Larung – Terjebak dalam pergolakan politik dan kekuasaan rezim militer, empat sahabat perempuan yang dulu petualangannya dikisahkan dalam novel Saman kini kembali dalam kelanjutan epiknya, Larung karya Ayu Utami, lho, Grameds.
Dalam novel yang dihiasi dengan nuansa feminisme ini, Ayu Utami mengajak pembaca untuk merefleksikan moralitas dan keadilan hukum dalam masyarakat Indonesia, baik rakyat maupun penguasanya.
Dengan latar belakang pergolakan politik Orde Baru, penulis membawa kita pada perjalanan yang melibatkan karakter baru, Larung, yang misterius namun gelap. Bersama-sama, mereka berusaha menyelamatkan tiga aktivis yang dikejar-kejar oleh rezim militer, sambil menjelajahi kompleksitas cinta dan perselingkuhan.
Dalam review ini, kita akan mengungkap kekuatan dan pesona novel Larung yang tak kalah menarik dari pendahulunya, dan mengapa Ayu Utami merupakan salah satu penulis terkemuka Indonesia yang karyanya patut diapresiasi. Simak review-nya, yuk, Grameds.
Table of Contents
Profil Penulis Novel Larung
Sumber: Ensiklopedia Sastra Indonesia Kemdikbud
Ayu Utami, seorang penulis Indonesia yang lahir di Bogor pada tanggal 21 November 1968, telah mencuri perhatian para pembaca dengan karya-karyanya yang memukau. Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, Ayu Utami tumbuh dalam lingkungan keluarga Katolik, yang memberikan fondasi kuat dalam kehidupan spiritualnya.
Namun, Ayu Utami bukanlah penulis biasa. Ia meraih puncak kesuksesan sebagai novelis setelah karyanya yang fenomenal, Saman, memenangkan sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1998. Keberhasilannya ini tidak hanya menciptakan kontroversi, tetapi juga meraih pujian dari banyak pihak, menjadikannya best seller di pasaran.
Dalam tiga tahun sejak publikasi, Saman telah terjual sebanyak 55 ribu eksemplar, mencatatkan rekor yang mengesankan. Pengakuan terhadap kehebatannya sebagai penulis mengantarkan Ayu Utami menerima Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan bergengsi yang berbasis di Den Haag, Belanda. Penghargaan ini menegaskan dedikasi Ayu Utami dalam memajukan budaya dan pembangunan melalui karya-karyanya yang luar biasa.
Selain menulis, perjalanan hidup Ayu Utami penuh dengan pengalaman yang beragam. Ia pernah berlomba menjadi finalis Gadis Sampul majalah Femina pada tahun 1990 dan menduduki peringkat kesepuluh.
Tidak hanya itu, Ayu juga menjelajahi berbagai bidang pekerjaan, termasuk menjadi sekretaris di sebuah perusahaan pemasok senjata dan guest public relation di Hotel Arya Duta. Namun, panggilan Ayu Utami sebagai seorang penulis dan jurnalis tak terbendung. Ia bekerja sebagai wartawan lepas untuk beberapa media, seperti Matra, Forum Keadilan, D&R, serta menjadi anggota Sidang Redaksi Kalam dan Kurator Teater Utan Kayu. Keaktifannya dalam bidang jurnalistik membuat Ayu Utami terlibat dalam pendirian Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan menjadi peneliti di Institut Studi Arus Informasi.
Mungkin sulit dipercaya, tapi awalnya Ayu Utami tidak memiliki minat yang besar dalam dunia tulis-menulis. Namun, kecintaannya pada seni selalu tercermin melalui salah satu anggota keluarganya yang terampil dalam menciptakan lagu-lagu Jawa dan minatnya yang mendalam dalam melukis sejak masa kecil.
Bakat melukisnya membuat Ayu memiliki impian untuk mengenyam pendidikan di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, meskipun keinginan itu ditentang oleh orangtuanya. Oleh karena itu, Ayu memilih untuk melanjutkan kuliah di Jurusan Rusia, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, yang menjadi langkah awal menuju perjalanan menakjubkan sebagai seorang penulis.
Walaupun Ayu Utami mengaku bahwa ia tidak terlalu gemar membaca, Alkitab selalu menjadi bacaan yang selalu menemani setiap saatnya. Kehadiran petikan-petikan ayat Alkitab dalam novelnya, Saman, menjadi bukti kekagumannya terhadap kebijaksanaan dan pesan-pesan mendalam yang terkandung di dalamnya.
Ayu Utami juga menunjukkan kecenderungan menulis tentang pastor dan suster dalam karya-karyanya, mencerminkan ketertarikannya terhadap kehidupan rohani dan sosial. Karya-karya Ayu Utami tidak berhenti pada Saman.
