in

Review Novel Goodbye Fairy Karya Honobu Yonezawa

Rating: 4.07

 

Goodbye Fairy adalah sebuah novel yang awalnya direncanakan sebagai bagian dari serial Hyouka, sebuah seri misteri remaja populer dari Jepang yang telah diadaptasi ke dalam anime oleh studio Kyoto Animation serta dalam film layar lebar versi live action. Novel ini pertama kali diterbitkan di Jepang pada tahun 2004, dan direncanakan untuk dirilis oleh Penerbit Haru pada April 2020.

Goodbye Fairy

button cek gramedia com

Penulisnya, Honobu Yonezawa, awalnya menulis Goodbye Fairy sebagai kelanjutan dari seri Hyouka. Namun, karena label penerbitan Hyouka sebelumnya ditangguhkan, Yonezawa tidak bisa menerbitkan Goodbye Fairy sebagai bagian dari serial tersebut. Akhirnya, novel ini diterbitkan oleh penerbit lain dengan sejumlah perubahan, sehingga berdiri sendiri dan terpisah dari seri Hyouka.

Versi terbaru novel ini, yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, memiliki 330 halaman dan diterbitkan oleh Penerbit Haru pada 9 Juli 2020. Berikut ini adalah sinopsis, ulasan, dan pesan moral dari novel Goodbye Fairy. Sebelum itu, kita kenalan lebih dekat dengan penulisnya dulu ya, Honobu Yonezawa.

Profil Honobu Yonezawa – Penulis Novel Goodbye Fairy

Honobu Yonezawa adalah seorang penulis asal Jepang, dikenal luas melalui serial misteri untuk remaja, Kotenbu, yang juga dikenal sebagai serial Klub Sastra Klasik. Yonezawa lahir pada tahun 1978 di Prefektur Gifu. Sejak kecil, ia sudah bercita-cita menjadi penulis. Pada usia 11 tahun, ia menulis sekuel dari The War of the Worlds karya H.G. Wells dan mulai menciptakan novel orisinal saat duduk di bangku kelas dua sekolah menengah pertama. Ketika belajar sastra di Universitas Kanazawa, ia mulai mempublikasikan karya-karyanya di situs pribadinya, Hanmuden (situs ini kemudian ditutup setelah debut resminya, dan karya-karyanya tidak lagi tersedia).

Meski karya awalnya memiliki genre yang beragam, Yonezawa terpikat oleh novel Flying Horse and Princess in Rokunomiya karya Kaoru Kitamura saat kuliah dan memutuskan untuk fokus menulis misteri. Setelah lulus, Yonezawa meyakinkan orang tuanya untuk memberinya waktu dua tahun mengejar impian sebagai penulis. Sambil bekerja di toko buku di Takayama, ia terus menulis di waktu luang.

Pada tahun 2001, ia resmi memulai debutnya dengan novel Hy?ka, yang mendapatkan penghargaan di kategori Misteri dan Horor Novel Kadokawa Gakuen ke-5. Keputusannya mengirimkan naskah ini didorong oleh sambutan positif terhadap Hy?ka di situsnya, Hanmuden. Hy?ka menjadi novel pertama dalam serial Klub Sastra Klasik, yang dipublikasikan oleh Klub Misteri Sneaker di bawah lini Kadokawa Sneaker Bunko. Setelah Hy?ka, ia menerbitkan Gusha no Endor?ru pada tahun 2002.

Namun, saat Yonezawa menyelesaikan draf untuk buku ketiga yang ia rencanakan sebagai penutup serial ini, penerbitnya mengalami hiatus karena perubahan tren pasar. Ia kemudian didekati oleh Tokyo Sogensha, berkat rekomendasi dari penulis Kiyoshi Kasai dan Kazuki Sakuraba, dan setelah mengubah beberapa detail dalam naskahnya, novel ini diterbitkan sebagai Sayonara Y?sei pada tahun 2004.

Novel tersebut mendapat perhatian dalam majalah Kono Mystery ga Sugoi! pada tahun 2005 dan menduduki peringkat ke-20 dalam kategori domestik. Pada tahun yang sama, ia menerbitkan Shunki Gentei Ichigo Taruto Jiken, novel pertama dari seri Sh?shimin. Di sekitar waktu yang sama, ia pindah dari Gifu ke Tokyo.

Pada tahun 2008, saat menerbitkan Hakanai Hitsuji tachi no Shukuen, Yonezawa mulai memperhatikan tidak hanya teka-teki dalam karyanya, tetapi juga daya tariknya bagi audiens yang lebih luas. Novel Oreta Ry?kotsu yang terbit pada tahun 2010, dengan elemen fantasi dalam misteri klasik, memenangkan Penghargaan Penulis Misteri Jepang ke-64 pada tahun berikutnya.

Pada tahun 2012, adaptasi anime dari seri Klub Sastra Klasik oleh Kyoto Animation dirilis dengan judul novel pertama, Hy?ka. Sejak 2013, ia menjadi bagian dari panitia seleksi Penghargaan Rookie of the Year Mysteries!.

