Mereka Bilang Aku Kemlinthi merupakan novel karya Hanifa Vidya yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo pada tahun 2022. Novel 248 halaman ini mengisahkan tentang pandangan orang terhadap perempuan yang hanya boleh masak, macak (dandan), dan manak (beranak).
Mereka Bilang Aku Kemlinthi menjadi pemenang dalam The Writer’s Show Gramedia Writing Project tahun 2021. Hanifa Vidya selaku penulis berhasil mengangkat isu dan stereotype yang marak terjadi di masyarakat pedesaan– bercerita seputar mimpi, pendidikan, pendewasaan, dan kehidupan di suatu lingkungan.
Lalu, bagaimana alur dan karakter tokoh dari novel Mereka Bilang Aku Kemlinthi? Penasaran? Tenang, kamu bisa memiliki bukunya, tetapi biar semakin yakin untuk memilki novel ini, Grameds bisa simak ulasan review ini, ya.
Table of Contents
Penulis Novel Mereka Bilang Aku Kemlinthi
Hanifa Vidya Rizanti nama lengkapnya, entah bagaimana sejak kecil dipanggil Vivi, lahir pada Oktober 1992. Perempuan dengan MBTI INTP-T. Seorang istri, ibu, anak, dan kakak. Penggemar berat kue donat, Detective Conan, dan Keigo Higashino.
Vivi merupakan seorang sarjana komputer yang berpetualang di dunia kepenulisan. Selain menjadi seorang penulis, ia juga seorang pembaca yang menikmati tulisan-tulisan sarat makna dengan penyampaian sederhana. Vivi dapat disapa secara online melalui Instagram: @vini.vidi. vivi, Wattpad: @vinividivivi, atau secara offline di Kota Malang, Jawa Timur.
Karya-karya Hanifa Vidya yang telah dia tulis di Wattpad meliputi: Hangover #1, Minimalisa, Gugus Rahasia dan Variasinya, Improvisasi Rasa, Left Unsaid, The Countdown: Kekasih Hitung Mundur, Hangover #2, My Adorable Sister, TERSIPU (Tersandung Cinta Sepupu), dan Sakura Kiss.
Sinopsis Novel Mereka Bilang Aku Kemlinthi
Masak, Macak, Manak.
Ibuk dan orang-orang satu kampung selalu bilang, itulah sejatinya tugas perempuan. Bisa masak, pintar dandan, dan beranak. Anak perempuan ndak perlu sekolah tinggi-tinggi, yang penting mengabdi pada anak dan suami.
Aku ndak setuju. Itu pemikiran ndeso! Teman-temanku berlomba menggaet calon suami mapan supaya bisa menikah setelah lulus SMA. Aku heran, apa mereka ndak mau kuliah? Pas aku bilang begitu, mereka balas, “Sudah miskin, kemlinthi pisan!”
Salam kenal, aku Srikandi Trisnasari dari Desa Sekartaji. Aku miskin, tapi mau kuliah, bukan menikah. Ketika sebuah keluarga kaya membawaku ke Jakarta untuk sekolah, kupikir semuanya akan mudah. Tapi, aku salah.
“Usaha sama dengan gaya dikali perpindahan. Kalau lo merasa sudah berusaha tapi masih di situ-situ aja, itu artinya lo cuma kebanyakan gaya, alias kemlinthi!”
Mereka Bilang Aku Kemlinthi mengambil latar belakang dari sebuah desa di Malang, Jawa Timur, di mana budaya 3M (Masak, Macak, Manak) setelah SMA masih dijunjung tinggi. Bahkan pernikahan anak di bawah umur menjadi hal yang lumrah.
Sejak kecil, anak laki-laki maupun perempuan di lingkungan itu dibekali mindset bahwa tujuan utama hidup adalah menikah, berumah tangga, dan memiliki keturunan. Di desa tersebut bahkan ada anggapan bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, yang terpenting hanyalah mengabdi pada anak dan suami.
Mereka Bilang Aku Kemlinthi menceritakan sebuah perjalanan kehidupan anak kurang mampu bernama Srikandi dari sebuah desa di Malang, yang bermimpi bisa menempuh pendidikan ke jenjang perkuliahan, sehingga di kampungnya dia sering dibilang kemlinthi yang berarti belagu, songong, besar mulut, dan tidak tau diri.
Hingga akhirnya, Sri bertemu dengan sebuah keluarga dari Jakarta yang sedang mengunjungi desa itu. Melihat semangat dan kegigihan untuk bisa kuliah pada diri seorang Srikandi, keluarga itu menawarkan untuk membiayai sekolah di Jakarta agar lebih mudah mendapatkan beasiswa untuk kuliah.
