in

Review Novel Haru Mahameru Karya Balaskara

Review Haru Mahameru – Gunung Semeru dan kemegahan puncak Mahamerunya memang tak dapat lagi disangkal. Semua orang yang menapakan kaki di puncaknya seolah merasakan  dunia sebagai ciptaan Tuhan dengan penuh rasa syukur.

Tapi apa daya apabila kehadiran ekspedisi perjalanan menuju puncak hanya untuk bersenang-senang. Apakah seseorang yang telah merasa ‘menaklukan puncak’ Mahameru justru membuatnya semakin menegakan kepala? Tentu sebelum bisa sampai puncak alam akan memberi kita pelajaran, dan semua tujuan egois kita mampu dipatahkan.

Menilik kisah perjalanan para sahabat ke jalur pendakian Semeru, cerita kali ini mungkin jauh dari rasa senang. Dalam Haru Mahameru ada banyak cerita menegangkan dan menyedihkan disana. Novel yang ditulis oleh Balakarsa ini sebelumnya pernah dimuat dalam sebuah thread dan kemudian berpindah ke platform Wattpad.

Haru Mahameru bukanlah novel yang akan mengajakmu untuk mengagumi keindahan alam Semeru, tapi untuk terus mengingatkan pada kita dibalik kemegahan Gunung itu ada pelajaran kehidupan yang besar pula.

Kisah tiga sahabat ini merupakan buah pengalaman dari sang penulis Balakarsa, yang dialaminya saat dia masih berada di putih abu-abu.

Profil Penulis

Holiday Sale

Nama Balakarsa mulai dikenal sejak dia sering aktif menuliskan thread di platform twitter. Nama akun twitternya Patrick Ethnic atau juga dikenal sebagai Balakarsa. Patrick seringkali menuliskan kisah horor atau misteri dengan format thread twitter yang belakangan ini semakin disukai netizen.

Setiap thread yang ditulisnya setidaknya telah mendapatkan ribuan likes dan juga retweet. Salah satu karyanya yang terkenal adalah thread yang berjudul Haru Mahameru, yang kemudian diadaptasi menjadi buku.

Beberapa judul thread karyanya yang terkenal yakni Serat Jiwo, Jangan Pindah Rumahku, Diary Steve, dan masih banyak lagi.

 

Kelebihan dan Kekurangan Novel Haru Mahameru

 

Pros & Cons

Pros
  • Cerita ini memiliki premis sederhana tapi menarik dan relevan bagi anak muda masa kini.
  • Ada banyak kejutan selama membaca kisah ini, semakin dibaca semakin menarik.
  • Menuju pertengahan cerita ada banyak konflik yang tidak terkesan berlebihan.
Cons
  • Pembaca tidak dikenalkan dengan baik terhadap karakter yang ada dalam novel. Oleh sebab itu, tingkat kepedulian pembaca terhadap apa yang dialami tokoh menjadi kurang.
  • Pada dasarnya, novel ini masih seperti thread yang dirangkum dalam novel. Akan lebih baik jika alurnya dibuat lebih runtut dan detail.
  • Pengenalan karakter, pengenalan setting tempat menjadi kurang believable karena penulis fokus memaparkan kejadian mistis saja.

 

Sinopsis Haru Mahameru

Haru Mahameru merupakan sebuah novel karya Balakarsa yang sebelumnya pernah dipublikasikan dalam media yang berbeda. Masih dengan cerita yang sama persis, pada novel kali ini ceritanya juga seputar perjalanan tiga kawan yang mencoba mendaki gunung Semeru dengan jalur yang berbeda.

Kisah ini mengambil latar tahun 1999, ketika Purnomo atau kerap disapa Pur telah menyelesaikan ujian catur wulannya di kelas 2 SMA. Bersama kawannya Suno dan Hendro, ketiganya mulai merencanakan liburan. Lebih tepatnya, Pur sebagai karakter utama disini merajuk supaya kedua temannya itu mau diajak mendaki Gunung Semeru.

Dengan penuh keraguan karena belum pernah mendaki Gunung, akhirnya Suno dan Hendro pun menerima ajakan keduanya. Purnomo yang sadar rencananya itu berbahaya tidak berani mengaku pada sang ibu, sehingga dia berbohong dengan mengatakan ketiganya akan pergi ke Bali.

Ketiga sahabat yang masih muda dan tak memiliki rencana matang pun akhirnya berangkat ke Semeru pada akhir pekan, tanpa mengantongi izin dari orang tuanya. Sesuai rencana Purnomo, ketiganya akan mendaki Gunung Semeru melewati jalur Tawon Songo. Dimana jalur tersebut bukanlah jalur pendakian, melainkan jalur terlarang jarang dilalui karena belum terjamin keamanannya.

