Secara perlahan, wanita itu berubah menjadi harimau putih yang bulunya sangat berkilau, jauh lebih bersinar dibandingkan silaunya sajadah imam surau. Adapun harimau itu sangat besar ukurannya, lebih besar dibandingkan kerbau bajak, tapi gerakannya lincah, kepala dan ekornya meliuk seperti tupai yang jinak di tangan. Hal yang tak bisa diterima akal sehat Mangkutak akhirnya terjadi. Labai Lebe dan perempuan berupa harimau putih itu berjalan menembus dinding.
Mangkutak terpilih sebagai penerus yang menerima kekuatan dari Lebai Lebe, menjadikannya bagian dari Alam Sebalik Mata dan memperpanjang usianya. Dengan warisan kemampuan ini, Mangkutak menjadi saksi berbagai peristiwa bersejarah dan dinamika sosial di tengah masyarakat Minangkabau, serta perubahan di Indonesia. Novel Inyik Balang menyajikan kisah yang memadukan legenda dan sejarah, mencakup periode dari tahun 1800-an hingga masa Orde Baru.
Sedikit narasi tentang isi novel Inyik Balang karya Andre Septiawan ini bikin penasaran ya, Grameds. Tentunya bikin kalian juga bertanya-tanya akan apa yang sebenarnya terjadi di masa itu? Apakah dunia di masa itu benar-benar misterius dan tidak terduga? Jawabannya bisa kamu dapatkan dengan membaca novel dengan ketebalan 168 halaman yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada 16 Agustus 2024. Di bawah ini adalah rangkuman yang Gramin buat untuk meyakinkan Gramed untuk mendapat buku ini. Sebelum itu, kita kenalan dulu ya dengan Andre Septiawan, penulis dari novel Inyik Balang.
Table of Contents
Profil Andre Septiawan – Penulis Novel Inyik Balang
Andre Septiawan, pria berusia 27 tahun asal Pariaman, sebuah kota kecil di bagian utara Padang, Sumatera Barat, merupakan salah satu penulis muda berbakat di Indonesia. Lahir di daerah yang menjadi pusat gempa besar pada 2009, pengalaman hidupnya turut memengaruhi sudut pandang dan gaya penulisannya. Andre adalah lulusan Sastra Inggris dari Universitas Andalas, yang menjadi fondasi akademisnya dalam mengembangkan keterampilan literer dan kemampuan berbahasa.
Keberhasilannya sebagai penulis semakin terlihat ketika ia terpilih menjadi salah satu dari 5 finalis Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), sebuah ajang sastra bergengsi di Indonesia. Hingga kini, Andre telah menerbitkan dua buku berjudul Suara Murai dan Inyik Balang, yang keduanya diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Karya-karyanya mendapat apresiasi dari berbagai kalangan karena narasinya yang mendalam dan mengangkat isu-isu kearifan lokal.
Sinopsis Novel Inyik Balang
Prolog (1998)
Menurut hitung-hitungannya, usianya sudah terlampau tua. Ibarat apel yang terlalu matang, gugur dari pohon, jatuh ke tanah, dan mulai membusuk digerogoti cacing. Namun, penampilannya tetap terlihat segar seperti ikan yang baru keluar dari lemari es. Seakan-akan dia setia mengkonsumsi kamper dan mabuk formalin secara teratur. Tanda-tanda dari malaikat maut sudah mulai tampak: rambutnya yang menipis, kulitnya yang mengendur, matanya yang pudar, serta kakinya yang melemah. Tetapi belum juga dia mendengar kicauan burung murai atau melihat pertanda kehadiran malaikat maut itu sendiri.
“Aku (tak) mau hidup seribu tahun lagi!”
Ketika banyak orang berdoa di hari ulang tahunnya untuk umur panjang dan rezeki yang berlimpah, dia justru meminta kebalikannya: memohon agar maut datang lebih cepat. Dia pernah mendengar kisah nabi dan orang suci yang hidup hampir abadi dan diberkahi. Namun sayangnya, dia hanya manusia biasa, dan baginya umur panjang adalah kesengsaraan. Memang, hidupnya tidak selama Nuh, tetapi juga tidak sesingkat usia Yahya.
Kini, hidupnya semakin terasa hampa setelah satu per satu teman sejiwanya pergi, dan orang-orang yang dia cintai hilang. Dengan begitu, tiada lagi alasan baginya untuk terus bertahan hidup lebih lama.
“Mampus kau dikoyak-koyak sepi.”
Pesawat Tempur (1958)
Siang itu, Bukittinggi yang tengah mendung gempar oleh deru suara baling-baling pesawat yang menggelegar di atas langit kota yang redup. Sudah lama suara itu hilang, terbang bersama pasukan Belanda yang kembali ke Eropa, membawa rasa kalah setelah kegagalan agresi militer mereka yang kedua. Namun, hari itu, suara pesawat kembali seperti hujan deras di tengah panas matahari. Bagi mereka yang sudah lelah oleh berbagai tipu muslihat dan propaganda penjajahan, kehadiran pesawat itu menghidupkan kembali badai kecemasan yang perlahan coba mereka singkirkan dari ingatan penuh kenangan berdarah. Namun, bagi anak-anak yang lahir setelah proklamasi kemerdekaan, kisah-kisah perang masa lalu hanyalah dongeng sebelum tidur.
