in

Review Novel Laiqa: Mana Hijrah?! Karya Herania

Rating: 3.38

 

Hai Grameds! Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja ya. Buku Laiqa: Mana Hijrah?! ini merupakan karya penulis bernama Herania, yang tidak banyak mengekspos informasi pribadinya di dunia digital. Buku terbitan Elex Media Komputindo pada 9 Februari 2023 ini terdiri dari 176 halaman ini berhasil menjadi salah satu buku Laiqa yang best seller.

button cek gramedia com

Buku ini mengangkat kisah seorang wanita bernama Mana yang membuat satu kantor geger, karena ia mengenakan hijab! Mana hijrah?! Sulit dipercaya! Athfar dan Deandra tentunya terkejut karena tak pernah membayangkan Mana berpakaian menutup aurat. Mereka berdua sangat mengenal sahabatnya itu, yang sepertinya tak pernah menginjak lantai mushola kantor. Sekarang, ia berpenampilan syar’i sampai membuat mereka berdua bertanya-tanya, apa ada sesuatu yang menimpa Mana?

Padahal, Mana ternyata sudah lama menyimpan keinginannya untuk menjadi sosok yang lebih baik. Mana sangat ingin sang ayah yang sedang sakit keras segera sembuh. Maka dari itu, ia memulai perjalanan hijrahnya dengan menggunakan hijab. Namun, masalah dan cobaan bermunculan dan menimbulkan goncangan kecil. Syukurnya Mana tetap istiqomah. Akhirnya, dengan kondisi ayahnya yang semakin berubah, Mana mulai meragukan efektivitas doa-doa yang selama ini diucapkannya, dan hal ini menjadi titik balik yang mengguncang keyakinannya.

Apakah keputusan Mana untuk berhijrah ada maknanya?

Wah, menarik sekali ya gambaran novel ini, Grameds! Lebih banyak info tentang novel Laiqa: Mana Hijrah?! ini akan dituliskan pada artikel di bawah ini. Namun, sebelum masuk ke ulasannya, kita kenalan dulu dengan Herania yuk, sang penulis dari novel best seller ini. Sehabis itu, baca artikel ini sampai selesai ya Grameds!

Profil Herania – Penulis Novel Laiqa: Mana Hijrah?!

Herania adalah seorang penulis yang juga bekerja sebagai penerjemah dan editor takarir di sebuah perusahaan media. Dia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Jakarta, kecuali saat kuliah Sastra Jepang di Jatinangor sebelum akhirnya kembali lagi ke ibu kota. Salah satu cerpen karyanya, “Masa Aku Dibilang Kecanduan?”, memenangkan lomba cerpen kesehatan mental yang diselenggarakan oleh komunitas kecil dengan tajuk “Rubanah” dan telah diterbitkan bersama cerpen-cerpen pemenang lainnya.

Bagi Grameds yang ingin mengenal sosok Herania lebih dekat, kamu bisa menghubungi Herania melalui:

  • GWP: @Herania
  • Twitter & Wattpad: @Herania_
  • Instagram: @bessenia.

Sinopsis Novel Laiqa: Mana Hijrah?!

Hari ini adalah hari pertama saya mengenakan hijab setelah 28 tahun hidup, dan saya merasa sangat panik saat ini. Rasanya aneh bagiku untuk merasa seperti ini hanya karena mengubah penampilan dengan menutup aurat. Semua rasa percaya diri yang aku bawa dari rumah tiba-tiba hilang seperti terhisap oleh lumpur hidup begitu aku  keluar dari MRT dan melihat gedung kantor tempatku bekerja.

button cek gramedia com

Ketakutanku akan reaksi teman-teman dan rekan kerja kembali muncul dengan kuat, padahal sebelumnya aku pikir sudah berhasil mengatasi perasaan itu. Sehingga, bukannya naik ke kantor di lantai 29, aku memilih untuk bersembunyi di toilet lantai dasar, di bilik paling pojok. aku  tidak tahu sudah berapa lama diriku berada di sini, aku berulang kali mencoba untuk tetap tenang dengan melakukan napas dalam-dalam, tapi rasanya tidak berhasil. Detak jantungku terus berdegup kencang sampai-sampai ingin melepas hijab ini.

Aku mondar-mandir di dalam bilik toilet yang sempit ini, tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, ponselku berdering, membuatku terlonjak dan siku ku terbentur sudut tempat tisu. Aku merasa sakit sekali, tapi aku mengabaikannya dan langsung mengambil ponsel.

Di Balik Pena: dr. Andreas Kurniawan Berbagi Tutorial Melalui Duka dan Mencuci Piring

“Halo?”

“Dimana kamu? Rapat sudah mau mulai sepuluh menit lagi!”, seru Athfar, sahabat sekaligus atasanku.

Segera aku melirik jam tangan. Ya Allah, sudah pukul 08.50! Pukul sembilan ini memang jadwal rapat mingguan bersama Nori-san, sebutan kami untuk bos Jepang kami.

“Ya, aku sudah di depan gedung, tinggal naik. Sepuluh menit saja cukup kok”, jawabku dengan lancar, meskipun sebenarnya itu hanyalah kebohongan.

“Nori sudah ada di sini. Pastikan jangan terlambat, kamu yang membawa bahan rapatnya.”

Hah? Komentar Athfar membuatku teringat pada map transparan yang berisi daftar masalah di pabrik yang menghambat produksi kain kami. Akhir pekan yang indah kemarin aku habiskan untuk menyusunnya, dan sekarang aku khawatir tidak membawanya!

“Iya, aku akan segera naik,” ucapku dengan sedikit kepanikan, mencoba menutupinya dengan nada tinggi.

“Baiklah, cepatlah.” Athfar langsung mengakhiri panggilan.

Setelah kembali menyimpan ponsel di dalam tas, aku meraih tas belanja reusable yang digantung di pintu, lalu mengeluarkan isinya satu per satu dengan gerakan cepat. Mukena, sajadah, tumbler, iPad… ada! Aku membawa mapnya! Sendi-sendi tubuhku langsung terasa lemas begitu rasa lega menyelip dalam diriku, membuat tubuhku otomatis tersandar ke dinding bilik. Syukurlah, tadi aku pikir map ini masih tergeletak di atas tempat tidur.

Aku memasukkan kembali semua barang ke dalam tas belanja, lalu keluar dari toilet dan melangkah cepat menuju lift lobi. Sayangnya, meskipun kantor ini memiliki enam lift, tapi di jam-jam sibuk seperti ini tetap saja penuh dengan orang yang antre. Aku bergabung dalam antrean, sambil sesekali melirik jam sambil menghentakkan kaki. Pukul 08.56. Ya ampun, pasti aku sudah terlambat. Aku segera mengirim pesan WhatsApp kepada Athfar untuk memberitahunya tentang situasi di lobi ini, agar dia bisa menjelaskan pada Nori-san yang pasti akan bertanya keberadaanku.

Akhirnya, aku keluar dari lift pada pukul 09.10, karena lift itu terus berhenti hampir di setiap lantai! Yah, memang bisa diharapkan di jam sibuk begini. Lantai 29 dan 30 di gedung ini hanya diisi oleh kantorku, PT Sakura Indonesia, sebuah perusahaan Jepang yang cukup besar. Setelah absen, aku bergegas setengah berlari menuju ruang rapat di dalam tanpa melihat ke kanan atau ke kiri.

“Mana?!” seru Deandra, staf HR yang juga sahabatku begitu aku melintasi area kerjanya.

Aku menoleh padanya, heran mengapa dia terlihat begitu terkejut. Mungkin ada cerita baru tentang mantan pacarnya yang ingin dia bagikan lagi. Aku sedang tidak ada waktu untuk mengurus hal ini.

“Tunggu sebentar, De. Aku sudah terlambat rapat!” Aku membalas setengah hati sambil terus berjalan.

Rapat sudah dimulai, aku bisa melihat dari dinding kaca ekspresi serius mereka di dalam ruangan. Aku segera membuka pintu.

Okurete sumimasen“, ujarku sambil membungkuk. Aku hendak menarik kursi yang ada di dekatku untuk duduk, tapi gerakanku terhenti ketika mereka semua menatapku heran.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Laiqa: Mana Hijrah?!

button cek gramedia com

Pros & Cons

Pros
  • Dikemas dengan latar belakang yang modern dan relevan dengan pembaca.
  • Menyelipkan bahasa dan budaya Jepang.
  • Gaya bahasa ringan ala anak muda.
  • Ada footer penjelasan istilah-istilah asing.
  • Memuat banyak pesan moral.
  • Memotivasi pembaca untuk mengikuti jejak Mana yang berhijrah.
  • Jumlah halaman sedikit sehingga bisa dibaca sekali duduk.
Cons
  • Konflik kurang memikat.
  • Karakterisasi tokoh kurang kuat.

Kelebihan Novel Laiqa: Mana Hijrah?!

button cek gramedia com

Buku Laiqa: Mana Hijrah?! karya Herania memiliki sejumlah kelebihan yang menjadikannya buku yang mendunia dan direkomendasi untuk dibaca. Dengan setting yang modern dan relevan, buku ini mampu menghubungkan cerita dengan realitas kehidupan sehari-hari pembaca, sehingga lebih mudah diterima dan diresapi. Pengarang buku Laiqa: Mana Hijrah?! ini juga berhasil menyelipkan bahasa dan budaya Jepang yang menarik, membawa pembaca dalam perjalanan budaya yang menarik dan mendalam.

Gaya bahasa yang digunakan juga ringan ala anak muda, membuat cerita terasa segar dan mudah dicerna. Hal ini tidak hanya membuat cerita lebih menarik, tetapi juga meningkatkan keterlibatan emosional pembaca. Dengan adanya footer penjelasan istilah-istilah asing, pembaca tidak hanya menikmati cerita, tetapi juga mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang budaya lain yang dihadirkan dalam buku ini.

Selain itu, buku ini tidak hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga mengandung banyak pesan moral yang mampu menginspirasi dan memberi motivasi kepada pembaca. Pesan-pesan ini dapat membantu pembaca merenungkan nilai-nilai hidup dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Buku Laiqa: Mana Hijrah?! ini juga berhasil memotivasi pembaca untuk mengikuti jejak Mana dalam menjalani proses hijrahnya, sehingga membawa dampak positif dalam pemikiran dan tindakan pembaca.

Dengan jumlah halaman yang tidak terlalu banyak, buku ini dapat diselesaikan dalam satu kali duduk, sehingga sangat cocok untuk dibaca untuk para pembaca yang tidak memiliki banyak waktu luang untuk dihabiskan dengan membaca. Meskipun jumlah halaman buku Laiqa: Mana Hijrah?! ini sedikit, esensi buku ini sangatlah luas bagaikan samudra nan luas, sehingga pesan-pesan dan inti yang disampaikan tetap tersampaikan dengan baik.

Kekurangan Novel Laiqa: Mana Hijrah?!

button cek gramedia com

Buku Laiqa: Mana Hijrah?! ini memiliki sejumlah kekurangan yang perlu diperhatikan. Salah satu kekurangannya adalah kurangnya konflik mendalam dan memikat yang dapat membuat pembaca terlibat secara emosional. Konflik yang terjadi kebanyakan hanya konflik internal, yang cenderung kurang menyentuh dan tidak memberikan tantangan yang signifikan.

Selain itu, karakterisasi tokoh juga tidak terlalu kuat, dengan beberapa tokoh yang mungkin terasa hampir sama dalam kepribadiannya. Hal ini dapat mengurangi kedalaman dan kompleksitas dalam interaksi antar karakter. Selain itu, kurangnya perkembangan karakter yang jelas juga menjadi salah satu poin kekurangan, di mana perubahan dan pertumbuhan tokoh tidak terlihat secara mendalam atau signifikan sepanjang cerita membuat pembaca merasa jenuh dan bosan terhadap karakter utama dan karakter lain yang ada di buku Laiqa: Mana Hijrah?! ini.

Pesan Moral Novel Laiqa: Mana Hijrah?!

button cek gramedia com

Karya Laiqa: Mana Hijrah?! mengandung pesan moral yang dalam, buku ini mengajarkan bahwa setiap orang dapat mendengar panggilan Tuhan untuk menjadi sosok yang lebih baik. Jika seseorang merasakan panggilan semacam itu, penting untuk mendukungnya dengan penuh keyakinan dan semangat.

Pesan ini mengingatkan kita bahwa untuk menuju perubahan perlu waktu yang panjang dan  membutuhkan kesabaran. Meskipun hasil yang diharapkan tidak terwujud sesuai rencana kita, kita tidak boleh berhenti berusaha untuk berubah. Karena waktu dan rencana Tuhan tidak selalu sama dengan apa yang kita inginkan atau harapkan, tetapi keyakinan dan kesetiaan dalam menjalani panggilan-Nya akan membawa kita pada jalan yang benar dan bermakna.

Bagi Grameds yang tertarik ingin membaca dan turut berlarut dengan buku Laiqa: Mana Hijrah?!, kalian bisa dapatkan hanya di Gramedia.com ya! Gramin juga sudah menyiapkan buku-buku dalam lini Laiqa lainnya di bawah ini, lho. Yuk langsung saja dapatkan buku-buku terbaik hanya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Laiqa: Rope That Binds

Laiqa: Rope That Binds

button cek gramedia com

Sarah Annisa baru saja menikah dengan pria yang sangat dia cintai. Kini, langkah mereka selanjutnya dalam membangun keluarga sakinah adalah memiliki seorang anak. Namun, impian itu harus tertunda karena mereka terhalang oleh dinding yang begitu sulit ditembus. Rupanya Sarah menderita penyakit yang namanya bahkan tak pernah dia dengar sebelumnya. Akibat penyakit itu, Sarah tidak hanya membawa penderitaan pribadi, tetapi juga stigma sosial yang kompleks. Berbekal cinta dalam pernikahannya dan hijrahnya yang terbata-bata, dia berusaha menemukan cahaya dalam kegelapan yang dilingkupi penyakit tersebut.

Waktu Sarah sedang menyiapkan pernikahannya, dia merasakan suatu petikan malapetaka di dalam hatinya. Mara bahaya, kesialan, atau musibah—sebut saja apa pun namanya. Pokoknya, perasaan itu seperti hawa yang dibawa awan hitam bergulung-gulung di cakrawala, padahal di depan matamu terbentang langit biru tanpa noda. Tapi tanpa daya, kau bisa merasakan hawa mencekam itu mencengkeram bahaya. Dia tak tahu di perintilan pernikahan yang mana atau pada momen apa bencana itu akan menerpa. Mungkin MUA? Sarah memilih perias dengan kriteria yang sama ketatnya seperti mencari calon suami. Bukan hanya jago membuat foundation terulas mulus bak kulit idol Korea, mahir membaurkan perona pipi yang tak sebuas lebam memar, dan shading yang menambah ilusi kecantikan sang pengantin, tapi juga dia memilih berdasakan kepekaan sang perias; peka melukis kedua bilah alis—terlalu tebal nanti pengantin menjadi Shin-chan, terlalu tipis nanti pengantin bisa melihat tuyul. Belum lagi kalau salah sudut lengkung alis, salah perkiraan panjang alis. Repot sudah.

Laiqa: Berapa Jarak antara Luka dan Rumahmu?

Laiqa: Berapa Jarak antara Luka dan Rumahmu?

button cek gramedia com

KINAR TERPAKSA BERANGKAT KE PESANTREN USAI MENGANTAR JASAD IBUNYA KE PERISTIRAHATAN TERAKHIR! Luka atas kepergian ibunya belum kering, tak lama kemudian sang ayah pun turut meninggal dunia. Sekembalinya ke pesantren, Kinar melanggar syariat: tidak mau salat dan mengutuk Tuhan yang sangat keji terhadap takdir hidupnya.

Naray dan Ruth sampai harus membantunya meloloskan diri dari intaian pengurus pesantren. Hingga suatu hari, perbuatan mereka terendus Keamanan Pusat. Sejak itulah rahasia keduanya ikut terbongkar. Naray dan Ruth ternyata turut menyimpan rapat kesedihan masing-masing. Setelah kejadian menggemparkan itu, apakah persahabatan Naray, Kinar, dan Ruth tetap terjalin, atau justru salah satunya harus terusir dari pesantren?

Laiqa: Hijab for Sisters

LAIQA: Hijab For Sisters

button cek gramedia com

Di hari pembagian rapor, Asha yang menjadi langganan juara umum di Pondok Pesantren Modern Putri Siti Fatimah, dikejutkan oleh pengumuman Ustazah Nurul mengenai beasiswa yang akan diberikan pihak pesantren. Namun karena nilainya nyaris seimbang dengan Khalda, para ustazah bingung menentukan siapa yang laik diterbangkan ke Jerman untuk mendapat pendidikan yang diimpi-impikan banyak santri.

Seakan masih kurang mengejutkan, pesantren mengirim keduanya untuk mengikuti satu semester pendidikan di sekolah umum sebagai tes akhir siapa yang lebih berhak mendapatkan beasiswa. Rangkaian tes ini sangat penting, karena baik Asha maupun Khalda bisa langsung menerapkan ilmu-ilmu agama yang sudah dipelajarinya di tengah-tengah siswa-siswi yang majemuk.

Mampukah keduanya bersaing dengan sehat selama berada di sekolah umum yang terasa asing bagi mereka? Lantas, setelah mengalami berbagai kejadian yang membuat keduanya kian dekat, apakah pengumuman siapa yang akan mendapat beasiswa tersebut masih penting?

 

Sumber:

https://www.google.co.id/books/edition/Laiqa_Mana_Hijrah/DuuuEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&pg=PA1&printsec=frontcover

Written by Adila V M