Rating: 3.98
Novel Lit: Left Unsaid mengangkat tema tentang perundungan secara verbal yang sering kali disamarkan sebagai hanya bercanda. Banyak orang yang beranggapan bahwa hal tersebut bukan bentuk perundungan karena korbannya terlihat tidak terganggu atau diam saja. Namun, kenyataannya, diamnya korban bukan berarti mereka tidak merasa sakit hati atau tidak terganggu oleh ucapan yang dianggap tidak lucu oleh mereka.
Novel ini menyoroti bahwa sikap diam bukanlah tanda ketidakpedulian atau tanda bahwa mereka biasa saja, melainkan seringkali diam mereka adalah cara untuk menunjukkan luka yang tersembunyi. Cetakan terbaru dari novel ini diterbitkan pada 16 Februari 2024 oleh Elex Media Komputindo, novel ini terdiri dari 272 halaman.
Artikel kali ini akan mengulas secara mendalam buku yang menghadirkan pesan sangat penting tentang dampak dari perundungan secara verbal. Jadi, pastikan untuk membaca ulasan ini sampai selesai, Gramin sudah rangkumin semuanya untuk kamu. Sebelum kita masuk ke dalam ulasan ini lebih dalam lagi, kita kenalan dulu yuk dengan Hanifa Vidya, penulis dari Novel Lit: Left Unsaid ini.
Table of Contents
Profil Hanifa Vidya – Penulis Novel Lit: Left Unsaid
Hanifa Vidya Rizanti, atau yang biasa dipanggil Vivi, lahir pada Oktober tahun 1992 iamemiliki tipe kepribadian INTP-T (Introvert, Intuitive, Thinking, dan Perceiving). Ia adalah seorang istri, ibu, anak, dan kakak yang juga seorang penggemar berat kue donat, Detective Conan, dan Keigo Higashino. Meskipun ia memiliki gelar sarjana komputer Vivi tetap menjelajahi dunia kepenulisan dengan penuh kesungguhan. Sebagai pembaca, ia menyukai tulisan-tulisan yang kaya akan makna tetapi disampaikan secara sederhana.
Buku kedua Vivi yang berjudul Left Unsaid, telah diterbitkan oleh Elex Media. Buku pertamanya berjudul Mereka Bilang Aku Kemlinthi dapat ditemukan baik di toko buku offline maupun online. Jika kalian ingin berinteraksi dengan Vivi, kalian bisa menghubungi dia melalui Instagram @vini.vidi.vivi dan Wattpad @vinividivivi, atau bertemu langsung dengannya di Malang.
Sinopsis Novel Lit: Left Unsaid
SATU SEKOLAH SEMUANYA BODOH!
Namanya bukan Butek, tapi Bening! Ciri khasnya adalah bercak merah besar di wajahnya, yang disebut birthmark port-wine stain. Ini bukan koreng, panu, atau kurap. Dia bukanlah sesuatu yang menjijikkan sampai harus dijauhi!
Meskipun begitu, Bening juga tidak kalah bodohnya. Meski sering memenangkan olimpiade sains, dia suka menyumbangkan piala untuk sekolah dan menjadi sumber ide curang di kelas. Tapi, dia selalu menoleh setiap kali dipanggil Butek! Awalnya, aku pikir dia takut karena tubuhnya kecil, tapi dia malah menghentikanku saat aku ingin menghajar anak-anak bodoh itu. Saat pulang, dia marah-marah padaku karena dia merasa tindakanku tidak berguna dan pura-pura jadi pahlawan.
Kenapa malah aku yang dianggap salah?!
“KITA PUTUS, YA? AKU CAPE.”
Suasana kantin tiba-tiba hening, tetapi aku tetap tidak menoleh. Seolah tidak mendengar apa-apa, aku membayar sebotol air mineral itu. “Fik? Kamu bercanda?” Suara kecil seorang cewek terdengar menolak kenyataan. “Aku serius. Ngapain bercanda?” “Cape? Kenapa? Aku salah di mana?! Ini bisa dibicarakan baik-baik, bukan langsung putus begini, Fik!” “Kamu nggak salah. Aku yang cape, dan nggak ada yang perlu lagi kita bicarakan. Duluan, Cika. Bye.” “Ta-tapi! Ah, Fik! Fikar!”