Itulah sebabnya, kehadiran pesawat itu menjadi hiburan langka bagi mereka. Begitu pula bagi Mangkutak. Di tengah keseriusan mengajar, ia mendapati murid-muridnya tiba-tiba lari meninggalkan kelas untuk menyaksikan pemandangan langit kota yang meriah. Hari itu, hampir setiap kepala di Bukittinggi mendongak. Jalanan penuh oleh orang-orang yang dibalut keheranan, dengan pertanyaan yang butuh jawaban. Apa arti dari semua ini?
Dua pesawat terbang rendah dan berputar-putar di sekitar radio pemancar tak jauh dari sekolah tempat Mangkutak mengajar. Melihat itu, murid-murid semakin gembira seperti anak-anak bebek yang dilepas dari kandang. Mereka berlarian, tak peduli pada matahari yang menyengat ubun-ubun mereka. Di jalanan itu, mereka bertepuk tangan dan bersorak gembira meneriakkan semboyan lama, “Merdeka atau Mati!” meskipun mungkin mereka tak sepenuhnya paham maknanya. Mereka terus berlarian di bawah bayang-bayang pesawat yang diterangi sinar matahari.
Tiba-tiba, di tengah riuh tepuk tangan anak-anak, sebuah bom dijatuhkan, menghancurkan radio pemancar. Ledakan menggelegar diikuti oleh asap hitam tebal yang membumbung tinggi ke arah matahari. Orang-orang yang menyaksikan langsung kacau, berlari ke sana kemari tanpa arah. Mangkutak yang turut menyaksikan kejadian itu tahu ada yang tidak beres. Dengan cemas, dia segera meninggalkan kelas, berjalan cepat menuju sepeda tuanya yang terparkir di halaman sekolah. Ia mengayuh sepedanya yang sudah payah itu dengan tergesa-gesa, seolah dikejar hantu, hampir tanpa kendali.
Kelebihn dan Kekurangan Novel Inyik Balang
Kelebihan Novel Inyik Balang
Novel Inyik Balang karya Andre Septiawan ini menyajikan kisah dengan latar era 1800-an yang memuat sejarah dengan mengangkat legenda Minangkabau. Novel ini merupakan novel fiksi, tapi menyajikan sejarah yang nyata keberadaannya. Menyesuaikan dengan latar belakangnya, Andre Septiawan menuliskan novel ini dengan gaya penulisan yang klasik.
Kisah ini dituliskan dalam format dibagi menjadi beberapa bab yang tiap bagiannya terdiri dari sedikit halaman. Judul bab juga dilengkapi dengan tahun yang memperjelas waktu tiap kejadian berlangsung. Seperti sedikit narasi yang disajikan di awalan artikel dan bagian sinopsis, Grameds akan menemukan banyak hal yang membuat bertanya-tanya, penasaran, dan terpukau selama membaca novel ini.
Andre Septiawan seperti menggiring pembaca ke dalam dunia fantasi, tapi sembari mempelajari sejarah masa lalu di salah satu daerah di negeri ini. Jadi, tentunya membaca novel Inyik Balang ini memberikan sebuah pengalaman yang baru dan seru. Pembaca bisa dibuat bertanya-tanya sampai akhir akan apa yang sebenarnya terjadi? Dan terus penasaran hingga mempertanyakan, mengapa akhir ceritanya begitu?
Kekurangan Novel Inyik Balang
Novel fiksi sejarah ini menyajikan kisah yang luar biasa, tetapi masih ada kekurangan juga. Kisah ini banyak menyajikan adegan-adegan traumatis yang bisa menjadi pemicu trauma sejumlah orang, terkait dengan kekerasan, penyiksaan, pembunuhan, perang, rasisme, dan prostitusi.
Gaya bahasa klasik yang dipakai juga menyajikan pilihan kata yang tidak umum digunakan, dan tambahan bahasa daerah. Hal ini membuat pembaca cukup kesulitan dalam memahami kalimat-kalimat yang ada dalam novel ini. Pembaca bahkan memerlukan untuk mencari arti kata yang digunakan di internet atau KBBI. Hal ini cukup menghambat proses membaca dan memahami kisah Inyik Balang.
Kekurangan berikutnya yang ditemukan beberapa pembaca adalah pergantian alur maju dan mundur yang masih membingungkan. Pergantian ini tidak terlalu jelas sehingga pembaca beberapa kali kelewatan titik perubahannya dan akhirnya merasa bingung. Kemudian, kisah ini juga mengangkat unsur romansa yang dinilai lebih baik jika dieksplorasi lagi.
Penutup Novel Inyik Balang
Penulis: Gabriel
Rekomendasi Buku
The Atala
“Apakah kalian percaya dengan sejarah yang selama ini kita pelajari di sekolah? Bagaimana jika negara kita pernah menjadi salah satu pusat peradaban maju jauh di masa lalu?
Seraeris Agartha, siswi SMA Megalitha, tanpa sengaja mengungkap sejarah Nusantara yang disembunyikan oleh Elite Global dan menimbulkan konflik besar di media sosial. Beragam pro-kontra yang timbul kemudian mengantarkannya bertemu dengan Juan Kanigara, seorang siswa cerdas di SMA Megalitha angkatan tahun 2017 yang menjadi kunci terungkapnya sejarah.
Bersama rekan-rekan mereka yang tanpa sengaja terbentuk, Sera dan Juan melakukan perjalanan ke masa lalu, tepatnya 12.000 tahun lalu, untuk menyelidiki peradaban THE KINGDOM OF ATALA, sebuah peradaban maju dengan teknologi canggih.”
Saga dari Samudra
Hidup Nyai Ageng Pinatih berubah saat dia menemukan bayi kecil di tengah laut yang dengan magis menghentikan kapal dagangnya. Bayi ini ia beri nama Jaka Samudra. Kelak, bocah ini tak cuma mengubah hidup ibu angkatnya, lebih dari itu, juga dunia yang disentuhnya. Sementara, Jaka Samudra sendiri selalu mempertanyakan tentang asal-usulnya. Lewat novel Saga dari Samudra, Ratih Kumala akan mengajak Kisanak mengunjungi tanah Jawa pada abad ke-15. Saat hidup lebih sederhana, rasa takut lebih nyata, keberanian punya harga, dan Sang Pencipta punya banyak rencana.
Tan Peng Nio
Krisis ekonomi dan hoaks pada tahun 1740 telah menyulut suatu peristiwa berdarah yang disebut sebagai Geger Pecinan. Lebih dari 10 ribu warga keturunan Cina di Batavia dibantai Belanda dan lebih dari 500 ribu rumah mereka dijarah dan dibakar. Mereka yang selamat lalu lari ke Jawa Tengah. Pelarian warga Cina Batavia yang terbentuk dalam pasukan milisi ini kemudian bergabung dengan pasukan Keraton Mataram lalu menyerang balik Belanda dan menduduki sejumlah daerah di Jawa Tengah.
Di tengah kecamuk itu muncul prajurit perempuan yang berpakaian sebagaimana layaknya prajurit pria bernama Tan Peng Nio, putri Jenderal Tan Wan Swee yang memberontak terhadap Kaisar Qianlong dan kemudian melarikan diri ke tanah Jawa. Bukan tanpa alasan Tan Peng Nio mengenakan pakaian pria, hal itu ia lakukan demi menghindari pengejaran pasukan Kaisar Qianlong yang dibantu pasukan Belanda untuk bisa menangkapnya hidup-hidup dan membawanya kembali ke Tiongkok lalu menghadapkannya pada Kaisar Qianlong.
Sumber:
- https://books.google.co.id/books?id=CSkdEQAAQBAJ&pg=PA1&source=kp_read_button&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&gboemv=1&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
- https://siapabilang.com/penulis-andre-septiawan/info
- https://www.goodreads.com/id/book/show/218633553-inyik-balang
- 1984
- 23:59 : Sebuah Novel
- Alucard
- Adat, Kelas, dan Indigenitas
- Apa yang Harus Dilakukan Ketika Doa Anda Tampak Tak Dijawab
- Apa yang Mengendalikan Kehidupanmu?
- Approximating The Distance Between Two People
- Babel: Pertumpahan Darah Sejarah Gelap Revolusi
- Bandung Menjelang Pagi
- Buddha 3: Dewadatta
- Creepy Case Club 6: Kasus Hantu Panggung
- Dulu, Kini, dan Nanti
- Festival Hujan
- Flawed
- Gabriel and Zoe
- Gentayangan
- Going Offline: Menemukan Jati Diri di Dunia Penuh Distraksi
- Hukum Perseroan Terbatas
- Impressed
- Inyik Balang
- Janji Untuk Ayah
- Kalung Setengah Hati
- Kendalikan Uangmu: Yuk, Jadi Financial Planner untuk Diri Sendiri!
- Literature for Teens: The Second Fall
- Leadership Mastery
- Make Time: Cara Fokus pada Hal-Hal Penting Setiap Hari
- Mata di Tanah Melus
- Me and Mr. Old
- Merebah Riuh
- Misadventures Season
- Misteri Perpustakaan yang Hilang
- Momo
- My Big Book of Adventures
- Nak, Kamu Gapapa, Kan?
- Perempuan-Perempuan Kelu
- Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa
- Rampok Memori dan Bintang Sambit (We Could be Heroes)
- Relung Rasa Raisa
- Rembulan Cerminan Hatiku (Moon Represents My Heart)
- Rewrite the Stars
- Sang Penyelaras Nada
- Sempurna (Perfect)
- Seni Memenangkan Apa Pun ala Sun Tzu
- Teach Like Finland
- The Boy, the Mole, the Fox and the Horse
- The Night Country
- The Punk
- The Star Diaries
- The Way of Peace
- This is Amiko
- We Free the Stars: Melepas Bintang