Membunuh Commendatore merupakan novel yang ditulis oleh penulis penulis asal Jepang, Haruki Murakami. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2017 dengan dibagi menjadi dua volume atau jilid. Jilid pertama berjudul Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma, dan jilid kedua berjudul Membunuh Commendatore Jilid II: Metafora yang Bersalin Rupa. Novel ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Philip Gabriel dan Ted Goossen, dan dirilis menjadi volume tunggal dengan total 704 halaman pada 9 Oktober 2018 oleh Alfred A. Knopf di Amerika Serikat, dan oleh Harvill Secker di Inggris.
Novel ini juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada bulan Mei 2021, tetapi masih dibagi menjadi dua jilid. Novel ini mengisahkan tentang seorang pelukis muda. Saat menyepi di atas gunung, pelukis muda itu menemukan karya tersembunyi milik maestro seni lukis gaya Jepang yang berjudul “Membunuh Commendatore”. Dari situ, dia membuka sebuah lingkaran aneka peristiwa misterius yang mengguncang dunia tempat dia hidup. Apakah dia mampu menutup kembali lingkaran tersebut? Ini adalah pedang sungguhan, jika dipakai untuk menebas, darah dapat keluar.
Table of Contents
Profil Haruki Murakami – Penulis Novel Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma
Haruki Murakami merupakan pria 73 tahun, kelahiran 12 Januari 1949. Haruki Murakami tumbuh dewasa di Kobe, sebelum akhirnya pindah ke Tokyo untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Haruki Murakami mengemban pendidikan tinggi di Waseda University. Haruki Murakami merupakan seorang penulis Jepang kontemporer yang sudah dikenal hingga kancah internasional. Haruki Murakami sebagai seorang penulis telah diakui, dengan bukti banyaknya penghargaan yang ia raih di dunia kepenulisan
Beberapa penghargaan tersebut, di antaranya Yomiuri Literary Prize (1995), Kuwabara Takeo Academic Award (1998), Frank O’Connor International Short Story Award (Irlandia, 2006), Franz Kafka Prize (Cekoslovakia, 2006), Asahi Prize (Japan, 2006), dan Kiriyama Prize (2007). Karya-karya Haruki Murakami, baik itu, buku, esai, maupun cerita pendeknya, berhasil meraih kesuksesan dengan menjadi buku best seller di Jepang dan juga di cakupan internasional. Karya Haruki telah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa, dan telah terjual mencapai jutaan kopi di seluruh dunia.
Atas karya-karyanya tersebut, Haruki Murakami juga menerima banyak sekali penghargaan. Beberapa penghargaan itu, yakni Gunzou Prize for New Writers, World Fantasy Award, Frank O’Connor International Short Story Award, Penghargaan Franz Kafka, dan Penghargaan Yerusalem. Buku pertama karya Haruki Murakami berjudul Hear the Wind Sing, yang diterbitkan pada tahun 1979. Diketahui, Haruki menulis buku tersebut setelah usai bekerja sebagai pemilik dari sebuah bar jazz kecil selama tujuh tahun lamanya.
Karya Haruki lainnya yang terkenal, yaitu Norwegian Wood (1987), Kronik Burung Pegas (1994–1995), Kafka on the Shore (2002), 1Q84 (2009-2010), dan Men Without Women (2014). Buku 1Q84 bahkan menduduki peringkat pertama sebagai karya terbaik Jepang era Heisei (1989-2019) menurut surat kabar nasional Asahi. Karya-karya Haruki Murakami mencakup berbagai genre, seperti fiksi ilmiah, fantasi, dan fiksi kriminal. Karya Haruki Murakami juga dinilai khas dengan penggunaan elemen realis magis.
Dalam situs web resmi yang dimilikinya, Haruki Murakami mencantumkan Raymond Chandler, Kurt Vonnegut, dan Richard Brautigan sebagai inspirasi utama dari karya-karyanya. Selain itu, Haruki Murakami juga telah mengutip Kazuo Ishiguro, Cormac McCarthy, dan Dag Solstad sebagai penulis aktif yang menjadi favoritnya pada saat ini. Selain buku, Haruki Murakami juga menerbitkan karya berupa kumpulan cerita pendek, contohnya yang baru saja diterbitkan pada tahun 2020, yang berjudul First Person Singular.
Karya fiksi Haruki telah mempolarisasi kritikus sastra dan para pembacanya. Ia juga terkadang mendapat kritik dari kemapanan sastra Jepang, sebagai seorang non-Jepang, yang menyebabkan Haruki Murakami dianggap sebagai kambing hitam dalam dunia sastra Jepang. Sementara itu, Haruki Murakami juga digambarkan sebagai penulis yang sangat luar biasa oleh Gary Fisketjon yang merupakan editor koleksi Murakami the Elephant Vanishes (1993). Steven Poole dari the Guardian juga memuji sosok Haruki Murakami sebagai salah seorang bukuis masyhur yang masih hidup, untuk oeuvre dan seluruh pencapaiannya.
Sinopsis Novel Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma
Tokoh utama kisah ini adalah seorang pelukis potret yang tidak disebutkan namanya. Sang istri dikisahkan meninggalkan dia di bagian awal cerita. Akibat merasa hidupnya hancur, dia pun berhenti melukis potret dan melakukan perjalanan panjang. Di tengah perjalanannya itu, dia bertemu dengan seorang wanita yang gugup di sebuah restoran, tampaknya dia sedang melarikan diri dari seseorang.
Pelukis mencurigai bahwa dia melarikan diri dari seorang pria yang duduk di dekatnya ketika mereka makan. Sang pelukis pun menjuluki pria ini sebagai pria dengan Subaru Forester putih. Pelukis dan wanita itu pun pergi bersama dan menghabiskan malam di sebuah hotel. Keesokan paginya, dia bangun dan melihat wanita itu sudah pergi. Hari itu, pelukis kembali ke restoran yang sama lagi dan melihat pria dengan Subaru putih lagi. Dia merasa seolah-olah pria itu tahu persis apa yang dia lakukan dengan wanita gugup itu di hotel.
Perjalanan sang pelukis berakhir saat mobilnya mogok. Dia kemudian pindah ke rumah terpencil ayah temannya, Tomohiko Amada, seorang pelukis terkenal yang telah dipindahkan ke panti jompo. Di sana, di loteng, ia menemukan seekor burung hantu yang tinggal di dalamnya dan lukisan tak dikenal karya Tomohiko yang berjudul “Membunuh Commendatore”. Lukisan ini menggambarkan sebuah adegan dari opera Don Giovanni. Dia juga mulai bekerja sebagai guru seni di desa itu, untuk memenuhi kebutuhannya.
Sementara itu, seorang tetangganya yang kaya, Wataru Menshiki, menawarkannya sejumlah besar uang untuk melukis potretnya. Sang pelukis akhirnya setuju untuk mengambil penawaran tersebut. Dia akhirnya membuat sebuah potret yang berbeda dengan apa pun yang pernah dia lakukan sebelumnya. Hal itu kemudian menginspirasi dirinya untuk membuat potret pria dengan Subaru putih.
Pada suatu malam, dia mendengar bel berbunyi dan meminta Menshiki untuk membantunya menemukan sumber suara. Suara bel berasal dari tumpukan batu berat di belakang kuil di hutan. Menshiki menyewa kru konstruksi untuk memindahkan batu dan mereka menemukan lubang buatan dengan dinding batu yang dibangun dengan baik sekitar sembilan kaki tingginya. Tak ada apa pun di dalam lubang kecuali lonceng yang mereka singkirkan.
Ketika hubungan mereka tumbuh, Menshiki mengungkapkan kepada pelukis bahwa dia membeli rumahnya untuk memata-matai seorang remaja muda, Mariye Akigawa, yang dia curigai sebagai putrinya. Sementara itu, sumber bunyi bel ternyata merupakan sebuah ide yang mengungkapkan dirinya kepada pelukis sebagai salinan karakter Commendatore dari lukisan Tomohiko setinggi dua kaki. Ia tampil dengan daging dan darah yang kelihatan. Commendatore dan pelukis pun mengunjungi rumah Menshiki untuk melihat potretnya yang baru selesai, meskipun Menshiki tidak dapat melihat Commendatore.
Menshiki kemudian meminta pelukis untuk melukis potret Mariye, yang merupakan siswa di kelas seninya, sehingga Menshiki dapat “secara tidak sengaja” bertemu dengannya. Pelukis mulai melukis Mariye dan juga mulai melukis lubang. Dia berhenti mengerjakan lukisan manusia dengan pria Subaru putih, karena ia merasa bahwa lukisan itu menuntut supaya dia berhenti. Dia akhirnya menempatkan lukisan pria Subaru putih di dinding, sehingga agak tersembunyi dari pandangan.
Menshiki mampir selama salah satu sesi melukis dengan Mariye, dan dia segera menjalin hubungan dengan bibi Mariye yang telah merawat Mariye setelah kematian mendadak ibunya akibat lebah. Bibinya itu juga yang menemani Mariye dalam sesi melukis. Sementara itu, Mariye hilang. Putus asa untuk menemukan Mariye dan merasa bahwa kepergiannya terkait dengan lubang, pelukis meminta Commendatore untuk memberitahunya lokasi Mariye. Commendatore mengatakan kepadanya bahwa sebagai ide, dia dibatasi dalam apa yang bisa dia katakan.
Commendatore mengatakan bahwa dia harus menerima undangan berikutnya yang akan dia terima, tak peduli apa dan itu mungkin atau mungkin tidak mengarah pada petunjuk tentang keberadaan Mariye. Sang pelukis kemudian menerima undangan untuk bertemu Tomohiko Amada di panti jompo. Dia akhirnya memerankan kembali adegan dari lukisan Tomohiko, membunuh Commendatore mini dengan pisau pancing. Begitu dia membunuh Commendatore, sebuah pintu dibuka ke dunia lain oleh Long Face, karakter lain dari lukisan itu.
