Kitchen merupakan novel yang ditulis oleh Yoshimoto Banana, penulis asal Jepang. Novel Kitchen pertama kali diterbitkan pada tahun 1988 dan sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris pada tahun 1993 oleh Megan Backus. Selain ke dalam Bahasa Inggris, novel ini juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit Haru pada bulan Juni 2021.
Walaupun gaya menulis Yoshimoto Banana dinilai terpengaruh budaya Barat oleh sebagian orang, tetapi novel Kitchen masih diakui secara kritis sebagai contoh sastra Jepang kontemporer. Selain itu, banyak juga yang memberikan ulasan baik atas novel ini, seperti The Independent, The Times, dan The New Yorker. Sebagian besar edisi novel Kitchen tergabung dengan novel yang berjudul Moonlight Shadow, yang juga mengisahkan tentang tragedi yang berhubungan dengan kehilangan dan cinta.
Kisah Kitchen telah diadaptasi menjadi film sebanyak dua kali. Film pertama, yaitu sebuah film Jepang yang dirilis pada tahun 1989. Film kedua, yakni film versi yang lebih luas yang diproduksi di Hong Kong oleh Yim Ho pada tahun 1997.
Kisah Kitchen ini memang cukup populer di kancah internasional. Kualitas karya Yoshimoto Banana ini juga sudah diakui, dengan didapatkannya berbagai penghargaan, seperti 6th Kaien Newcomer Writers Prize (November 1987), 16th Izumi Kyoka Literary Prize (October 1988), dan 39th Minister of Education’s Art Encouragement Prize for New Artists (August 1988). Novel dengan total 224 halaman ini hanya mengisahkan tentang tempat yang paling disukai di dunia ini oleh tokoh utama adalah dapur.
Seluruh tokoh dalam kumpulan novel ini mengalami pergulatan batin akibat ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai. Seperti kakek, nenek, orang tua, dan juga kekasih. Mereka menghadapi keseharian mereka yang terus berjalan, kemudian mereka sadar dalam kesepian yang dialaminya bahwa dunia ini penuh dengan keseimbangan unik di tengah kehidupan dan kematian.
Table of Contents
Profil Yoshimoto Banana – Penulis Novel Kitchen
Yoshimoto Banana adalah nama pena dari Yoshimoto Mahoko. Yoshimoto Banana lahir di Tokyo pada 24 Juli 1964. Ia tumbuh dalam keluarga yang liberal. Ayahnya merupakan penyair dan kritikus yang bernama Takaaki Yoshimoto, dan saudara perempuannya yang bernama Haruno Yoiko, adalah merupakan kartunis populer di Jepang.
Yoshimoto lulus dari Nihon University College of Art dalam jurusan sastra. Ketika ia masih kuliah tersebut, Yoshimoto menggunakan nama samaran “Banana”, karena ia memang cinta kepada buah pisang. Yoshimoto juga menganggap “Banana” sebagai sebuah nama yang memberikan kesan imut dan bersifat androgini.
Yoshimoto Banana menjaga kehidupan pribadinya, terutama tentang keluarganya. Ia hanya mengungkapkan sedikit tentang suaminya yang bernama Hiroyoshi Tahata, yang merupakan praktisi rolfing bersertifikatnya. Ia juga sempat menyinggung bahwa putranya lahir pada tahun 2003. Sekitar tahun 2008 dan 2010, dia mengelola jurnal online untuk bahasa Inggris- penggemar berbicara.
Yoshimoto memulai karir menulisnya pada tahun 1987, ketika dia bekerja sebagai pelayan di restoran klub golf. Yoshimoto menyebut Stephen King, penulis Amerika sebagai salah satu sosok yang berpengaruh besar pada gaya menulisnya, dan ia juga mendapatkan inspirasi dari cerita non-horor karyanya. Seiring berjalannya karir kepenulisan Yoshimoto, dia lebih dipengaruhi oleh Isaac Bashevis Singer dan Truman Capote.