Ia juga meraih ketenaran dengan novel Larung (2002), Bilangan Fu (2008), serta kumpulan esai Si Parasit Lajang (Gagas Media, Jakarta, 2003) dan novel Lalita (Gramedia Pustaka Utama, 2012). Setiap karya yang dihasilkannya tentu mencerminkan kepekaan sosial dan keahlian Ayu Utami dalam merangkai kata-kata yang menggugah pikiran dan emosi pembaca, ya, Grameds.
Review Novel Larung
Novel Larung karya Ayu Utami adalah sebuah karya yang menarik dan menegangkan, yang berhasil mengikat pembaca dengan alur cerita yang penuh pergolakan politik dan hubungan antar-tokoh yang rumit. Setelah sukses dengan novel sebelumnya, Saman, Ayu Utami kembali menghadirkan keempat sahabat perempuan yang kuat dalam novel Larung, dengan mengeksplorasi tema moral, keadilan hukum, serta peran semua elemen masyarakat Indonesia.
Larung merupakan karakter baru yang memainkan peran penting dalam membantu Saman dan para sahabatnya untuk menyelamatkan tiga aktivis yang dikejar-kejar oleh rezim militer akibat peristiwa 27 Juli 1996. Melalui perjalanan mereka, pembaca dihadapkan pada dunia politik yang berperang melawan kekuasaan orde baru, di mana keadilan sering kali terabaikan.
Salah satu kelebihan novel Larung adalah kemampuan Ayu Utami dalam menggambarkan pergolakan politik dan kekuasaan rezim militer pada masa itu. Ia berhasil menciptakan suasana yang tegang dan menggugah perasaan pembaca melalui deskripsi yang kuat dan penuh emosi. Maka, novel Larung bukan hanya sekadar sebuah cerita, melainkan juga sebuah pencahayaan terhadap sejarah dan perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai keadilan dan kebebasan, lho, Grameds.
Selain fokus pada aspek politik, novel Larung juga menampilkan ciri khas Ayu Utami dalam menyentuh tema feminisme. Petualangan cinta dan perselingkuhan menjadi elemen penting yang mewarnai hubungan antar-tokoh dalam cerita ini. Ayu Utami dengan lihai menggambarkan kompleksitas hubungan cinta, kesetiaan, dan kegagalan dalam percintaan, yang menambah dimensi emosional pada kisah ini.
Satu hal yang perlu dicatat adalah penerjemahan novel Larung ke dalam bahasa Belanda, yang menunjukkan daya tarik dan pengakuan internasional terhadap karya Ayu Utami. Hal ini membantu menghadirkan cerita ini kepada pembaca di luar Indonesia dan tentu saja memperluas dampaknya.
Secara keseluruhan, novel Larung merupakan lanjutan yang kuat dari novel Saman. Ayu Utami berhasil membangun kisah yang menarik dengan karakter-karakter yang kompleks dan alur cerita yang penuh ketegangan.
Novel Larung mampu mengajak pembaca untuk merefleksikan moral, keadilan hukum, serta perjuangan dalam mencapai kebebasan di tengah pergolakan politik. Dengan gaya tulisan yang kuat dan emosional, Larung menjadi sebuah karya sastra yang layak untuk dinikmati oleh pembaca yang tertarik pada politik, cinta, dan kisah-kisah yang mampu menginspirasi.
Kelebihan dan Kekurangan Novel Larung
Kelebihan Novel Larung
Ayu Utami, melalui novel Larung, secara magis menggali lapisan-lapisan dalam politik dan kekuasaan rezim militer di Indonesia. Ia menyajikan pergolakan politik dan keadilan hukum dengan jelas dan tajam, mengundang pembaca untuk merefleksikan kondisi sosial yang ada.
Ayu Utami juga menghadirkan alur cerita yang kompleks dan penuh dengan kejutan. Intrik politik, hubungan antar-karakter, dan konflik emosional semuanya saling terkait dan membentuk jalinan cerita yang menarik. Hal ini membuat pembaca novel Larung terus tertarik dan penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Selain itu, sebagaimana dalam novel-novel Ayu Utami sebelumnya, Larung juga menonjolkan tokoh-tokoh perempuan yang kuat dan kompleks. Mereka memiliki kepribadian yang kuat, ambisi, dan keinginan untuk mengubah nasib mereka sendiri. Ayu Utami menggambarkan kehidupan perempuan dengan baik dan memberikan ruang bagi perempuan untuk mengeksplorasi jati diri mereka.
Ayu Utami adalah seorang penulis yang kemampuannya dalam merangkai kata-kata dan menghadirkan prosa yang indah sudah tidak diragukan lagi. Begitu juga dalam Larung, ia berhasil menggambarkan suasana, perasaan, dan pikiran karakter-karakternya dengan detail yang halus. Gaya bahasanya yang kaya dan terampil memberikan pengalaman membaca yang memikat, lho, Grameds.
Kekurangan Buku Novel Larung
Beberapa pembaca mungkin merasa terganggu dengan kompleksitas cerita yang terlalu banyak dan dapat membingungkan dalam Larung. Hubungan antar-karakter yang rumit dan banyaknya alur cerita sampingan dapat membuat pembaca kehilangan fokus atau sulit mengikuti alur utama.
Selain itu, Larung juga mengandung konten yang intens dalam hal eksplorasi seksual dan isu-isu kontroversial. Bagi beberapa pembaca, hal ini mungkin menjadi suatu hal yang menantang atau membatasi kenyamanan membaca, nih, Grameds.
Terakhir, untuk memahami sepenuhnya pergolakan politik yang dihadirkan dalam novel Larung, beberapa pembaca mungkin perlu memiliki pengetahuan kontekstual tentang sejarah politik Indonesia pada masa tersebut.
Namun, perlu diingat, kekurangan ini bersifat subjektif dan setiap pembaca mungkin bisa memiliki kesan yang berbeda-beda. Selain itu, meskipun Larung memiliki kekurangan tersebut, kelebihan-kelebihan yang dimilikinya tetap membuat ini layak untuk dibaca oleh siapa saja yang menyukai karya sastra dengan pesan mendalam.
Penutup
Melalui novel Larung karya Ayu Utami, pembaca akan memasuki dunia yang penuh dengan pergolakan politik, cinta, dan ketegangan. Ayu Utami dengan sukses menghadirkan karakter-karakter yang kuat dan kompleks, serta mengajak kita untuk merefleksikan moralitas dan keadilan hukum dalam masyarakat Indonesia, lho, Grameds.
Dengan gaya penulisan yang indah dan penceritaan yang menghanyutkan, tak diragukan lagi bahwa Larung adalah sebuah karya sastra yang tak dapat dilewatkan. Yuk, segera dapatkan novel ini di Gramedia.com dan temukan daya tarik yang luar biasa dalam kisah ini, Grameds.
Siap-siap, ya, untuk terhanyut dalam aliran kata-kata Ayu Utami yang menggetarkan jiwa dan menantang pandangan kita tentang kekuasaan, cinta, dan perjuangan.
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Nama penulis: Resna Anggria Putri
Rujukan :
- https://www.gramedia.com
- https://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Ayu_Utami
- Review Buku 21 Pelajaran untuk Abad 21
- Review Buku Bukan Maksudku Tak Menghargai Diri
- Review Buku Centerpiece
- Review Buku Every Day is A Sunny Day When I am with You
- Review Buku Girls Karya Minato Kanae
- Review Buku Good Is Not Enough
- Review Buku Habit is Power
- Review Buku In A Blue Moon
- Review Buku Magyk: Septimus Heap Book 1
- Review Buku Memberi Ruang
- Review Buku Nonversation
- Review Buku Novus Ordo Seclorum
- Review Buku Penyeret Babi
- Review Buku Sehidup Sesurga
- Review Buku Self Driving
- Review Buku Seni Bersikap Bodo Amat
- Review Buku Septimus Heap: Flyte
- Review Buku Septimus Heap III: Physik
- Review Buku Septimus Heap, Book Four: Queste
- Review Buku The Diamond Within You
- Review Buku Tuhan, Aku Ingin Tetap Hidup
- Review Buku Who Are You?
- Review Novel Antologi Bulan Desember
- Review Novel Bui Karya Alan Th
- Review Novel Bungkam Suara Karya JS Khairen
- Review Novel Gravitasi Matahari
- Review Novel Happiness Battle
- Review Novel His Dark Materials 1: The Golden Compass
- Review Novel His Dark Materials #3: The Amber Spyglass
- Review Novel Jaga Mayit
- Review Novel Kisah yang Pilu untuk Kita yang Ragu
- Review Novel Kita dan Kata Karya Jein
- Review Novel KKN di Desa Penari
- Review Novel Lara Rasa
- Review Novel Larung
- Review Novel Little House on the Big Woods
- Review Novel Polisi Kenangan (The Memory Police)
- Review Novel Rahasia Chimneys
- Review Novel Take a Trip Down Memory Lane
- Review Novel The Girl Who Fell Beneath The Sea
- Review Novel The Sexy Secret
- Review Novel Where The Crawdads Sing