Manusia dan Badainya merupakan sebuah novel mengenai pemulihan yang ditulis oleh Syahid Muhammad. Novel Manusia dan Badainya diterbitkan oleh Penerbit Gradien Mediatama pada tanggal 25 Januari 2022. Novel ini memiliki total 300 halaman, yang akan membahas tentang perjalanan atau proses menuju pulih dari berbagai masalah umum yang menimpa semua orang.
Novel Manusia dan Badainya menjadi buku ke-9 karya Syahid Muhammad yang masih sama seperti buku-buku karya sebelumnya, mengangkat tema tentang kehidupan yang terkait dengan kesehatan mental. Sebab, salah satu pemandangan paling puitis, yaitu melihat seseorang dan segala ketakutannya. Dan, penderitaan dan tubuhnya yang gemetar, yang melangkahi keimanannya, untuk mengambil keputusan dan sikap, pergi dari hal-hal yang mengikat dan memakunya, serta kehormatan dan hak miliknya untuk tumbuh.
Melalui novel ini, Grameds dapat mengetahui bahwa setiap manusia, setiap individu, semua orang memiliki masalah atau badainya sendiri-sendiri. Baik itu dalam hal kesehatan mental, hubungan romansa, kondisi keluarga, pekerjaan, dan lain sebagainya. Yuk kita kenali bagaimana manusia menghadapi badainya melalui kisah ini! Supaya kalian memiliki gambaran lebih lanjut tentang novel ini, baca artikel ulasan novel Manusia dan Badainya ini hingga selesai ya.
Table of Contents
Profil Syahid Muhammad – Penulis Novel Manusia dan Badainya
Syahid Muhammad adalah penulis kelahiran 1 November 1990. Nama Syahid Muhammad mulai dikenal sebagai penulis setelah ia menerbitkan dua buku yang ditulisnya bersama dengan Stefani Bella pada tahun 2017. Syahid atau yang akrab disapa Iid ini sudah suka dengan dunia tulis menulis sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Namun, ia mengatakan bahwa pada masa itu, lingkungannya tak mendukung.
Setelah selama 15 tahun tidak aktif di dunia menulis, Syahid Muhammad kembali memiliki dorongan untuk menulis lagi saat ia mengalami tekanan yang cukup tinggi. Iid memiliki anxiety disorder yang membuatnya merasa perlu untuk menuliskan banyak hal tentang perasaannya, karena ia tak tahu bagaimana cara untuk mengartikulasikan apa yang ia rasakan. Ia juga mengetahui bahwa orang-orang yang memiliki kondisi yang sama dengan dia memiliki kecenderungan untuk membutuhkan perhatian lebih dari orang lain.
Gagasan dan perasaan yang ia tuangkan ke dalam tulisan menjadi obat bagi Iid. Hal ini membuat kegiatan menulis bukan sekadar untuk mengungkapkan emosi atau menuangkan pikirannya saja. Bagi Iid, menulis bagaikan kegiatan yang dapat membantunya memulihkan keadaan pikiran dan mentalnya.
Selain untuk dirinya, Iid berharap bahwa melalui tulisannya, para pembaca dapat mengambil pelajaran dan manfaat yang bisa membantu diri mereka sendiri atau orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Hingga saat ini, Syahid Muhammad telah menerbitkan 9 buku. Semua buku yang ditulis Syahid Muhammad selalu mengangkat tema tentang kehidupan.
Buku pertama karyanya berjudul Kala. Kala menjadi karya pertama Syahid Muhammad yang terbit pada bulan Juni 2017. Buku ini tidak ditulis Iid sendirian, tetapi bersama dengan seorang penulis bernama Stefani Bella. Keduanya bertemu di forum Tumblr pada masanya. Kala adalah novel dengan genre romansa.
