pros & Cons

Pros
  • Format penulisan yang menarik.
  • Berisi kumpulan cerpen yang seru.
  • Elemen horor yang mengerikan.
  • Banyak tema lain yang dibahas.
  • Unsur dramatik yang sangat terasa.
  • Narasi yang sangat kuat.
  • Relevansi dan kritik terhadap isu sosial yang nyata.
Cons
  • Terdapat adegan dewasa.

Kelebihan Novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu

Gentayangan

Kelebihan utama dari novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu terletak pada format penulisannya yang sangat menarik. Intan Paramaditha menghadirkan sebuah pengalaman membaca yang berbeda, dimana pembaca dapat memilih alur cerita sendiri sehingga menghasilkan akhir yang beragam. Setiap pilihan membawa pembaca ke halaman tertentu, menciptakan sensasi interaktif yang tidak biasa dalam dunia literasi.

Sebagai sebuah karya, Gentayangan sebenarnya dapat dilihat sebagai kumpulan cerita pendek yang dirangkai dengan gaya non-konvensional. Masing-masing cerita berdiri sendiri namun tetap terhubung dalam tema besar tentang perjalanan, ketercerabutan, dan pencarian makna rumah. Pembaca akan menemukan banyak kisah yang mengalir dalam narasi ini, menjadikannya seru dan penuh variasi.

Meski banyak yang mengira novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu ini murni bergenre horor, elemen horor hanyalah satu dari sekian banyak warna yang menyusun cerita ini. Justru elemen-elemen lain, seperti dekonstruksi dongeng dan cerita rakyat, serta eksplorasi identitas perempuan hadir untuk memperkaya novel ini. Intan juga menambahkan pembingkaian kisah-di-dalam-kisah yang memberikan kedalaman pada setiap ceritanya.

Unsur dramatik dalam novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu ini terasa sangat kuat. Baik ketika pembaca dibawa ke kuburan di Jawa maupun ke kota-kota di luar negeri, sentuhan gotik merayap dalam setiap adegan, memadukan elemen fiksi dengan realitas kehidupan kota. Narasi yang kuat membuat pembaca seolah-olah ikut merasakan ketercerabutan dan ketegangan yang dialami oleh tokoh-tokohnya, sehingga sulit untuk melepaskan buku ini begitu mulai membaca.

Selain itu, pendalaman terhadap isu-isu sosial menjadi daya tarik tersendiri untuk novel ini. Pada awalnya, isu-isu ini mungkin terlihat seperti pemanis saja, tetapi semakin dalam membacanya, pembaca akan menyadari bahwa kritik sosial tersebut adalah inti dari cerita yang disajikan dalam novel ini. Dengan semua elemen ini, novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu tidak hanya menghadirkan petualangan, tetapi juga menawarkan refleksi mendalam terhadap tema-tema besar yang relevan dengan dunia modern, menjadikannya sebuah bacaan yang memukau dan menggugah pikiran.

Kekurangan Novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu

Gentayangan

Novel ini bukanlah bacaan untuk anak-anak atau pembaca di bawah umur. Dari adegan pembukanya saja, novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu ini sudah menampilkan adegan dimana si tokoh utama bercumbu dengan Iblis, memberikan sinyal kuat bahwa ini adalah karya dengan lapisan narasi yang kompleks dan dewasa.

Penutup

Gentayangan

Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu adalah karya yang memadukan elemen horor dengan kritik sosial. Novel ini tidak hanya menawarkan cerita yang mencekam, tetapi juga menggugah pikiran para pembacanya. Untuk Grameds yang menyukai kisah horor dengan makna yang mendalam serta kaya akan lapisan refleksi, novel ini wajib sekali untuk kalian miliki

Nah Grameds, itu dia sinopsis, ulasan, dan pesan moral dari Novel Gentayangan karya Intan Paramadhita. Yuk langsung dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com! Selain novel ini, Gramin juga sudah menyiapkan rekomendasi buku best seller lainnya di bawah ini. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi novel

Sihir Perempuan

Sihir Perempuan

Sihir Perempuan adalah kumpulan dongeng tentang perempuan-perempuan yang tak patuh. Perempuan bisa menjadi apa saja: ibu, anak, pekerja teladan, hingga boneka porselen. Namun dalam buku yang menghadirkan 11 cerita pendek ini, peran-peran yang seharusnya nyaman diteror oleh lanskap kelam penuh hantu gentayangan, vampir, dan pembunuh. Di sinilah perempuan dan pengalamannya yang beriak dan berdarah terpintal dalam kegelapan.

Dalam Sihir Perempuan, Intan Paramaditha mengolah genre horor, mitos, dan cerita-cerita lama dengan perspektif feminis. Buku ini meraih penghargaan 5 besar Khatulistiwa Literary Award (Kusala Sastra Khatulistiwa) di tahun 2005. Sebagian cerpen dalam Sihir Perempuan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Stephen J. Epstein dan pada tahun 2018 terbit dalam buku Apple and Knife di Australia (Brow Books) dan Inggris (Harvill Secker/ Penguin Random House).

The Power

The Power

Di dalam buku ini, dunia adalah tempat yang lazim, dengan seorang pemuda berkebangsaan Nigeria yang bersantai di kolam keluarganya; anak asuh dengan orangtua yang berpura-pura religius; seorang politikus Amerika yang ambisius; serta gadis London yang tangguh dari keluarga yang rumit. Lalu muncullah satu kekuatan besar yang berakar dan terus berkembang, menyatukan hidup sekaligus membuatnya hancur berantakan. Para perempuan menjadi titik utama kisah ini, dengan kekuatan yang menaungi mereka. Luka dan kematian ada di tangan kaum perempuan, tapi dengan sedikit perubahan ini, dunia direset

Dearest Neil,

Aku sudah merenungkannya sepanjang akhir minggu ini. Ada begitu banyak hal yang harus kupikirkan dan diskusikan, dan kurasa lebih baik jika kita bertemu untuk membicarakannya. Aku khawatir mungkin aku sudah menulis sesuatu yang kau salah artikan, dan aku tak menginginkan itu. Aku sadar itu topik yang sensitif untukmu. Aku akan meminta asisten ku untuk memilihkan beberapa tanggal untuk makan siang kita. Undangan ini bukan untuk menyatakan kalau bukan aku yang ada di balik buku itu. Itu memang aku.

Malam Seribu Jahanam

Malam Seribu Jahanam

Ini dongeng tiga dara. Bukankah selalu saja tentang mereka, sebab siapa yang tak kenal cerita rumah, keluarga, kita. Tapi ini juga dongeng yang tak kau minta, tentang yang tak terlihat, tak terdengar, terlupa.

Di tahun 1991, Hajjah Victoria binti Haji Tjek Sun meramal ketiga cucunya: satu cucu berkelana, satu menjaga, dan satu lagi menjadi pengantin. Ketika salah seorang berkhianat, dara yang tersisa terperangkap dan menoleh ke belakang, menelusuri dapur berisi kuali-kuali raksasa dan sumur terlarang di Rumah Victoria (kata orang jalan menuju rumah Nenek tak berujung), berhadapan dengan rahasia dan mimpi-mimpi yang macet di tengah jalan. Saat perjalanan dan kitab suci tidak lagi memberi perlindungan, dara yang lain hadir. Ia tak diundang dan menuntut penjelasan.

 

Sumber:

  • https://intanparamaditha.com/about
  • https://intanparamaditha.com/gentayangan
  • https://www.goodreads.com/ms/book/show/35702080-gentayangan

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.