Review Novel Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982 adalah novel sensasional yang berasal dari Korea Selatan. Novel ini ramai dibicarakan di seluruh dunia, karena menyajikan kisah kehidupan seorang wanita muda yang terlahir di akhir abad ke-20 ini membangkitkan pertanyaan-pertanyaan tentang praktik misoginis dan penindasan institusional yang relevan bagi banyak orang. Kim Ji-yeong, Lahir Tahun 1982 adalah novel ketiga karya Cho Nam-Joo. Novel ini memiliki dampak besar pada ketidaksetaraan gender dan diskriminasi yang terjadi di masyarakat Korea.
Novel ini telah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Versi terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada November 2019. Novel Kim Ji-yeong, Lahir Tahun 1982 ini merupakan novel singkat yang hanya memiliki total 192 halaman saja.
Ini adalah kisah tentang Kim Ji-yeong. Dia adalah anak perempuan yang berasal dari keluarga yang mengharapkan anak laki-laki. Dia kerap kali menjadi bulan-bulanan para guru pria di sekolahnya. Ia juga sering disalahkan ayahnya saat ia diganggu anak laki-laki dalam perjalanan pulang dari sekolah di malam hari.
Ketika masih menjadi mahasiswi, Kim Ji-yeong tak pernah direkomendasikan dosen untuk bekerja magang di perusahaan ternama. Meskipun ia adalah karyawan teladan, Kim Ji-yeong tidak pernah mendapatkan promosi. Sebagai seorang istri dan ibu, ia harus melepaskan karier dan kebebasannya demi mengasuh anak.
Kim Ji-yeong mulai bertingkah laku berbeda, ia menjadi aneh. Kim Ji-yeong mulai mengalami depresi. Kim Ji-yeong juga sosok manusia yang mempunyai jati dirinya sendiri. Namun, Kim Ji-yeong juga merupakan bagian dari seluruh perempuan di dunia. Simak selengakpnya Review Novel Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 dibawah ini!
Table of Contents
Profil Cho Nam-Joo – Penulis Novel Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982
Cho Nam-joo adalah mantan penulis naskah televisi. Ia adalah wanita asal Korea Selatan, kelahiran tahun 1978. Cho Nam-Joo menempuh pendidikan di Ewha Womans University (2001). Karirnya sebagai penulis telah diakui dalam kancah internasional. Hal ini dibuktikan dengan dirinya yang berhasil meraih Hwangsanbeol Award untuk Young Adult Literature.
Sinopsis dan Review Novel Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982
Pros & Cons |
Pros | Cons |
|
|
Kim Ji-yeong berusia 34 tahun. la sudah menikah selama tiga tahun dan melahirkan seorang anak perempuan tahun lalu. la tinggal di apartemen seluas 80 meter persegi yang mewah, yang berlokasi di pinggiran Seoul. Ia tinggal di sana bersama Jeong Dae-hyeon, suaminya, dan Jeong Ji-won, putrinya. Jeong Dae-hyeon bekerja di perusahaan IT.
Sedangkan, Kim Ji-yeong dulu bekerja di agensi humas kecil sebelum putrinya lahir. Jeong Dae-hyeon kerap kali bekerja sampai tengah malam dan juga bekerja sampai akhir pekan. Oleh karena mertuanya tinggal di Busan, juga karena orang tuanya sendiri memiliki bisnis restoran, Kim Ji-yeong harus mengurus anaknya yang masih bayi itu seorang diri.
Sejak musim panas lalu, saat usia putrinya sudah satu tahun, ia mulai menitipkan putrinya itu ke tempat penitipan anak yang ada di lantai dasar kompleks apartemen mereka. Keanehan yang dialami Kim Ji-yeong pertama kali disadari pada tanggal 8 September. Jeong Dae-hyeon mengingat tanggal itu, karena itu adalah awal musim gugur.
Saat itu, ia sedang sarapan roti panggang dan susu ketika Kim Ji-yeong mendadak pergi ke beranda dan membuka jendela. Matahari bersinar cerah, tetapi saat jendela dibuka, udara dingin berembus masuk hingga ke ruang makan. Kim Ji-yeong menggigil dan kembali ke meja makan.
Kim Ji-yeong mengatakan tentang cuaca saat itu bagaikan orang tua. Ia juga menyuruh suaminya itu untuk selalu membawa jaket. Gaya bicaranya seperti orang tua, dan tidak seperti Kim Ji-yeong yang biasanya.
Jeong Dae-hyeon berpikir bahwa istrinya itu mungkin kelelahan akibat mengurus bayi. Sebab, ia beberapa kali menemukan istrinya melamun dan meneteskan air mata saat ia mendengarkan musik. Namun, biasanya istrinya itu adalah wanita yang periang, sering tertawa, dan suka mengulangi lelucon yang didengarnya di televisi untuk membuat Jeong Dae-hyeon tertawa.
Jadi, Jeong Dae-hyeon tak terlalu memikirkan hal itu. Ia kemudian memeluk istrinya dan pergi bekerja. Malam itu, Jeong Dae-hyeon pulang dan mendapati Kim Ji-yeong tidur di samping putri mereka sambil mengisap ibu jari.