Novel ini akan mengisahkan tentang Saka dan Lara, dua individu yang sama-sama menyimpan masa lalunya dalam ingatannya sendiri, dan tidak ingin membagikannya kepada siapa pun. Lalu, semesta mempertemukan mereka berdua. Novel ini menyajikan sudut pandang yang berbeda, dari sisi perempuan dan laki-laki. Maka itu, novel ini dapat membuka sudut pandang baru bagi pembaca dan menghadirkan perasaan yang berbeda-beda bagi setiap pembaca. Ini adalah kisah tentang hubungan, kekecewaan, luka lama, dan jarak.
Pada November 2017 karya kedua Syahid Muhammad yang berjudul Amor Fati diterbitkan. Kala dan Amor Fati merupakan dua buku yang saling terkait. Namun, kedua buku itu bisa dibaca secara terpisah, tak harus berurutan, karena menyajikan kisah yang berdiri sendiri.
Sama seperti Kala, Amor Fati juga menggunakan dua sudut pandang penulis, dari perspektif laki-laki dan perempuan. Dalam novel Amor Fati ini, pembaca akan menemukan tokoh-tokoh baru yang mendukung dan melengkapi kisah Saka dan Lara. Novel Amor Fati ini dapat memberikan berbagai pembelajaran bagi pembaca untuk dapat mengakui kesalahan yang diperbuatnya, merasa ikhlas, dan memiliki banyak mimpi.
Setelah kedua karya pertamanya merupakan karya kolaborasi, Syahid Muhammad akhirnya menerbitkan karya tunggalnya pada Maret 2018 yang berjudul Egosentris. Latar belakang dari buku Egosentris ini, karena Iid merasa resah ketika melihat ada banyak orang yang merasa dirinya paling benar dan saling menyalahkan orang lain. Ini adalah suatu kisah tentang orang-orang yang “dipaksa” untuk baik-baik saja, padahal dirinya sedang merasa tak baik-baik saja.
Buku Egosentris bernuansa isu sosial, percintaan yang mendewasakan, kesehatan mental, keterasingan, dan keluarga. Novel ini menyajikan kisah yang sangat kompleks, yang relevan dengan kehidupan masa ini. Hal ini lah ingin disampaikan Iid dalam buku Egosentris, yakni setiap individu memiliki hak atau adalah hal yang normal untuk merasa lemah.
Novel keempat karya Syahid Muhammad berjudul Paradigma, yang diterbitkan pada September 2018. Sama seperti Kala dan Amor Fati, Egosentris dan Paradigma juga saling berkaitan. Namun, kedua novel ini menyajikan kisah yang dapat berdiri sendiri, sehingga tak perlu dibaca secara berurutan.
Novel Paradigma menjadi gambaran dari kehidupan sehari-hari individu pada umumnya. Mulai dari kehidupan percintaan, keluarga, persahabatan, dan hal-hal yang dianggap sepele oleh kebanyakan orang. Seluruh hal itu dirangkum dalam satu alur cerita yang sulit ditebak. Paradigma ini menyajikan kisah yang dapat membuka mata para pembaca untuk melihat kembali sisi-sisi kemanusiaan di tengah kehidupan sosial masyarakat pada masa ini.
Buku kelima karya Syahid Muhammad berjudul Saddha, yang diterbitkan pada Februari 2019. Sama seperti buku-buku sebelumnya, Saddha menjadi buku menarik yang dapat memberikan ruang pemulihan untuk kesehatan mental. Saddha menyajikan kumpulan prosa yang saling berkaitan satu sama lain, sehingga membentuk alur cerita yang utuh seperti sebuah novel.
Buku keenam karya Syahid Muhammad berjudul 25 jam. Dalam menulis buku ini, Iid kembali berkolaborasi bersama Stefani Bella, Buku ini menyajikan kisah antara pikiran yang bergumul dengan perasaan, di antara luka yang menganga dan menciptakan duka, di antara masa lalu yang belum kunjung termaafkan. Keenam buku yang telah diterbitkan Syahid Muhammad tersebut konsisten menggunakan sampul yang berwarna hitam.