Karya debut Yoshimoto Banana yang berjudul Kitchen (1988), sudah memiliki lebih dari 60 cetakan di negara Jepang. Kisah Kitchen juga telah diadaptasi menjadi dua film, yakni film televisi Jepang, dan versi yang dirilis lebih luas berjudul Wo ai chu fang. Film kedua itu diproduksi di Hong Kong oleh Ho Yim pada tahun 1997.
Salah satu novel karya Yoshimoto yang lain, Goodbye Tsugumi (1989), menerima ulasan yang beragam, tetapi berhasil diadaptasi menjadi film tahun 1990 yang disutradarai oleh Jun Ichikawa. Karya-karya Yoshimoto Banana hingga saat ini mencapai dua belas novel dan tujuh kumpulan esai dan telah terjual lebih dari enam juta kopi di seluruh dunia. Genre karyanya beragam, mulai dari cinta dan persahabatan, kekuatan rumah dan keluarga, dan efek kehilangan pada jiwa manusia.
Pada tahun 1998, Yoshimoto Banana menulis kata pengantar untuk edisi Italia dari buku Ryuichi Sakamoto. Pada tahun 2013, Yoshimoto Banana juga menulis novel serial, Shall We Love? untuk majalah wanita Anan, dengan menggunakan penyanyi sekaligus aktor, Lee Seung-gi sebagai karakter utamanya. Novel roman itu adalah karya pertamanya yang menampilkan penyanyi Korea sebagai karakter utama.
Pada tahun 1987, Yoshimoto memenangkan Kaien Newcomer Writers Prize, untuk novel Kitchen. Pada tahun 1988, ia juga dianugerahi Penghargaan Izumi Ky?ka ke-16 untuk Sastra, untuk Moonlight Shadow. Pada tahun 1989, ia mendapatkan dua penghargaan, yakni Penghargaan Pendorong Seni ke-39 Menteri Pendidikan untuk Seniman Baru (untuk tahun fiskal 1988), untuk Kitchen dan Utakata/Sanctuary, dan Penghargaan Yamamoto Shugor ke-2, untuk Goodbye Tsugumi. Pada tahun 1995, Yoshimoto memenangkan Hadiah Murasaki Shikibu ke-5 untuk Amrita yang merupakan novel panjang pertamanya.
Kemudian, pada tahun 2000, Yoshimoto Banana menerima Hadiah Sastra Bunkamura Deux Magots ke-10, untuk Furin to Nambei, kumpulan cerita yang berlatar di Amerika Selatan. Di luar Jepang, Yoshimoto Banana juga diakui sebagai penulis berbakat. Ia telah dianugerahi hadiah di Italia, yaitu Penghargaan Sastra Scanno pada tahun 1993, Penghargaan Sastra Fendissime pada tahun 1996, Penghargaan Sastra Maschera d’Argento pada tahun 1999, dan Penghargaan Capri pada tahun 2011.
Sinopsis Novel Kitchen
Seorang wanita muda yang bernama Mikage baru kehilangan sang nenek yang tinggal bersamanya. Dia menggambarkan kesulitan menghadapi kematian anggota keluarganya dan bagaimana dapur selalu menjadi tempat yang nyaman dalam situasi itu. Mikage ditinggalkan dengan apartemen milik neneknya yang terlalu mahal untuk tinggal sendiri. Mikage kemudian diundang untuk makan malam oleh Yuichi Tanabe, seorang pria yang bekerja di toko bunga tempat biasa neneknya berkunjung dan juga pria yang telah membantu proses pemakaman neneknya.
Saat Mikage tiba di rumah Yuichi Tanabe, dia pertama kali melihat dapur. Ia melihat bagaimana dapur itu kosong dan tampak tidak biasa. Saat mereka menunggu ibu Tanabe pulang kerja, Mikage menjelajahi dapur itu. Dapur rumah Yuichi Tanabe adalah dapur tradisional dengan peralatan dapur dan peralatan usang. Yuichi Tanabe kemudian menyampaikan tentang maksudnya mengundang Mikage untuk membantunya melewati masa-masa sulit akibat kematian neneknya.
Eriko, ibu Yuichi yang baru pulang bekerja bertemu dengan Mikage. Eriko adalah seorang wanita cantik yang ternyata sejatinya adalah seorang pria. Diketahui nama aslinya adalah Yuji. Ia ternyata menikah dengan ibu Yuichi yang meninggal saat dia masih muda. Eriko diterima oleh ibu Yuichi, maka itu ia menganggap pernikahan itu sebagai tanda terima kasih.
Kemudian, Eriko meminta Mikage untuk tinggal bersama mereka. Mikage menerima tawaran tersebut, karena apartemen yang ditinggalkan neneknya terlalu mahal baginya untuk ditempati seorang diri. Harga sewa di rumah Eriko gratis, tetapi ditukar dengan nasi. Pada suatu hari, mantan kekasih Mikage, Sotaro, menelpon dan memberitahunya bahwa pacar Yuichi menamparnya, karena dia mengetahui Mikage tinggal bersamanya.
Ketiga tidur di sofa, Mikage bermimpi tentang Yuichi yang menjadi seorang putri dan berbicara tentang bagaimana dia menginginkan ramen. Di pagi hari, Yuichi juga berbicara tentang mimpi itu dan mereka menyadari bahwa mereka memiliki mimpi yang sama di dapur yang sama. Tak lama tinggal di sana, Mikage pindah dan bekerja sebagai asisten di sekolah kuliner.
Ketika pergi, Yuichi menelpon dan memberitahunya bahwa Eriko telah dibunuh di klub malamnya. Dia ditikam oleh seorang pria yang mengetahui bahwa dia adalah transgender. Selama penusukan, Eriko mampu mengalahkan pria itu dengan barbel dan mampu membunuh pertahanannya. Oleh karena itu, Mikage dan Yuichi kemudian makan bersama dan membuat camilan.
Saat mabuk, Yuichi meminta Mikage untuk pindah kembali ke rumahnya. Namun, Mikage tidak menjawabnya, karena dia tak bisa mengambil keputusan untuk mencintainya atau menjadi temannya saja. Di pagi hari, Mikage mendapat telpon, tetapi penelpon itu tidak menjawab. Lalu, ia bangun dan segera pergi bekerja. Di tempat kerja, Okuno, mantan Yuichi menyuruhnya untuk menjauh darinya.
Dalam upaya untuk memutuskan apa yang harus dilakukan, Mikage memutuskan untuk melakukan perjalanan bisnis. Namun, sebelum perjalanan ini, Chika, seorang teman lama Eriko mengundang Mikage untuk makan siang. Mereka berbicara tentang situasi antara dia dan Yuichi, dan Chika memberitahu dia bahwa Yuichi meninggalkan Tokyo untuk mengatasi perasaannya. Kemudian Chika memberikan Mikage info kontak untuk penginapan.
Mikage pun menelpon Yuichi, dan mereka berdua berbicara tentang makanannya. Ketika berada di restoran katsudon, dia menemukan bahwa makanan itu sangat lezat sehingga dia harus membawakannya untuk Yuichi. Mikage pun memberikan makanan itu kepada Yuichi, kemudian mereka berbicara tentang bagaimana dia berjuang dengan depresi. Dia juga mengatakan bagaimana mereka akan bahagia jika bersama-sama membentuk suatu hubungan.
Kelebihan Novel Kitchen
Kitchen yang merupakan karya debut Yoshimoto Banana yang sangat populer dan telah memenangkan berbagai penghargaan literatur, tentunya memiliki banyak kelebihan. Yoshimoto Banana menyajikan kisah ini dengan kalimat-kalimat yang indah. Melalui kisah ini, Yoshimoto Banana mengajak para pembacanya menghadapi pergulatan emosi saat menghadapi kehilangan, rapuh, kesedihan, dan perasaan sepi.
Narasi yang dituliskan Yoshimoto Banana sangat emosional. Ditambah lagi, ia suka memakai latar suasana pendukung gambaran emosi dan suasana hati para tokohnya. Para karakter dalam kisah ini juga mampu menyampaikan perasaannya dengan jujur dan membuat kesan sangat dekat dengan pembaca.
Para karakter ini mampu menarik simpati pembaca. Pembaca dapat melihat segala hal dari dasar. Segala konflik, dilema, dan pikiran para tokoh di kisah ini dapat dirasakan oleh pembaca. Tentunya, kisah ini juga memberikan berbagai pengajaran bagi anda yang sedang menghadapi kehilangan. Novel Kitchen ini dapat dijadikan teman ketika anda kehilangan orang terdekat.
Kekurangan Novel Kitchen
Oleh karena novel Kitchen ini pada dasarnya dituliskan dalam Bahasa Jepang, terdapat beberapa istilah yang dinilai tidak bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Pembaca masih bisa menemukan sejumlah terjemahan yang dinilai kurang tepat. Namun, hal ini tidak mengganggu proses memahami kisah ini.
Pesan Moral Novel Kitchen
Melalui kisah Kitchen ini, kita dapat belajar bahwa sejatinya seseorang tidak dapat dikalahkan oleh faktor di luar diri mereka, seperti situasi atau orang lain. Sebab, manusia memiliki kendali atas dirinya sendiri. Kekalahan yang dialami hanya dapat datang dari dalam diri sendiri, dari pikiran, dan juga keputusan anda untuk berhenti berjuang.
Di dalam hidup ini, seseorang harus pernah merasakan putus asa setidaknya satu kali saja, supaya manusia bisa menyadari hal apa atau bagian mana yang benar-benar tak dapat dibuang dari dirinya. Jika tidak pernah begitu, orang bisa terlanjur dewasa sebelum menyadari apa itu hal yang benar-benar menyenangkan. Putus asa adalah bagian dari perjalanan kehidupan yang mendewasakan.
Kematian seseorang yang dikasihi bisa meninggalkan sebuah luka besar yang tidak dapat dihadapi seorang diri. Seseorang pasti membutuhkan kehadiran orang lain untuk membantu mengobati luka tersebut, sekaligus mencegahnya untuk semakin menyebar, atau menciptakan luka baru. Hal ini dapat menjadi refleksi bagi diri sendiri, untuk tidak ragu meminta pertolongan orang lain. Selain itu, refleksi bagi kita untuk peka terhadap situasi yang dihadapi teman, saudara, atau keluarga kita.
Nah, itu dia Grameds ulasan novel Kitchen karya Yoshimoto Banana. Bagi kalian yang penasaran akan bagaimana cara menghadapi situasi kehilangan, kalian bisa segera mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com.
- Review Novel My Youth
- Review Novel The Love Hypothesis
- Review Novel Lavender
- Review Novel Real Face
- Review Novel IPA dan IPS
- Review Novel Bumi dan Lukanya
- Review Novel Supernova 1
- Review Novel Supernova 2
- Review Novel Supernova 3
- Review Novel Miss Marple's Final Cases
- Review Novel Aroma Karsa
- Review Buku Ayana, Journey to Islam
- Review Buku Home Body
- Review Novel All the Light We Cannot See
- Review Buku Matilda
- Review Novel Orang Berikut Yang Kaujumpai Di Surga
- Buku 24 Jam Bersama Gaspar
- Review Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah
- Review Novel Three Dark Crowns
- Review Novel The Old Man and the Sea
- Review Novel Midnight Sun
- Review Novel Circe
- Review Because You Love to Hate Me
- Review Novel The Kudryavka Sequence
- Review Novel Confessions
- Review Novel Kitchen
- Review Novel Burning
- Review The Chronicles of Narnia Series
- Review Novel Weathering With You
- Review Novel Rich People Problems
- Review Novel Guns, Germs dan Steel
- Review Novel Siege and Storm
- Review Novel Absolute Justice
- Review Novel Silam