Cowok yang diteriaki itu berjalan keluar kantin dengan santai. Semua mata mengikuti langkahnya, termasuk aku, hingga punggungnya menghilang di tikungan gedung olahraga. Aku menerima kembalian dan langsung kembali ke kelas. Beberapa teman, terutama teman-teman cewek, masih membahas si ketua ekskul karate, sang pemain hati dari kelas sebelah. Ada yang kagum, tapi banyak juga yang mengutuk kebiasaannya memacari cewek dan memutuskan mereka seminggu kemudian. Kurasa, reputasi dan sensasi adalah kebutuhannya yang paling penting. Berurusan dengan cowok bermasalah seperti itu bukanlah keinginanku, tetapi masalahnya, dia….
“Butek, pinjem revisi tryout Matematika, boleh? Nomor tiga sumpah buntu, kamu udah dong pastinya?”
Aku mengangguk, mengambil buku dari ransel dan menyerahkannya pada Lina. Dia tersenyum lebar dan berterima kasih sebelum kembali ke mejanya. Aku segera mengambil kotak bekal dan beranjak dari kelas karena sudah tidak ada kepentingan lagi. Kepentinganku hanya makan siang dengan tenang.
Perpustakaan adalah tempat paling sepi di sekolah ini. Hanya ramai saat jam pelajaran saja, ketika guru merasa kami perlu tambahan literatur, jarang ada yang berinisiatif untuk datang ke perpustakaan kecuali disuruh guru. Berkat sepinya perpustakaan, hampir tidak ada yang tahu sesuatu di balik bangunan perpustakaan. Pintu itu, pintu favoritku.
Tidak ada yang tahu kecuali aku, dan mungkin jajaran pengurus sekolah. Pintu tersembunyi di balik sulur-sulur morning glory. Tanaman cantik itu merambat vertikal pada dinding beton tinggi yang membatasi sekolah kami dengan hutan. Dengan menyibakkan sulur-sulur subur itu, aku bisa menemukan pintu, memasukkan kunci, dan mendapatkan akses ke hutan di belakang sekolah.
Aku menutup pintu dan menjejakkan kaki pada hamparan rumput. Hamparan hijau ramah menyambut kedatanganku, berseling dengan pendar kekuningan yang menembus sela dedaunan. Kesegaran udara memenuhi paru-paruku, membuatku lupa sejenak dengan pahitnya dunia. Sebut saja, tempat ini adalah pelarianku.
Kelebihan dan Kekurangan Novel Lit: Left Unsaid
Kelebihan Novel Lit: Left Unsaid
Hanifa Vidya melahirkan sebuah novel remaja dengan tema yang cukup berat namun sangat relatable. Konflik-konflik yang diangkat dalam novel Lit: Left Unsaid ini sering terjadi pada kaum remaja, untuk pembaca yang masih berusia remaja bacaan ini mungkin dapat membuat mereka merasa terhubung dengan cerita dan masalah-masalah yang dihadapi oleh karakternya.
Cerita ini juga disajikan dengan detail yang sangat rinci namun tetap lugas, hal ini dapat membuat pembaca benar-benar memahami dan merasakan setiap situasi yang dialami tokoh-tokohnya. Gaya penulisan Hanifa yang khas penuh dengan celetukan segar juga berhasilkan menghidupkan cerita, membuat novel Lit: Left Unsaid ini dengan tema yang sangat berat ini menjadi menyenangkan untuk dibaca. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti juga membuat cerita ini menjadi lebih mudah untuk dipahami.
Desain sampul buku yang menarik dan eye-catching juga menjadi salah satu kelebihan novel ini. Menampilkan ilustrasi seorang gadis dengan rambut panjang hitam yang menjuntai dan melayang di sekitarnya. Wajah gadis tersebut mencolok karena adanya bercak merah besar di pipi kanannya, yang merupakan tanda lahir port-wine stain.
Ekspresinya tampak tenang dan sedikit murung, mencerminkan tema cerita yang serius namun tetap relatable bagi remaja. Latar belakang sampul berwarna ungu dan oranye, dengan hiasan bunga-bunga di bagian bawah, menambah keindahan dan kesan artistik pada desain sampul sehingga dapat menghipnotis calon pembaca untuk penasaran dengan buku Lit: Left Unsaid ini.
Kekurangan Novel Lit: Left Unsaid
Meskipun buku Lit: Left Unsaid, karya Hanifa Vidya ini memiliki banyak sekali kelebihan, buku ini tetap memiliki kekurangan. Adanya penggunaan kata-kata kasar dalam beberapa bagian cerita. Hal ini mungkin membuat beberapa pembaca merasa tidak nyaman atau terganggu, terutama mereka yang sensitif terhadap bahasa yang digunakan. Meskipun kata-kata tersebut mungkin digunakan untuk menggambarkan realitas dan emosi karakter, tetap saja penggunaan bahasa yang kasar bisa menjadi kendala bagi beberapa pembaca.