Selanjutnya, buku ketujuh karya Iid berjudul Kamu Gak Sendiri, buku ke-8 berjudul Duduk Dulu, dan buku ke-9 berjudul Manusia dan Badainya. Ketiga buku terakhirnya ini merupakan karya tunggalnya, yang sudah tidak menggunakan sampul berwarna hitam. Namun, buku-buku ini juga masih mengangkat tema tentang kehidupan dan kesehatan mental.
Sinopsis Novel Manusia dan Badainya
Kisah Manusia dan Badainya berpusat pada seorang lelaki bernama Janu. Janu tumbuh besar dengan pola asuh yang kurang baik, di mana ia tak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya. Seluruh pilihan hidupnya ditentukan oleh sang ibu, Janu harus mengikuti keinginan ibunya. Saking sibuknya mendengarkan dan mengikuti keinginan sang ibu, Janu sampai lupa arah. Ia mempertanyakan, sebenarnya apa yang ia ingin lakukan untuk hidupnya?
Janu menyimpan banyak luka dari kehidupannya di rumah, karena ia tak menemukan ada keharmonisan di dalamnya, tak ada kedamaian, tak ada tanya jawab seperti “apa kabar?”, “sudah makan?”, dan pertanyaan-pertanyaan sederhana lainnya. Sangat memilukan baginya, karena tempat yang seharusnya untuk pulang, malah menjadi tempat yang membuatnya selalu ingin pergi.
Janu juga memiliki hubungan romansa yang dapat dikatakan toxic. Sebab, Janu selalu saja merasa memiliki keharusan untuk menolong pasangannya, padahal yang benar-benar membutuhkan pertolongan adalah dirinya sendiri. Ya, begitulah kecenderungan manusia, bisa membantu orang lain, tetapi tidak bisa membantu dirinya sendiri.
Namun, Janu mempunyai teman-teman yang positif, supportif, dan saling memahami latar belakang masing-masing. Memang benar apa kata orang, mempunyai sedikit teman saja yang bisa menjadi pendengar yang baik dan suportif, jauh lebih baik dibandingkan mempunyai banyak teman, tetapi saat kita terpuruk dan jatuh, tak ada satu orang pun yang memiliki keingingan untuk membantu kita.
Kelebihan Novel Manusia dan Badainya
Sebagai karya ke-9 Syahid Muhammad, kualitas novel Manusia dan Badainya ini tak perlu diragukan lagi. Iid dikenal selalu menyajikan karya yang relevan dengan kehidupan para pembacanya, dan memberikan pengetahuan serta manfaat praktis yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, karya-karya Iid selalu mengisahkan tentang bagaimana hiruk pikuk kehidupan memengaruhi kesehatan mental seseorang, dan apa yang sebenarnya individu butuhkan untuk mengatasi masalah tersebut.
Begitu juga dengan novel Manusia dan Badainya ini. Dalam novel ini, pembaca akan disajikan kisah yang membuka pengetahuan akan pentingnya kesehatan mental, apa itu depresi, jenis luka, hubungan keluarga, hubungan romansa yang toxic, lingkungan pertemanan yang baik, dan yang paling penting, yakni bagaimana caranya untuk merasa nyaman dengan dirimu sendiri.
Kemudian, novel ini juga tak hanya mengisahkan konflik yang dialami oleh Janu sebagai tokoh utama saja, tetapi juga mengulik permasalahan seluruh tokoh pada cerita. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki masalahnya atau badainya masing-masing. Iid uga menyajikan dinamika antartokoh yang dapat menjadi contoh yang baik bagi pembaca, yakni saling membantu di kala satu sama lain mengalami kesulitan.
Jika Grameds sedang berusaha untuk mengenal diri sendiri, novel Manusia dan Badainya ini sangat direkomendasikan untuk dibaca, karena novel ini merangkum berbagai pandangan yang mungkin relate dengan kehidupan kita. Novel ini dapat memberikan rasa hangat dan kesan sebagai teman yang dapat mengerti kondisi yang anda alami.