Perjalanan mereka dimulai saat dini hari bersama para pencari ijuk di desa setempat dan mulai menaiki jeep. Selama perjalanan, mereka bertemu dengan Lik Slamet yang juga sering mendaki untuk mencari ijuk di Semeru.

Lik Slamet sebagai orang yang sudah sering naik turun gunung juga memberikan beberapa ‘wejangan’ supaya Pur dan kawan-kawannya berhati-hati. Perjalanan dengan Jeep berakhir, tandanya mereka harus mulai perjalanan. Ketika ditanya Pur tidak mengaku bahwa dia akan mendaki lewat Tawon Songo. Dia justru mengaku bahwa sudah sering ke Semeru dengan teman-temannya.

Setelah berpisah dengan rombongan Lik Slamet, ketiganya mulai mendaki mengikuti peta. Belum lama Hendro sudah merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dia merasa seseorang mengikuti mereka dari belakang. Belum lagi Suno yang mulai ragu dan merasa takut. Tapi Purnomo tetap saja melangkah sampai mereka tiba di sebuah batu besar.

Kawasan yang tidak jauh dari kerimbunan, sehingga menjadi tempat tepat untuk mendirikan tenda. Tak terasa meskipun masih jam 4 sore, di sana terasa sudah mulai gelap. Persiapan mendirikan tenda, memasak makanan dan beristirahat pun mulai dilakukan. Tapi bukannya istirahat, Suno dan Pur justru menyadari salah satu hal aneh dari Hendro.

Temannya itu mulai tidak bersuara sejak tadi. Baik Pur dan Suno bahkan terkejut saat melihat mata Hendro mendadak hitam semua, dan ada suara lain yang bukan suara Hendro berbicara lewat mulutnya.

Belum cukup dengan segala keanehan di hutan Semeru, mereka harus menghadapi segala permasalahan ajaib yang tak mampu dijelaskan. Mulai dari kemunculan sosok asing yang tiba-tiba semakin banyak, hendro yang menari, gadis cantik di tengah hutan dan masih banyak lagi.

Mereka bahkan bertemu dengan seorang nenek yang berbicara dengan bahasa jawa kuno,menceritakan semua kisah penduduk disana. Semua asal-usul keberadaan mereka, yang mengaku sudah berada disana sejak ribuan tahun lalu.

Lantas, apa yang terjadi pada Pur, Suno dan Hendro selanjutnya? Seperti apa misteri yang tersimpan dibalik kisah para penduduk gaib di Semeru? Bagaimana cara mereka bertiga keluar dari sana?

Pelajaran yang Diambil dari Novel Haru Mahameru

Sebagai sebuah kisah yang diangkat dari perjalanan nyata penulisnya, rupanya ada banyak pelajaran yang berharga dari kisah ini. Membaca novel Haru Mahameru membuat kita sadar akan beberapa hal berikut ini.

1. Mengajarkan Pentingnya Future Planning

Sejak awal cerita kita dapat menyimpulkan bahwa perjalanan Pur, Suno dan Hendro ini jauh dari kata safety. Artinya mereka sadar bahwa rencana yang dibuat untuk naik ke Gunung Semeru melewati jalur Tawon Songo ini tidak terencana dengan baik. Atau setidaknya, tidak dijelaskan oleh sang penulis.

Dari rencana mereka yang nampak terburu-buru, bahkan Purnomo masih membutuhkan bantuan dana dari sang ibu yang juga dimintanya secara mendadak, akhirnya mereka  berhasil pergi. Meskipun sesampainya disana ada hal-hal yang tidak mereka pertimbangkan bakal terjadi.

Dari sini kita sadar, bahwa untuk memulai sebuah rencana besar atau kecil, tentu membutuhkan perencanaan yang baik. Supaya dapat memprediksi apa yang terjadi di lapangan, dan memiliki rencana cadangan sebagai solusinya. Apalagi Purnomo, Suno dan Hendro belum pernah mendaki gunung, sehingga hal ini sangat berbahaya jika mereka tidak memiliki persiapan yang matang.

Mengesampingkan Ego

Mengingat kisah ini menceritakan tokoh yang masih muda, atau bisa dikatakan masih sangat ambisius dan menggebu. Maka wajar ketika selama membaca novel ini kita akan mendengar luapan emosi, kegembiraan dan lainnya dari para karakter.