Sontak, Jeong Dae-hyeon menatap istrinya dengan perasaan heran dan geli. Ia kemudian menarik tangan istrinya untuk mengeluarkan ibu jarinya dari mulut. Kim Ji-yeong mengecap-ngecapkan lidahnya bagaikan anak kecil, dan tetap tertidur pulas. Beberapa hari selanjutnya, Kim Ji-yeong mengatakan bahwa dirinya adalah Cha Seung-yeon, teman satu klubnya di universitas yang telah meninggal tahun lalu.
Cha Seung-yeon adalah teman seangkatan Jeong Dae-hyeon, yang berarti ia lebih tua tiga tahun daripada Kim Ji-yeong. Dahulu Jeong Dae-hyeon dan Kim Ji-yeong berkuliah di universitas yang sama. Mereka juga sama-sama tergabung dalam klub hiking. Namun, selama masa kuliah, mereka tidak pernah bertemu sama sekali.
Jeong Dae-hyeon terpaksa membatalkan rencananya untuk kuliah S2 akibat kondisi keluarga. La juga baru mengikuti wajib militer setelah ia berhasil menyelesaikan tahun ketiganya di universitas. Setelah selesai wajib militer, ia cuti kuliah selama satu tahun untuk pulang ke Busan dan bekerja paruh waktu. Pada saat itulah Kim Ji-yeong mulai kuliah dan bergabung dalam klub hiking.
Cha Seung-yeon adalah senior yang bergaul baik dengan para anggota junior. la kemudian bersahabat dengan Kim Ji-yeong, karena mereka sama-sama tidak suka hiking. Setelah Cha Seung-yeon lulus kuliah, mereka berdua masih sering berhubungan. Kemudian, di resepsi pernikahan Cha Seung-yeon, Jeong Dae-hyeon dan Kim Ji-yeong bertemu untuk pertama kalinya.
Cha Seung-yeon meninggal dunia, karena emboli air ketuban saat melahirkan anak keduanya. Oleh karena kenyataan itu, ditambah dengan depresi pasca melahirkan yang dialaminya, Kim Ji-yeong merasa kesulitan untuk menghadapi hidup. Pada saat itu, Kim Ji-yeong dan Jeong Dae-hyeon sedang santai dan minum bir setelah menidurkan Ji-won.
Kim Ji-yeong sudah hampir menenggak habis birnya saat ia menepuk bahu suaminya, lalu berkata, “Dae-hyeon, Ji-yeong sedang sedih akhir-akhir ini. Dia memang sudah membaik secara fisik, tetapi pikirannya selalu resah. Sering-seringlah kau hibur dan ucapkan terima kasih kepadanya”. Jeong Dae-hyeon pun mengapresiasi istrinya sambil mencubit pelan pipinya.
Kim Ji-yeong kemudian memukul tangan Jeong Dae-hyeon dan berbicara dengan wajah serius, “Kau pikir aku masih Cha Seung yang berusia 20 tahun, yang tergagap-gagap menyatakan perasaan kepadamu?”. Jeong Dae-hyeon langsung membeku. Kejadian itu telah terjadi 20 tahun yang lalu. Saat itu, pada siang hari di musim panas, matahari sangat terik, dan mereka berdiri di tengah lapangan olahraga terbuka yang tak memiliki tempat berteduh.
Jeong Dae-hyeon tak ingat alasan ia bisa berada di sana, tetapi secara kebetulan ia bertemu dengan Cha Seung-yeon. Kemudian, Cha Seung-yeon mendadak menyatakan perasaannya. Dengan bibir gemetar, suara tergagap, dan wajah berkeringat, ia mengatakan bahwa ia menyukai Jeong Dae-hyeon. Namun, saat ia melihat ekspresi Jeong Dae-hyeon yang kebingungan, Cha Seung-yeon langsung menyerah.
Kim Ji-yeong pun langsung meletakkan kaleng birnya yang telah kosong di meja, dan menuju ke kamar tanpa menyikat gigi lebih dulu, lalu berbaring di samping putrinya. la langsung tidur pulas. Jeong Dae-hyeon mengeluarkan sekaleng bir lagi dari kulkas dan langsung menenggaknya sampai habis. Apakah istrinya tadi hanya bercanda? Mabuk? Atau apakah ini seperti kasus kerasukan yang sering ditayangkan di TV?
Keesokan paginya, Kim Ji-yeong bangun sambil memijat-mijat pelipis, dan sama sekali tak ingat apa yang terjadi semalam. Jeong Dae-hyeon lega, karena itu berarti istrinya hanya mabuk. Namun, ia juga resah memikirkan bagaimana istrinya dapat mengatakan apa yang dikatakannya kemarin.
la juga heran, bagaimana istrinya itu dapat mabuk seperti itu sampai kehilangan kesadaran. Sebab, Kim Ji-yeong hanya minum satu kaleng bir. Sejak saat itu, keanehan demi keanehan mulai terjadi. Kim Ji-yeong yang tadinya tak pernah menggunakan emotikon dalam SMS-nya, sekarang seluruh SMS-nya sarat emotikon.
Ia juga memasak japchae dan sup tulang sapi, padahal sebelumnya, ia tak suka dan tidak bisa memasak kedua makanan itu. Jeong Dae-hyeon kerap kali merasa istrinya bagaikan orang lain. Istrinya sekarang kini tidak seperti Kim Ji-yeong yang ia kenal selama lima tahun terakhir, yang ia kenal baik, sering berbincang dengannya, sering membelainya dengan lembut, dan yang telah melahirkan anak perempuan yang mirip mereka berdua.
Kelebihan Novel Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982
Novel Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982 yang sangat sensasional dalam kancah internasional ini tentunya memiliki banyak kelebihan. Kelebihan yang pertama, dari premis kisah ini sendiri yang sangat menarik. Novel ini menyajikan kisah tentang perempuan yang mengalami tekanan akibat sebuah sistem atau stigma yang ada dalam masyarakat. Ini adalah sebuah novel yang sangat singkat, tetapi memberikan kesan yang penuh dan memiliki makna yang mendalam.
Novel Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982 dapat menyadarkan para pembacanya, baik itu yang merasa relevan atau tidak relevan. Seperti, mungkin para wanita yang membaca novel ini dapat tersadar bahwa “sistem” yang berjalan, yang selama ini dianggap sebagai sebuah hal yang normal, ternyata harusnya tidak seperti itu. Begitu juga, untuk para lelaki, novel ini dapat membuka pengetahuan bahwa ternyata para perempuan merasa keberatan dengan sistem tersebut. Melalui novel ini, pembaca dapat sama-sama belajar tentang sistem patriarki yang sejatinya masih terlaksana secara tidak disadari.
Gaya penulisan Cho Nam-Joo mampu membuat pembaca merasa terlibat dalam kisah ini. Cho Nam-Joo mampu membuat pembaca ikut menerka-nerka apa yang terjadi dengan Kim Ji-yeong, mencari tahu bersama suaminya, dan ikut merasa bingung, marah, sedih, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, kisah ini memang berlatar di Korea Selatan, tetapi dirasa sangat relevan dengan dunia universal. Sebab, di negara mana pun, perempuan sepertinya mendapatkan dan memiliki perlakuan yang sedikit atau banyak sama dengan apa yang dikisahkan dalam buku ini.
Kekurangan Novel Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982
Kekurangan novel Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982 ini terletak pada beberapa bagian yang dirasa terlalu didramatisasi atau berlebihan. Sebab, terdapat beberapa bagian poin negatif yang dituliskan berulang-ulang. Hal ini menimbulkan kesan seperti memaksakan konsep tersebut ke benak pembaca. Kemudian, terjemahan Bahasa Indonesia novel Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982 ini dinilai terlalu kaku.
Pesan Moral Novel Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982
Dari novel Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982 kita dapat mengetahui bahwa sesungguhnya sistem patriarki masih ada hingga saat ini. Sistem tersebut bisa jadi tidak disengaja dan tidak disadari. Namun, dengan menyadari tentang sistem ini, kita hendaknya dapat sama-sama berusaha menciptakan situasi yang nyaman.
Bagi para lelaki, jangan menganggap bahwa perempuan lebih lemah, derajatnya lebih rendah, atau hal-hal semacam itu. Sebab, semua orang memiliki hak dan kedudukan yang setara. Begitu juga, bagi para perempuan yang menyadari sistem tersebut sudah mengganggu, hendaknya dapat berani menyatakan bahwa hal tersebut adalah hal yang salah.
Nah, itu dia Grameds ulasan review novel Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 karya Cho Nam-Joo. Bagi kalian yang penasaran akan apa sebenarnya yang terjadi dengan Kim Ji-Yeong, kalian bisa langsung menemukan jawabannya dengan mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!
Rating: 4.18
- Review Novel My Youth
- Review Novel Membunuh Commendatore
- Review Novel Misteri Pasukan Cambyses
- Review Novel Some Kind of Summer
- Review Novel Tales of Mystery and Terror
- Review Novel Hujan Bulan Juni
- Review Novel The Woman in Cabin 10
- Review Buku Jalan Panjang untuk Pulang
- Review Novel Sewu Dino
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Misteri Buket Bunga Kematian
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Misteri Nona Bertangan Kidal
- Review Novel Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Kasus Hilangnya Sang Marquess
- Review Novel Ranjat Kembang
- Review Novel Urban Thriller: Playing Victim
- Review Novel The Dead Returns
- Review Novel And The There Were None (Lalu Semuanya Lenyap)
- Review Novel Kelab dalam Swalayan
- Review Novel Pocong Gundul
- Review Murder At Shijinso
- Review Novel Karavansara
- Review Novel A Thousand Splendid Suns
- Review Buku The Joy Of Missing Out
- Review Buku Limitless
- Review Novel Midnight Restaurant
- Review Buku Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau
- Review Novel Pembunuhan di Nihonbashi
- Review Novel Pertempuran Lain Dropadi
- Review Buku Sepotong Hati di Angkringan