Kekurangan Novel Manusia dan Badainya
Selain kelebihan, novel Manusia dan Badainya ini memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada bagian awal cerita yang dinilai cukup lambat alurnya, karena hanya mengisahkan tentang hubungan Janu dengan kekasihnya. Hal ini membuat sejumlah pembaca sempat merasa jenuh. Namun, semakin mendalami kisah Janu pada kehidupan lain selain percintaan, pembaca dapat merasakan keseruan dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Janu.
Pesan Moral Novel Manusia dan Badainya
Melalui novel Manusia dan Badainya ini, kita dapat mengetahui bahwa sebenarnya diri kita beserta orang-orang yang hidup di sekitar kita saling membentuk tanpa sadar. Membentuk bisa memiliki dua arti, yakni membawa kita kepada diri kita yang sebenarnya, atau justru semakin jauh dari diri sendiri. Membentuk yang baik adalah membiarkan orang lain menjadi dirinya sendiri, dan tidak mencoba untuk mengatur atau membentuk seseorang menjadi seperti yang kita inginkan.
Novel ini juga mengajarkan bagaimana pentingnya untuk tidak membenci diri sendiri ketika dunia seakan menentangmu, dan dirimu sendiri tidak dapat membantu kehidupanmu. Belajar untuk memahami bahwa badai itu normal untuk dialami, ikhlas menerimanya, sambil berusaha untuk melaluinya. Novel ini juga menekankan bagaimana peran orang lain sangat penting untuk membantu seseorang menghadapi badainya. Maka dari itu, kita hendaknya dapat menjadi teman yang baik, yang mengulurkan tangan kepada teman yang membutuhkan pertolongan.
Nah, itu dia Grameds ulasan novel Manusia dan Badainya karya Syahid Muhammad. Bagi kalian yang ingin memahami lebih dalam tentang diri sendiri, atau individu beserta masalah-masalah umum yang dihadapinya, novel ini sangat direkomendasikan untuk Anda. Grameds bisa mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!
Rating: 4.08
- Review Novel The Time We Walk Together
- Review Novel Sangkakala di Langit Andalusia
- Review Novel Magnus Chase and The Gods of Asgard #3: The Ship of the Dead
- Review Novel Para Pencemas (Anxious People)
- Review Novel Patuhi Rules
- Review Novel Love Letters for Mr. T
- Review Novel Klara dan Sang Matahari
- Review Novel Gagal Cinta Kronis
- Review Novel Penyalin Cahaya
- Review Novel High Reputation
- Review Novel Philia
- Review Novel Dago Love Story
- Review Novel Temenan Sama Nasib
- Review Novel Merindu Cahaya De Amstel
- Review Novel American Gods
- Review Novel Brianna dan Bottomwise
- Review Novel Hilang Dalam Dekapan Semeru
- Review Novel The School for Good and Evil
- Review Novel Pembunuh di Balik Kabut
- Review Novel TeenLit: Vision
- Review Novel Banyu Biru
- Review Novel Lavender
- Review Buku English Classics: Sherlock Holmes - Short Stories #1
- Review Buku The Prophet
- Review Review Novel Belantara
- Review Novel Aliansi Monyet Putih
- Review Novel The Days I Love You
- Review Novel Misteri Kereta Api Biru
- Review Novel Cerita untuk Ayah
- Review Novel Lusi Lindri
- Review Novel Mayat dalam Perpustakaan
- Review Novel Rogue Lawyer
- Review Novel Para Pelindung (The Guardians)
- Review Novel Annisa
- Review Novel Arum Manis
- Review Novel Sang Penjaga Waktu (The Time Keeper)
- Review Novel Black House
- Review Buku Se(N)Iman
- Review Novel Not Me
- Review Novel Komsi Kamsa
- Review Buku Atavisme
- Review Novel Manusia dan Badainya
- Review Novel Muslihat dengan Cermin (They Do it with Mirror)
- Review Novel Masque of the Red Death
- Review Buku The Mysterious Affair at Styles
- Review Norse Mythology
- Review Novel Melbourne Wedding Marathon