Seiring berjalannya waktu Pur dengan egonya menciptakan rencana besar tanpa persiapan matang, mulai terlihat lebih bisa menahan diri setelah perjalanan. Dari sini kita paham bahwa ada banyak hal yang tak terduga muncul selama seseorang bepergian jauh.

Saat itulah semua keegoisan mulai muncul, dan hal tersebut menjadi sebuah ujian berat. Oleh karena itu, penting untuk bisa terus berpikir jernih dan mengesampingkan ego masing-masing apabila ingin rencana berjalan hingga akhir.

Tentu bukan hal mudah, sebab sebagai manusia dengan jiwa muda kadang keegoisan muncul ketika situasi sedang menyudutkan. Melalui ketiga sahabat itulah kita bisa belajar pentingnya mengesampingkan ego untuk mencapai keselamatan semua orang.

2. Realistis dan Berpikir Cepat

Saat menghadapi masalah dan bahaya, kita dituntut untuk tetap realistis dan mampu berpikir cepat. Jadi, semua keputusan yang diambil secara mendadak tetap dalam pertimbangan yang akurat. Hal ini sangat mungkin terjadi pada manusia yang sedang diujung tanduk.

Sama halnya dengan Purnomo, Suno dan Hendro yang juga pada akhirnya terbiasa dengan semua ‘gangguan’ penghuni gunung dan mampu menjaga pikiran mereka untuk tetap realistis. Saat Suno terjerembab jatuh dan terkilir Purnomo dan Hendro juga dengan cepat menolong kawannya dan menjaganya untuk tetap bersama.

3. Mendengarkan Orang Lain

Mencoba mendengarkan apa yang dikatakan orang lain juga menjadi hal yang tidak bisa kita anggap remeh. Dalam hal ini maksudnya mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang tua, maupun orang yang sudah jauh lebih berpengalaman dari kita.

Dalam cerita Pur sadar akan kemungkinan bahwa tidak akan diizinkan oleh orang tuanya, sehingga dia rela berbohong. Hal ini seharusnya bisa menjadi pelajaran baik, bahwa restu orang tua adalah hal yang penting, supaya lebih mudah jalannya untuk mencapai tujuan.

Disisi lain ada pula karakter Pak Slamet yang sudah memberi banyak wejangan bagi sekelompok anak muda ini. Sesederhana untuk tidak mengucap kata kasar atau yang tak perlu, sebab di dalam Gunung beliau yakin tidak hanya mereka yang mendengar. Melainkan ada makhluk-makhluk lain yang juga melihat dan mendengar apa yang kita ucapkan.

Sadar akan Hukum Alam

Percaya atau tidak, hukum alam itu berlaku bagi manusia selama ada di dunia. Bahwa segala sesuatu berjalan sesuai kodrat dan memiliki konsekuensinya. Hal ini berlaku dimana saja kapan saja. Terutama apabila kita sedang berada di alam bebas. Dimana besar kemungkinan akan terjadi banyak hal diluar prediksi manusia. Maka selalu ada sebab-akibat dari apa yang kita perbuat.

Hal ini menunjukan bahwa sebagai manusia kita harus selalu berhati-hati, menjaga diri supaya tidak tinggi hati, menjaga perilaku hingga tutur kata. Kebiasaan ini juga selalu ditanamkan dalam hati para pendaki gunung. Mereka akan cenderung menjaga diri, untuk menghindari dari masalah.

Sebab, di Gunung tidak hanya medan terjal saja yang kerap menjadi permasalahan, melainkan makhluk-makhluk tak kasat mata, dan hewan liar yang sudah ada di sana lebih dulu daripada kita. Berdasarkan cerita Haru Mahameru, bahkan beberapa kali baik Suno dan Hendro sering lepas kendali dan justru berucap kata yang kurang baik. Yang mana akhirnya membuat mereka semakin tidak bisa lepas dari belenggu hutan Gunung Semeru.

Bertanggung Jawab

Rasa tanggung jawab mungkin menjadi poin utama yang bisa kita ambil dari kisah perjalanan ketiga sahabat ini. terlepas dari semua kelalaian mereka, perjalanan yang minim rencana, pengetahuan tentang gunung yang juga sedikit, setidaknya mereka memiliki rasa tanggung jawab.

Purnomo bertanggungjawab atas keselamatan dua temannya. Sebab bagaimanapun juga rencana ini dari awal milik Purnomo, maka sudah seharusnya jika dia yang merasa memiliki tanggung jawab besar untuk bisa mengantarkan dua temannya pulang dengan selamat.

Suno dan Hendro bertanggungjawab atas pilihan mereka mengikuti rencana Purnomo. Mereka juga memiliki rasa kebersamaan yang erat, sehingga saat salah satu temannya tertimpa musibah mereka saling membantu dan menjaga.