Pesan Moral Novel Lit: Left Unsaid
Novel Left Unsaid karya Hanifa Vidya mengandung sejumlah pesan moral yang penting untuk diperhatikan, terutama bagi para pembaca remaja. Pertama, novel ini menekankan bahwa kita harus menghindari bullying dalam bentuk apa pun. Bullying, baik secara verbal maupun fisik, dapat menyebabkan luka yang mendalam bagi korbannya dan mungkin dapat merusak kehidupan mereka.
Kedua, jika kita tidak bisa mengatakan hal yang baik, sebaiknya jangan berkata buruk. Menghindari ucapan negatif dan komentar yang menyakitkan bisa mencegah banyak kesalahpahaman dan rasa sakit orang disekitar kita.
Terakhir, novel ini mengajarkan kita untuk merangkul sesama dan lebih peduli dengan orang di sekitar kita. Dengan menunjukkan empati dan perhatian, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis bagi semua orang, lingkungan yang harmonis tidak akan merugikan siapapun, oleh karena itu jadilah orang baik.
Nah Grameds, itu dia sinopsis, ulasan, dan pesan moral dari novel Lit: Left Unsaid karya Hanifa Vidya. Yuk langsung dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com! Selain novel ini, Gramin juga sudah menyiapkan rekomendasi buku best seller lainnya di bawah ini. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.
Penulis: Gabriel
Rekomendasi novel
The Boyfriend List
Ruby Oliver bingung bukan main, pasalnya dalam 10 hari dia telah mengalami 5 kali serangan panik.
- Dia kehilangan pacarnya (#13 dalam daftar),
- Kehilangan teman dekatnya (Kim),
- Kehilangan semua teman lainnya (Nora, Cricket),
- Melakukan sesuatu yang mencurigakan dengan anak laki-laki (#10),
- Melakukan sesuatu yang lebih maju dengan seorang anak laki-laki (#15),
- Bertengkar dengan seorang anak laki-laki (#14),
- Minum bir pertama (diberikan oleh seseorang),
- tertangkap basah oleh ibunya (ag!),
- terkena serangan panik (menakutkan),
- kalah dalam lacrosse (dia yang menjadi kiper),
- Tidak lulus ujian matematika (dia akan memperbaikinya),
- Membuat Meghan sakit hati (padahal mereka bukan teman),
- Menjadi orang yang diacuhkan (tidak ada yang mau duduk bersamanya saat makan siang)
- Tulisan grafiti tentangnya di kamar mandi perempuan (siapa yang tahu apa yang ada di kamar mandi laki-laki?!)
Padahal, dia masih duduk di bangku SMA saat seharusnya remaja seusianya menjalani hari-hari penuh canda dan tawa. Dalam 10 hari penuh kesialan itu, statusnya anjlok dari anak yang cukup populer menjadi seorang lepra, alias anak yang dikucilkan di sekolahnya. Orangtua Ruby ikut panik dan membawa Ruby ke Dokter Z, seorang psikolog. Mendengar begitu banyak cowok dalam kehidupan Ruby, Dokter Z meminta Ruby untuk membuat sebuah catatan berjudul Daftar Cowok. Siapa saja yang masuk ke dalam daftar istimewa Ruby? Dan berhasilkah Ruby menemukan ketenangan hati dan melanjutkan kehidupannya dengan normal?
Belok Kiri Langsing
Novel Karya Achi TM yang berjudul Belok Kiri Langsing ini memberikan impresi yang bagus untuk para pembacanya. Dengan penyampaian kisah yang mulus, mudah dipahami dan nyaman untuk diikuti sehingga para pembaca akan mudah sekali masuk ke dalam cerita. Membaca Belok Kiri Langsing ini, seperti diingatkan dengan cara paling nyaman dan halus perkara ‘menjaga tubuh’. Menjaga tubuh bukan berarti harus langsing saja. Tapi benar-benar menjaga dan merawat tubuh titipan pencipta ini.
Penulis begitu care dengan isu ini. Seperti ingin menyampaikan pesan tersirat kepada pembacanya tentang pentingnya menjaga tubuh. Dengan pola makan yang baik, olahraga teratur dan menyayangi diri sendiri lewat memaafkan, mendekatkan diri pada pencipta dan membuka hati. Buku ini begitu recommended untuk dibaca sebagai inspirasi seputar self-love.