Cairan Ajaib yang Bisa Menjadi Padat! Non Newton Fluid #GramediaScienceDay

Pada tahun 2014, kumpulan cerpen Yonezawa berjudul Mangan terpilih sebagai salah satu misteri terbaik di Mystery ga Yomitai!, Sh?kan Bunshun Mystery Best 10, dan Kono Mystery ga Sugoi! Buku ini menjadi yang pertama menerima tiga pemeringkatan simultan dari berbagai publikasi, serta memenangkan Penghargaan Yamamoto Sh?gor? ke-27 dan Penghargaan Naoki ke-151. Pada tahun 2016, majalah sastra Granta memilih Yonezawa sebagai salah satu Novelis Muda Jepang Terbaik dalam edisi Jepang mereka.

Sinopsis Novel Goodbye Fairy

Goodbye Fairy

button cek gramedia com

Pada bulan April 1991, Moriya Michiyuki bertemu dengan seorang gadis asing bernama Maya di tengah hujan. Maya berasal dari Yugoslavia dan segera menjadi bagian dari kehidupan Moriya serta teman-temannya. Hari-hari mereka kemudian dipenuhi dengan berbagai misteri kecil, karena Maya selalu penasaran dan suka bertanya, “Apa ada makna filosofisnya?”

Namun, misteri terbesar muncul ketika Maya tiba-tiba pulang ke negaranya tanpa meninggalkan kabar apapun. Mengapa Maya datang jauh-jauh ke Jepang, dan apa yang sebenarnya terjadi setelah ia kembali ke negaranya? Kisah ini memberikan sekilas pandang pada peristiwa pecahnya Yugoslavia pada tahun 1992.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Goodbye Fairy

Goodbye Fairy

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Pemilihan tema yang menarik dan seru.
  • Penggambaran budaya Jepang.
  • Narasi yang mendalam.
  • Atmosfer yang sangat kuat.
  • Memberikan pengetahuan tambahan.
  • Ending yang kompleks.
  • Terjemahan yang baik. 
Cons
  • Ada berapa makna kata yang sulit dimengerti.
  • Kesalahan ketik.

Kelebihan Novel Goodbye Fairy

Goodbye Fairy

button cek gramedia com

Novel Goodbye Fairy menyajikan pengalaman membaca yang luar biasa melalui pemilihan tema yang memikat, menggabungkan elemen sejarah, kebudayaan, dan misteri dalam kisah pertemanan anak SMA. Pembaca diajak menjelajahi keseharian para tokoh yang menarik dengan latar belakang budaya Jepang. Yonezawa dengan cermat menyertakan informasi mendetail tentang berbagai situs rekreasi dan tempat bersejarah di Jepang sehingga menambah dimensi edukatif pada cerita.

Narasi dalam Goodbye Fairy disampaikan dengan tenang dan cenderung mengesampingkan emosi secara langsung, namun justru inilah yang memberikan kedalaman pada cerita. Gaya penuturan yang kalem namun berbelit-belit ini, jika dirasakan lebih dalam, menambah keindahan dan kesedihan tersendiri yang meresap dalam hati pembaca. Yonezawa juga berhasil menangkap perasaan khas remaja yang memiliki dorongan kuat untuk melakukan sesuatu demi tujuan tertentu, meskipun mereka sadar akan keterbatasan kekuatan mereka.

Atmosfer yang diciptakan dalam novel ini sangat kuat, dengan elemen hujan yang konsisten hadir dari prolog hingga epilog, mendukung suasana cerita dan memperkuat emosi yang dirasakan oleh pembaca. Kehadiran hujan ini bukan sekadar latar, tetapi juga menjadi simbol yang memperkaya narasi dan membuat pengalaman membaca semakin mendalam.

Tidak hanya itu, Goodbye Fairy juga menawarkan pengetahuan tambahan tentang sejarah dunia, seperti kisah di balik pecahnya Yugoslavia pada tahun 1992, yang tentunya akan menarik bagi pembaca yang memiliki minat terhadap sejarah. Komitmen Yonezawa dalam merangkai akhir cerita yang kompleks dan penuh emosi sangat patut diacungi jempol, menghasilkan ending yang mengesankan dan meninggalkan perasaan mendalam yang sulit dilupakan oleh pembaca.

Selain kekuatan cerita, kualitas terjemahan dan penyuntingan dalam versi Bahasa Indonesia juga patut diapresiasi. Terjemahan yang baik memastikan bahwa nuansa asli dari cerita tetap terjaga sehingga membuat pembaca dapat menikmati setiap detail dan keindahan narasi tanpa kehilangan esensinya.

Kekurangan Novel Goodbye Fairy

Goodbye Fairy

button cek gramedia com

Meskipun novel Goodbye Fairy memiliki banyak sekali kelebihan, bukan berarti novel ini tidak memiliki kekurangan. Penggunaan permainan kata dan humor dalam novel ini sering kali berada pada level yang berbeda, sehingga pembaca yang tidak memiliki dasar pengetahuan yang kuat tentang budaya Jepang mungkin kesulitan untuk memahaminya dan menikmati unsur candaan yang disajikan. Hal ini bisa membuat mereka merasa tidak terhubung dengan cerita. Di bagian tengah buku, terdapat beberapa kesalahan ketik dengan susunan huruf yang terbalik, yang tentunya mengganggu aliran membaca dan dapat menurunkan kualitas keseluruhan buku.

Pesan Moral Novel Goodbye Fairy

Goodbye Fairy

button cek gramedia com

Goodbye Fairy mengingatkan kita akan pentingnya menghargai kebiasaan-kebiasaan kecil yang sering kali kita anggap remeh, namun ternyata memiliki filosofi mendalam di baliknya. Dalam kehidupan sehari-hari, terutama di Indonesia, ada banyak tradisi dan kebiasaan yang mungkin terlihat sederhana, seperti menyediakan cabai segar saat makan atau menunjuk arah dengan jempol sebagai bentuk kesopanan. Meskipun terlihat sepele, kebiasaan-kebiasaan ini mencerminkan nilai-nilai budaya dan kehormatan yang diwariskan dari generasi ke generasi, yang mana hal seperti ini harus kita lestarikan.

Setiap pertemuan pasti akan diakhiri dengan perpisahan. Kutipan “In every meeting, there’s a parting” menggambarkan bahwa perpisahan, meski menyakitkan, adalah bagian tak terelakkan dari kehidupan. Seperti dalam kisah Moriya, pertemuan singkat yang ia alami mungkin meninggalkan luka, namun pada saat yang sama, juga memberinya pelajaran berharga untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa. Kadang-kadang, perpisahan yang pahit justru membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri dan dunia di sekitar kita. Dalam setiap akhir, selalu ada awal baru, dan dari setiap kenangan yang terbentuk, ada kebijaksanaan yang bisa kita bawa ke depan.

Bagi Grameds yang ingin membaca buku Goodbye Fairy karya Honobu Yonezawa, kalian bisa dapatkan hanya di Gramedia.com ya! Gramin juga sudah menyediakan rekomendasi buku-buku yang tak kalah seru di bawah ini. Yuk langsung saja dapatkan buku-buku terbaik hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Credit Roll Of The Fool

Credit Roll Of The Fool

button cek gramedia com

Novel Credit Roll Of The Fool merupakan karya Yonezawa Honobu dan diterbitkan oleh Haru menceritakan kisah istimewa yang berbeda dari novel lainnya. Oreki Hotaro lagi-lagi terseret oleh rasa ingin tahu Chitanda Eru. Demi melawan keinginannya, Hotaro harus mampu menebak penyelesaian skenario naskah film misteri kelas 2-F yang akan ditayangkan saat Festival Kanya nanti.

Film tersebut mengisahkan seorang siswa terjebak di dalam kamar tertutup bangunan terbengkalai, meninggal dunia setelah tangannya terpotong. Siapakah pembunuhnya? Dan bagaimana caranya? Film itu selesai begitu saja tanpa ada penjelasan sama sekali. Hotaro yang bertugas untuk menebak siapa dan bagaimana trik pembunuhan itu dilakukan.

Hyouka

Hyouka

button cek gramedia com

Kalau kita menyelidikinya, mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak baik. Oreki Hotaro adalah pemuda hemat energi. Mottonya adalah, “Kalau tidak butuh dikerjakan, lebih baik tidak dikerjakan. Kalau harus dikerjakan, sebisanya sana.”

Hanya saja, semua itu berubah saat dia dipaksa bergabung dengan Klub Sastra Klasik. Chitanda Eru—gadis dengan rasa penasaran yang tinggi—mengubah hari-hari hotaro, dan dia harus memecahkan misteri demi misteri yang terjadi di sekitar mereka. Gara-gara Chitanda, mereka dihadapkan pada kasus 33 tahun yang lalu. Hanya saja, petunjuk mereka hanyalah sebuah antologi berjudul Hyouka.

The Kudryavka Sequence

The Kudryavka Sequence

button cek gramedia com

The Kudryavka Sequence adalah buku seri ketiga dari Hyouka yang ditulis oleh Honobu Yanezawa. Seri ini sedikit berbeda dengan kedua seri sebelumnya. Jika dalam kedua seri sebelumnya, narasi cerita sepenuhnya disampaikan melalui sudut pandang Oreki Hotaro, dalam seri ketiga yang berjudul The Kudryavka Sequence ini narasi cerita disampaikan melalui empat sudut pandang, yatitu Hotaro, Chitanda, Mayaka, dan Satoshi.

Kemampuan analisis Hotaro semakin berkembang dan keempat tokoh ini harus menghadapi keadaan kritis dimana festival budaya menjadi riuh dan mereka harus menjual antologi Hyouka yang sialnya dicetak terlalu banyak karena sebuah kesalahan. Selain itu, Hotaro juga harus memecahkan kasus pencurian yang terjadi di sekolah. Apakah Hotaro berhasil mengungkap siapa pencurinya? Dan akankah Chitanda dan kawan-kawannya berhasil menjual seluruh antologi Hyouka?

 

Sumber:

  • https://www.penerbitharu.com/berita/press-realease-goodbye-fairy/25/
  • https://www.goodreads.com/book/show/53415539-goodbye-fairy

Written by Adila V M