Kendati ketakutan, ketiga sahabat ini masih memiliki simpati dan empati. Mereka memiliki komitmen kuat untuk bisa pulang dengan selamat. Meskipun ada begitu banyak makhluk yang mengganggu dan menginginkan mereka tinggal disana. Sebab, setiap keputusan yang diambil memiliki konsekuensi dan tanggung jawab yang sama besarnya.

 

 

Kesimpulan

Dalam satu perjalanan bisa mengajarkan kita banyak hal. Salah satunya adalah ketika kita mendaki gunung, ada banyak pelajaran berharga yang seharusnya tidak membuat kita menjadi sombong ketika berada di puncak. Sebab semakin tinggi kaki kita berpijak, harusnya semakin rendah hati kita dalam melihat dunia.

Gunung mengajarkan kita untuk tidak menjadi sombong, sebab kemegahan gunung yang tinggi, luas, dan begitu indah membuat kita sadar bahwa manusia hanyalah makhluk yang sangat kecil. Daya dan upaya kita tidak seberapa apabila dibandingkan lukisan indah Tuhan, yang bisa kita lihat dari puncak gunung.

Membaca Haru Mahameru, juga menjadi pengingat kembali bahwa dibalik keelokannya, Gunung Semeru juga menawarkan bahaya yang setimpal. Jadi, perjalanan mendaki gunung seharusnya bukan menjadi sebuah kesenangan atau keisengan belaka. Melainkan menjadi ekspedisi yang bertujuan untuk mensyukuri keagungan alam dengan segala kekayaannya, untuk terus dijaga dan dilestarikan.

Novel ini sebenarnya memiliki tujuan yang baik, tetapi dari teknis penulisan dan cara bercerita rasanya novel ini layak mendapatkan bintang 2,8/5 untuk ide ceritanya. Masih banyak beberapa kekurangan disana sini. Meski begitu, novel ini bisa menjadi bacaan ringan Grameds yang ingin membaca kisah misteri dan petualangan.

Penulis: Inka

Novel-Novel Terkait

Tertarik membaca novel lain seperti Haru Mahameru? Mungkin beberapa rekomendasi dibawah ini bisa masuk daftar beli kamu selanjutnya.

Sewu Dino

Sewu Dino ini merupakan novel yang diangkat dari thread twitter milik Simpleman. Kisahnya masih membahas seputar klenik yang terkenal yakni santet sewu dino. Menceritakan tentang kisah Sri yang dipekerjakan untuk menjaga Dela Atmojo dengan kondisinya yang tidak wajar. Gadis itu berlumuran luka nanah, dan berbau busuk. Bahkan perutnya membesar seperti orang hamil.

Kata Mbah Tamin, Sri harus menjaganya sampai saatnya tiba. Tepat dalam 1000 hari, gadis itu akan diambil, sebagai orang terakhir di keluarga besar Atmojo yang telah dulu meninggal. Mengapa begitu? Mengapa harus 1000 hari? Apa sesungguhnya yang sedang terjadi dengan keluarga Atmojo ini? baca selengkapnya dalam novel Sewu Dino.

Gong Nyai Gandrung

Kali ini novel misteri bukanlah adaptasi dari thread twitter, melainkan sebuah novel karya Sekar Ayu Asmara. Kisah ini menceritakan kehidupan Waru dan Kintan sebagai pengantin baru. keduanya memutuskan untuk mencari rumah yang pas dengan kantong mereka. Hingga suatu hari mereka melihat rumah yang di dapat dari salah satu broker kenalannya. Lokasi rumah itu di Magelang, dan saat keduanya mengunjungi rumah tua dan megah itu mereka langsung disambut ramah oleh Pak Wage dan Mbok Jum yang selalu menjaga rumah tersebut.

Rumah besar dan megah itu rupanya memang indah, tapi ada banyak ruangan misterius yang tidak tampil di foto si broker. Misalnya pendopo belakang rumah, ruang bawah tanah yang penuh koleksi buku tua berbahasa Jawa dan Belanda. Belum lagi lukisan kuda yang banyak, dan gamelan berdebu.

Awalnya memang tidak ada yang mencurigakan, namun lama-kelamaan setelah menemukan gong tua itu, Waru dan Kintan sering dihantui. Mulai dari mendengar suara kuda, bunyi gamelan hingga melihat sosok. Lalu apa yang sebenarnya terjadi di rumah itu dulu? Simak selengkapnya dalam Gong Nyai Gandrung.

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy