Kisah ini tentang aku dan kamu yang mungkin, atau tak akan pernah menjadi kita. Entah apa yang harus dilakukan, berjuang atau berpasrah saja pada semesta yang belum tentu juga mendukung kita berdua. Terkadang, beberapa hal memang harus diikhlaskan saja. Terkadang, kita harus melepas apa yang ingin sebenarnya ingin kita pertahankan.
Namun, bentala tak selalu berpusat pada satu titik dalam cerita dan cinta. Lagi dan lagi, aku dan kamu akan bertemu di satu garis yang sama, garis yang tidak akan, atau mungkin saja akan melekatkan kita. Apa mungkin aku dan kamu pantas menjadi satu? Menyatu seperti Juandara, sambungan namamu dan namaku?
Bagi para pengguna Wattpad, mungkin sudah tidak asing dengan judul novel Juandara. Novel Juandara ditulis oleh seorang gadis bernama Cut Putri Khairani. Cut Putri Khairani memulai karir kepenulisannya melalui platform Wattpad. Kisah Juandara ini juga pada awalnya dipublikasi oleh Cut Putri Khairani sendiri, di akun Wattpad pribadinya yang bernama @cutputrikh.
Kisah Juandara ini ternyata berhasil membukakan gerbang bagi Cut Putri Khairani untuk melebarkan sayapnya di dunia kepenulisan. Kisah Juandara ini berhasil menarik hati sejumlah besar orang dan menjadi salah satu kisah yang sangat populer di Wattpad. Per bulan Juni 2022, kisah Juandara ini telah dibaca sebanyak 9,3 juta kali di platform Wattpad.
Maka dari itu, tak heran jika pihak penerbit kemudian juga tertarik untuk menerbitkan kisah Juandara ini menjadi sebuah novel. Novel Juandara kemudian berhasil diterbitkan pada bulan Januari 2021 oleh penerbit Cloudbooks Publishing. Novel Juandara ini juga berhasil sukses setelah diterbitkan dengan menjadi salah satu novel yang bisa anda temukan pada jajaran buku best seller di toko buku.
Novel Juandara mengisahkan tentang seorang gadis bernama Andara Xaviera. Dara ini menjadi penasaran dengan seseorang yang bernama Juan M. Elkana, karena ia terlalu banyak mendengar kabar miring mengenai cowok itu. Kata orang, Juan itu seorabg pembunuh bayaran. Kata orang, Juan itu monster yang tidak memiliki perasaan.
Kata orang, segala hal yang terkait dengan Juan itu membahayakan. Bahkan, hal itu telah menjadi sebuah stigma. Stigma yang mana masyarakat sekolah selalu menganggap bahwa Juan adalah sosok yang berbahaya. Maka dari itu, kebanyakan orang akan berusaha untuk tidak berhubungan dengan yang namanya Juan.
Namun, berbeda dengan Dara. Dara malah penasaran untuk membuktikan sendiri bahwa yang kata orang itu belum tentu merupakan fakta. Rasa penasaran yang kecil itu berhasil membuat Dara mengenal Juan lebih dalam. Penasaran kecil itu pada akhirnya sukses menjebak Dara semakin dekat ke dalam jurang perasaan. Pada akhirnya Dara mengerti bahwa ternyata, mencintai Juan memang benar berbahaya.
Table of Contents
Sinopsis Novel Juandara
Andara Xaviera, gadis yang rambutnya diikat tinggi itu terlihat pucat dan menghembuskan napasnya dengan cepat, seperti menandakan dia letih. Sudah dua puluh menit dia duduk diam bersandar di dekat tembok untuk beristirahat sesuai dengan perkataan pelatih karatenya. Ia lalu mengambil ponselnya, membuka sebuah aplikasi kamera untuk berkaca. Ia ingin melihat seberapa pucat wajahnya.
Ia lalu membatin, jika ketahuan oleh papanya, pasti akan ribet urusannya. Dara kemudian mengambil tasnya dan menjadi sesuatu di dalam tas, lipstik. Namun, ternyata dia lupa membawa lipstik. Kalo begini, bagaimana caranya menutupi bibir pucatnya?
Tiba-tiba seorang cowok yang juga ikut karate dengannya memanggil Dara dan langsung menyandar di sampingnya Dara. Gerakannya seperti menyergap, maka itu Dara sempat tersentak seketika. Cewek itu menggerling malas, karena temannya itu memanggilnya dengan sebutan “Mie Burung Dara”. Cowok itu hanya tertawa garing tanpa menghiraukan perkataan Dara.
Memang sudah seperti rutinitas baginya untuk mengganggu Dara. Biasalah, Daniel dan Dara memang sudah berteman dekat sejak mereka masih SMP. Maka dari itu mereka kelihatan sangat akrab. Bahkan, kerap kali teman-temannya yang baru mengenal mereka banyak yang mengira mereka pacaran, padahal mereka hanya sekedar teman.
Dara masih mencoba berbagai cara untuk membuat bibirnya tidak pucat. Ia bahkan mencoba untuk mencubit-cubit bibirnya terus. Daniel yang melihat itu sontak memperingatkan Dara jika bibirnya bisa koyak, lalu malah meledeknya nanti bisa jadi kembaran Venom. Dara kemudian menjelaskan bahwa bibirnya pucat dan dia lupa bawa lipstik.
Daniel juga mengetahui tentang reaksi papa Dara jika mengetahui putrinya sakit. Daniel kemudian menawarkan diri untuk membantu membuat bibir Dara tidak pucat. Daniel langsung memonyongkan bibirnya, yang tentu saja langsung mendapat sambutan hangat dari tangan Dara yang menoyor jidat Daniel. Daniel perlu bersyukur, karena hari ini Dara sedang tidak enak badan.
Jika saja Dara sedang sehat, mungkin mereka sudah bergelut sejak tadi. Dara memang sedang merasa lemas, meski tangannya benar-benar gatal ingin melempar Daniel ke kolam yang banyak ikan piranha sekarang juga.
Dara kemudian menanyakan perihal video YouTube-nya kepada Daniel. Daniel menjawab bahwa video Dara sedang diproses. Daniel kemudian juga menebak bahwa Dara pasti telat makan lagi, makanya dia bisa tidak enak badan. Dara hanya bisa terkekeh, karena apa yang dikatakan Daniel itu benar. Dara juga sulit untuk berbohong ke cowok itu.
Dara kemudian pamit kepada Daniel, karena ia ingin pulang duluan untuk istirahat. Tak lupa, Dara juga mengingatkan Daniel untuk segera mengirimkan video Dara, karena ia ingin segera mengunggahnya ke YouTube. Daniel sontak mengiyakan dan balik mengingatkan Dara untuk tak lupa mengirimkan gaji untuknya. Dara hanya tertawa singkat, lalu bangkit dan pamit kepada pelatihnya untuk pulang lebih dahulu.
Andara kemudian berjalan di tepi trotoar sambil menelpon Amira, sang mama. Ia meminta sang mama memberitahukan papanya untuk menjemput Dara. Sehabis dari tempat latihan karate, Dara berniat untuk berkunjung ke mini market sebentar. Sebab, ia ingin membeli sesuatu. Maka itu, sambil menunggu dijemput, langkahnya kemudian berbelok ke arah minimarket dua puluh empat jam yang ada di daerah tempat latihannya.
Cewek itu mendorong pintu mini market, sambil bersinggungan dengan seorang lelaki yang berjalan keluar. Seusai menutup telpon dengan sang mama, Dara langsung mencari barang yang ia butuhkan. Tak lama-lama, ia segera membayarnya ke kasir, karena ia hanya ingin membeli sebuah lip balm berwarna dan sebotol air mineral saja. Setelah itu, ia langsung keluar untuk menunggu papanya di depan mini market.
Dara kemudian mengambil ponsel dan membuka kamera untuk berkaca sebelum memoleskan bibirnya dengan lip balm yang baru saja ia beli. Bukannya lebay atau terlalu berlebihan. Masalahnya, Dara mengetahui betul apa yang akan terjadi jika papanya sampai tau alasannya sampai bisa tidak enak badan. Dara sangat tidak ingin dipisahkan dengan kegemarannya untuk membuat video vlog.
Bukan apa-apa, selama ini Dara membuat video secara diam-diam, masa ia harus ketahuan hanya karena masalah ini saja? Dara masih menunggu papanya untuk menjemput, sampai tiba-tiba ada om-om yang mengajaknya bicara. Om-om itu kelihatan genit, dan ia masih memandangi Dara. Dara tentunya merasa risih dilihat seperti itu.
Namun, sang mama selalu mengajarkan bahwa kita tak boleh bersikap tidak sopan terhadap orang yang lebih tua. Jadi, Dara tetap memberikan respon yang seadanya saja. Om-om itu masih saja mengajaknya bicara. Dara hanya membalas dengan senyum kikuk. Mungkin tidak bisa dibilang senyum juga, tetapi setidaknya ia masih sopan dengan merespon.
Dara kemudian menyibukan diri dengan memainkan ponsnua. Lalu, ia memasang handsfree dan pura-pura memasang lagu untuk menghindari percakapan dengan om-om itu. Ia berharap om-om itu cukup peka untuk tidak mengajaknya bicara lagi. Pada awalnya, Dara pikir om-om itu sudah tak mengajaknya ngobrol lagi.
Namun, tiba-tiba ia merasakan ada yang menggerayapi di bagian belakang tubuhnya. Hal ini lantas membuat Dara refleks menoleh ke belakang. Ternyata, tangan om-om itu sedang meraba-raba bagian belakang tubuhnya! Dengan kemampuan karate yang ia miliki, Dara langsung memelintir tangan om-om itu.
Ia langsung memarahi om-om yang kurang ajar itu. Ia melupakan petuah mamanya yang mengharuskan Dara untuk bersikap sopan. Sebab, lelaki tua itu saja malah bertindak tidak sopan kepadanya. Lelaki tua itu malah menyeringai. Dara mengumpati kondisi tubuhnya yang sedang tidak sehat, sehingga mudah saja dihempas sosok tua itu hingga ia terjatuh.
Tiba-tiba saja, om-om itu terhuyung jatuh akibat seorang cowok menendang punggungnya dengan kasar. Cowok itu kemudian merangkak naik ke atas tubuh lelaki itu dan mencengkram kerahnya. Ia kemudian berkata bahwa lagi-lagi ia menemukan lelaki tua itu masih mengganggu wanita. Om-om itu terlihat mulai takut dan langsung mendorong cowok itu, kemudian berlari pergi.
Cowok yang terlihat seumuran dengan Dara itu kemudian berjalan menghampiri Dara dan membantu cewek itu berdiri. Dara kemudian mengucapkan terima kasih kepada cowok itu sambil menepuk-nepuk seragam putihnya yang agak kotor akibat terjatuh. Cowok itu kemudian bercerita bahwa ia sudah bertemu dengan cowok itu beberapa kali, dan ia memang selalu berbuat cabul. Lalu, ia memperingatkan bahwa lelaki tua itu mungkin akan segera kembali lagi ke sana, dan kali ini akan membawa teman-temannya.
Maka dari itu, cowok itu menyarankan Dara untuk kabur bersamanya. Dara tentu menolak, karena ia sedang menunggu untuk dijemput. Namun, setelah melihat gerombolan orang di ujung jalan, Dara kembali memikirkan perkataan cowok itu. Cowok itu kemudian menjulurkan tangannya dan menyuruh Dara untuk percaya padanya.
Dara bingung sendiri, bagaimana bisa percaya, kan Dara aja belum kenal dengan cowok itu. Namun, Dara juga tidak ingin mati konyol atau entah apa yang akan terjadi sekarang ini. Dara masih harus menambah jumlah subscriber-nya. Jadi, Dara memilih untuk ikut kabur dengan cowok itu saja.
Kelebihan Novel Juandara
Cut Putri Khairani menuliskan kisah ini dengan bahasa sehari-hari ala remaja yang mudah untuk dipahami. Gaya bercerita Cut Putri juga sangat mengalir. Ide cerita Juandara ini juga dinilai menarik, karena di dalamnya mengangkat isu yang cukup sensitif, tetapi penting untuk diangkat.
Novel Juandara ini menyajikan isu pelecehan kepada wanita, juga isu mengenai stigma yang beredar di masyarakat. Atas isu-isu yang diangkat dalam novel ini, kisah Juandara ini tentunya memiliki sejumlah pembelajaran berharga yang bisa didapatkan para pembaca.
Secara keseluruhan, kisah Juandara ini bukan hanya kisah cinta romantis biasa. Kisah Juandara ini sungguh menarik dari segi karakterisasi tokohnya, premis cerita, dan cara Cut Putri mengemasnya. Novel Juandara ini sangat cocok untuk kamu yang mencari novel romantis yang sarat akan makna.
Kekurangan Novel Juandara
Dalam novel Juandara ini mengandung sejumlah kata kasar. Maka dari itu, novel Juandara ini disarankan untuk dibaca oleh anda yang berusia di atas 17 tahun. Selain itu, pembaca diharapkan untuk bersikap bijaksana dalam memahami kisah ini dan tidak mencontoh hal yang tidak baik.
Pesan Moral Novel Juandara
Apa yang dikatakan orang lain belum tentu adalah sebuah fakta. Tidak peduli berapa banyak orang yang mengatakan hal itu. Terkadang, niat seseorang memang tidak bisa terpancar dari kelakuannya. Maka dari itu, kita tidak bisa menghakimi dan melabeli orang lain.
Di segala situasi, segala waktu, dan segala tempat, kita hendaknya selalu berhati-hati. Sebab, kita tidak pernah mengetahui niat orang lain. Bisa jadi, seseorang memang berniat buruk. Terutama bagi wanita, hindari bepergian sendiri di malam hari. Dari kisah ini kita dapat belajar, jika sedang menunggu jemputan, sebaiknya menunggu di tempat yang ramai. Sebagai contoh dari kisah Dara, lebih baik menunggu di dalam mini market saja.
Nah, itu dia Grameds ulasan dari novel Juandara. Menarik sekali bukan? Yuk langsung pesan saja novel Juandara karya Cut Putri Khairani ini hanya di Gramedia.com.
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Bahasa Inggris
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Rekomendasi Buku Hukum Pidana
- Rekomendasi Buku Tentang Manajemen
- Rekomendasi Buku Tentang Mental Health
- Rekomendasi Buku Tentang Wanita
- Rekomendasi Buku Tentang Zakat
- Rekomendasi Buku Karya Buya Hamka
- Review Novel Parable
- Review Novel Pacarku Presiden Mahasiswa
- Review Novel Juandara
- Review Girls in The Dark Akiyoshi Rikako
- Review Novel Laut Tengah
- Resensi Buku Berdamai Dengan Takdir
- Review Novel Izana
- Review Novel Kata by Rintik Sendu
- Review Novel Darka
- Review Novel Janshen
- Review Novel Alone
- Review Novel Harga Diri Sang Pengacara Tampan
- Review Novel Silent Demon
- Review Komik Frieren
- Review Komik Tintin
- Review Novel Unwanted Bond
- Review Novel Bara
- Review Novel Seperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi
- Review Novel The Name of The Game
- Review Novel Dear J
- Review Buku Grey dan Jingga The Twilight
- Review Novel The Grumpy
- Sinopsis Novel Pembunuhan di Kingfisher
- Review Buku Anne of Green Gables
- Review Buku Tiga dalam Kayu
- Review Buku Cinta yang Tak Biasa
- Review Novel Segi Tiga
- Review Novel The Woman in the Window
- Review Novel Starstuck Syndrome
- Review Novel Rindu yang Baik untuk Kisah yang Pelik
- Review Novel Janur Ireng
- Review Novel Journal Of Terror
- Review Novel Keeping Up With The Kims
- Review Novel Modus
- Review Buku EXO Salah Gaul