Ini menjadi sebuah perjalanan pelukis ke dunia bawah metafora untuk menyelamatkan Mariye. Setelah muncul dari dunia bawah, dia terjebak dalam lubang selama beberapa hari dan Menshiki menyelamatkannya. Gadis itu mampu melarikan diri tanpa terdeteksi dari rumah. Di akhir kisah, dia berdamai dengan istrinya yang terasing, yang sedang hamil besar dan orang yang tidak bertemu dengannya secara fisik selama setahun.
Kelebihan Novel Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma
Kelebihan novel Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma merupakan karya pertama Haruki Murakami yang memiliki unsur misteri dan memiliki ketegangan di dalam kisahnya. Kisah ini cukup menegangkan dengan berbagai peristiwa aneh dan seram yang menimpa sang pelukis. Kemudian, sudah menjadi ciri khas bagi Haruki Murakami untuk menyajikan kisah yang absurd, tetapi ketika dipikirkan secara mendalam sebetulnya tidak absurd.
Semua hal absurd tersebut seperti hadir dalam realitas kehidupan yang dianggap sebagai metafora atau bentuk lain. Dalam kisah ini, seperti sosok Commendatore menjelma menjadi sosok sungguhan, padahal dia adalah sosok yang ada di lukisan.
Haruki Murakami juga berhasil dalam menuliskan narasi kisah ini dengan menarik dan berlapis-lapis, yang membuat pembaca ingin terus membuka dan mengetahui kelanjutan kisahnya. Ditambah lagi, Haruki Murakami juga membangun karakter-karakter yang menarik dan misterius. Para karakter ini ditampilkan tidak terlalu sering, tetapi mampu membuat pembaca merasa penasaran akan kehadirannya.
Secara keseluruhan, novel Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma mampu membuat pembaca merasa tegang, merinding, dan merasa senang. Ini adalah sebuah kisah yang unik, absurd, dan penuh makna. Novel ini sangat direkomendasikan bagi anda yang menyukai kisah fantasi yang penuh misteri.
Kekurangan Novel Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma
Kekurangan novel Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma terletak pada alur cerita yang agak lambat. Seperti pada bagian narasi kegiatan yang dilakukan oleh tokoh dari pagi hingga dia tidur lagi, tanpa ada kejadian yang berarti. Hal ini membuat sejumlah pembaca merasa jenuh akan bagian-bagian seperti itu.
Kemudian, dalam novel Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma ini terdapat beberapa bagian cerita yang eksplisit, seperti adegan dewasa, dan terkait dengan kekerasan. Hal ini dapat mengganggu sebagian pembaca. Ini juga menjadikan novel Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma dapat dibaca oleh mereka yang telah berusia 18 tahun ke atas.
Pesan Moral Novel Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma
Melalui novel Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma, kita dapat mengetahui bahwa selalu ada risiko yang menunggu dalam sebuah rasa ingin tahu. Jika tidak menerima risiko apa pun, rasa ingin tahu tidak kan bisa terpuaskan. Layaknya seekor kucing yang dapat celaka akibat rasa ingin tahu menyusuri jalan raya. Begitu juga manusia dapat celaka akibat rasa ingin tahunya.
Melalui kisah ini, kita juga dapat belajar bahwa di dalam sejarah terdapat banyak hal yang lebih baik dibiarkan saja untuk diam dalam kegelapan. Pengetahuan bukan menjadi suatu hal yang selalu tepat untuk memakmurkan orang. Objektivitas seharusnya tidak melebihi subjektivitas. Fakta seharusnya tidak meniup habis khayalan.
Nah, itu dia Grameds ulasan novel Membunuh Commendatore Jilid I: Idea yang Menjelma karya Haruki Murakami. Penasaran akan peristiwa apa lagi yang akan menimpa sang pelukis? Bagaimana kelanjutan nasib si pelukis dalam dunia yang asing itu? Daripada penasaran, yuk langsung saja temukan jawabannya dengan mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com.
Rating: 4.05
- Review Novel My Youth
- Review Novel Membunuh Commendatore
- Review Novel Misteri Pasukan Cambyses
- Review Novel Some Kind of Summer
- Review Novel Tales of Mystery and Terror
- Review Novel Hujan Bulan Juni
- Review Novel The Woman in Cabin 10
- Review Buku Jalan Panjang untuk Pulang
- Review Novel Sewu Dino
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Misteri Buket Bunga Kematian
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Misteri Nona Bertangan Kidal
- Review Novel Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Kasus Hilangnya Sang Marquess
- Review Novel Ranjat Kembang
- Review Novel Urban Thriller: Playing Victim
- Review Novel The Dead Returns
- Review Novel And The There Were None (Lalu Semuanya Lenyap)
- Review Novel Kelab dalam Swalayan
- Review Novel Pocong Gundul
- Review Murder At Shijinso
- Review Novel Karavansara
- Review Novel A Thousand Splendid Suns
- Review Buku The Joy Of Missing Out
- Review Buku Limitless
- Review Novel Midnight Restaurant
- Review Buku Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau
- Review Novel Pembunuhan di Nihonbashi
- Review Novel Pertempuran Lain Dropadi
- Review Buku Sepotong Hati di Angkringan