Iyan Bukan Anak Tengah
Helaan napas lelah terdengar dari cowok yang sedang menatap lantai keramik putih di bawah kakinya yang mengayun pelan. Hari Senin paginya terasa sama seperti hari hari lainnya yang mengejar tanpa jeda. Hampa, lelah, jenuh, dan menyebalkan. Seperti pagi ini, Riyan Akrael Putra atau akrab disapa Iyan sudah terlalu muak untuk mendengarkan ocehan yang akan berlanjut sepanjang hari dari abangnya, Danan. Riyan tidak bisa berbuat banyak selain mendengarkan, walaupun tak jarang ia mencoba melawan untuk membela diri.
Terkadang Riyan iri kepada abang dan adiknya yang selalu mendapatkan perhatian serta kasih sayang yang lebih dari orang tuanya. Sebagai seorang anak tengah yang memiliki dua peran sekaligus sebagai adik dan kakak, Riyan merasa terbuang karena keberadaannya yang terabaikan. Riyan selalu berharap berada di tengah-tengah Keluarganya yang hangat, dianggap ada sekaligus disayangi sebagaimana yang Abang dan Adiknya rasakan, tetapi bukan semata-mata kehadirannya ada hanya karena dibutuhkan saja.
Sumber:
https://books.google.co.id/books?id=kSb5EAAAQBAJ&pg=PA1&source=kp_read_button&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&gboemv=1&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
- 14 Days Isabella
- A dan Z
- Agensi Rumah Tangga
- Albiandra: The Untold Story
- Anne of Avonlea
- Antologi Cerita Anak Muslim di Mancanegara
- April : Fallen
- Anatomi Rasa Karya
- Athar: Cinta dalam Ikhlas
- Arkananta
- Book’s Kitchen
- Bukan Kekasih Impian
- Catatan Harian Menantu Sinting
- Children of Blood and Bone
- Diskoneksi
- Eat Drink Sleep
- Enola Holmes dan Kereta Kuda Hitam
- Garis Batas
- Ghosting Writer
- Gyo
- Haji Murad
- Highly Unlikely
- Hotel Mooi Indie
- Iblis Menjelma Senapan Berburu
- Imama Al-Hafidzh
- Istana Merah
- Jais Darga Namaku
- Kemelut Rodansih dan Dua Anaknya
- Kenangan Manis Takkan Pernah Habis
- Klasik Bahasa Inggris White Fang
- Konstelasi Andro dan Mega: Dunia Tanpa Zodiak
- Laiqa: Berapa Jarak antara Luka dan Rumahmu?
- Laiqa: Mana Hijrah?!
- Laiqa: Siniar Semut Kecil
- Laiqa: Hijab for Sisters
- Laiqa: Rope That Binds
- Lelap dalam Lautan Bintang
- Lit: Left Unsaid
- Malam Seribu Jahanam
- Mari Pergi Lebih Jauh
- Masquerade Hotel
- Me Minus You
- Mencintaimu Sampai Kau Mau
- Menyelamatkan Teetee
- Merah Kirayu
- Mickey7
- Muslimah Keren
- Nadira
- Norwegian Wood
- Mata Hari (The Spy)
- My Long Black : Unsent Letters
- Paracosm D'arte
- Parnassus Keliling
- Pada Sebuah Kapal
- Perempuan di Rumah No 8
- Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut
- Rara Mendut
- Romansa Stovia
- Rumah di Mango Street
- Rumus Ciuman Sempurna
- Sang Pemenang Berdiri Sendirian
- Sarhad
- Seandainya
- Senyum Karyamin
- Seperti Sungai Yang Mengalir
- Serikat Anjing Mandiri
- Sidney Sheldon's The Phoenix
- Sikencur
- Sihir Perempuan
- Suluh Rindu
- Sumur Anjing Gila
- The Boyfriend
- The Count of Monte Cristo
- The Dragon's Promise
- Ther Melian - Discord
- The Night Mark
- The Night Swim
- The Power
- The Snatched and The Snapped
- Toko Buku Kucing Hitam
- Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 3
- Tumbal Genderuwo
- Yang Katanya Cemara Karya
- Yang Menari dalam Bayangan Inang Mati
- Yang Tak Kunjung Usai
- We Hunt the Flame: Memburu Api