Namun realita ternyata tak semanis ekspektasi. Setelah Sri sepakat untuk ikut tinggal di Jakarta bersama keluarga kaya tersebut, bukan hidup bahagia yang Sri dapat melainkan banyak hal-hal sulit yang melanda kehidupannya.
Meski begitu, Sri tetap memilih untuk memperjuangkan apa yang menjadi mimpinya. Bersama teman-teman baik yang ia temui di Jakarta–juga bersama kak Liam, lelaki yang memperkenalkan mantra geloof in jezelf padanya agar ia selalu percaya pada dirinya sendiri.
Lalu, bagaimana perjuangan Sri dalam mewujudkan mimpinya? Apakah mimpinya berhasil terwujud? Dapatkan segera bukunya di gramedia.com.
Review Novel Mereka Bilang Aku Kemlinthi
Mereka Bilang Aku Kemlinthi menceritakan tentang Srikandi, seorang perempuan yang hidup di Desa Sekartaji, Kecamatan Tlogowangi, Malang, Jawa Timur–sebuah tempat yang mengerdilkan mimpi seorang anak perempuan karena stereotype yang dianut masyarakat setempat.
Bahwa perempuan tidak boleh berpendidikan tinggi. Bahwa perempuan harus mengabdi pada anak dan suami. Bahwa perempuan dilahirkan untuk menikah. Bahwa tugas perempuan adalah masak, dandan, dan beranak.
Srikandi tidak setuju. Srikandi adalah satu-satunya perempuan dari desa itu yang tidak setuju dengan stereotype soal perempuan. Dia ingin melanjutkan pendidikan setinggi mungkin, meski mendapat banyak pertentangan. Beruntung sebuah keluarga kaya raya menemukan potensinya dan membiayainya untuk sekolah di Jakarta.
Keluar dari desa itu dan pindah ke Jakarta tak lantas membuat kehidupan Sri mulus, dia harus beradaptasi, bertemu dengan orang-orang yang tidak selalu baik, dan hal-hal sulit lain yang ia temui dalam hidupnya. Satu pelajaran yang bisa kita dapatkan dari karakter Srikandi adalah keberanian untuk memperjuangkan apa yang dia inginkan.
Srikandi akan mengajarkan dan menginspirasi kita semua bagaimana untuk tetap bersyukur dengan keadaan apapun, tetap semangat dalam meraih cita-cita, pantang menyerah, dan selalu optimis dalam menata masa depan. Begitu juga yang diajarkan oleh tokoh Kak Liam.
Mereka Bilang Aku Kemlinthi menjadi pemenang dalam The Writer’s Show Gramedia Writing Project tahun 2021. Isu yang diangkat dalam novel adalah isu yang masih terjadi sampai saat ini dan menarik untuk diangkat.
Dengan adanya latar tempat, waktu, dan suasana yang ada pada novel ini, para pembaca juga seolah-olah terlibat dalam cerita tersebut sehingga mudah memahami alur cerita. Novel ini menciptakan benih-benih inspirasi dan mengambil hati pembaca, khususnya bagi kita yang sedang menempuh pendidikan dan memerlukan motivasi dari diri sendiri atau kisah orang lain untuk tetap semangat meraih mimpi.
Tema pendidikan yang diangkat Hanifa Vidya dalam novel ini menarik minat banyak pembaca, kisahnya yang selalu fenomenal, dan mengangkat masalah seputar proses pendewasaan, serta mengupas pentingnya edukasi dapat menularkan energi yang positif bagi pembaca.
Novel ini menggunakan alur maju dengan konflik yang cukup kompleks di dalamnya namun masih mudah dipahami. Tata bahasanya menggunakan bahasa Indonesia dan ada juga beberapa dialog yang menggunakan bahasa Jawa, namun hal tersebut tidak akan menyulitkan pembaca karena penulis menyediakan terjemahan untuk mudah memahami artinya.
Mereka Bilang Aku Kemlinthi sangat menarik untuk dibaca oleh berbagai kalangan, karena banyak sekali unsur-unsur pendidikan yang terkandung di dalamnya baik etika, moral, pendewasaan, dan semangat untuk maju. Novel ini akan membuat kita menyadari betapa pentingnya pendidikan dan memiliki keberanian untuk bermimpi.
Cerita yang diangkat dalam novel ini dapat membuat kita melihat sulitnya perjuangan seorang perempuan meraih mimpinya dalam mengenyam pendidikan, sehingga kita bisa lebih bersyukur dengan hal sekecil apapun yang bisa kita raih.
Selain itu, warna ungu gelap dengan kilauan cahaya yang ada pada cover novel ini, juga sosok perempuan yang duduk di rerumputan sambil menatap ke arah langit, merepresentasikan sosok Srikandi yang hidup di desa dan memiliki suatu impian di tengah gemerlapnya ibu kota.
Pendidikan adalah sesuatu yang bisa mengubah hidup orang lain. Mungkin itu adalah satu kalimat yang tepat untuk menggambarkan apa mimpi Srikandi. Ia ingin mengenyam pendidikan dan pergi ke ibu kota. Lewat novel ini, kita akan bersama-sama menemani perjalanan Srikandi meraih mimpinya bersama keluarga barunya.
Kisah romansa dalam novel ini tidak terlalu menonjol, hanya tipis-tipis antara Srikandi dan Kak Liam, itu pun tidak menemukan suatu konklusi di akhir cerita sehingga ending cerita terkesan menggantung. Mereka Bilang Aku Kemlinthi mungkin bukan cup of tea bagi pembaca yang menyukai drama percintaan, sebab novel ini lebih mengangkat tentang isu pendidikan.
Meski begitu, novel ini sangat worth it untuk dibaca karena akan menularkan semangat berani pada para perempuan dan orang-orang yang ingin mencapai impian mereka. Buku ini menjadi teman yang pas bagi kita dalam perjalanan meraih apa yang kita impikan.
Dapatkan buku Mereka Bilang Aku Kemlinthi di toko gramedia terdekat atau di gramedia.com. Yuk, ikuti perjalanan Srikandi meraih mimpi-mimpinya dan beli bukunya sekarang juga!
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Ananda Aprilia
Rekomendasi Buku Terkait
Literature for Teens: A Librarian`s Diary
Beberapa cuplikan dalam buku ini, alasan mengapa aku tidak setuju menjadi penjaga perpustakaan keluargaku: 1. Aku masih enam belas tahun. 2. Yang berarti, aku masih remaja dan seharusnya menikmati masa mudaku. 3. Namun, waktuku malah dihabiskan untuk mencatat nomor-nomor buku perpustakaan keluargaku sendiri! 4. Sepulang sekolah aku tidak bisa nongkrong dengan sahabatku. (Bisa sih, tapi di perpustakaan, dan bagiku itu sama sekali bukan nongkrong.) 5. Ini pekerjaan yang sangat membosankan, omong-omong. Tapi, tahu yang paling parah? Aku harus membiasakan diriku menghadapi cowok paling datar sedunia!
Buku ini cocok untuk mu yang sedang mencari bahan bacaan, sebab membaca membuatmu dapat berpikir kritis, transformasi ilmu dan juga banyak hal di dalam buku.
Literature for Teens: Hectic, Hectic, Hat Trick!
Safiya adalah seorang pelajar di salah satu SMA unggulan di Jakarta yang sedang dibuat bingung. Blog pribadinya dibekukan oleh pihak sekolah. Tulisannya di blog mengenai sekolah dianggap terlalu kontroversial. Safiya pun terancam dikeluarkan dari sekolah jika tetap nekat melakukannya, karena dianggap merusak nama baik sekolah.
Gadis itu pun hanya belajar dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tanpa menulis, yang membuatnya merasa hampa. Tanpa disangka, seorang kakak kelas datang menawarkan bantuan untuk berunding dengan kepala sekolah. Tentu Safiya senang.
Di tengah-tengah hectic-nya memperjuangkan blog agar tidak dibekukan, seorang cowok mencoba mendekatinya, Varo. Padahal, Safiya tidak ada pikiran untuk punya pacar. Apakah Safiya akan berfokus memperjuangkan blognya, atau mencoba untuk belajar membuka hati di tengah kehidupan SMA-nya?
Referensi:
- Vidya, Hanifa. 2022. Mereka Bilang Aku Kemlinthi. Jakarta: Elex Media Komputindo.
- Review Buku 21 Pelajaran untuk Abad 21
- Review Buku A Slow Fire Burning
- Review Buku Alien Karya Lee Chanhyuk
- Review Buku Artemis Fowl
- Review Buku Boundary Boss: Berani Tentukan Batasan
- Review Buku Crying In H Mart
- Review Buku Dari Priyayi sampai Nyi Blorong
- Review Buku Esther Bunny Karya Esther Kim
- Review Buku Finding Ikigai in My Journey
- Review Buku How To Win An Argument
- Review Buku Jangan diklik #1: Rahasia Ayu
- Review Buku Jangan Diklik #2: Ketika Sukma Terjaga
- Review Buku Kambing Hitam Teori Rene Girard
- Review Buku Kisah dari Halaman Belakang
- Review Buku Kuasa Uang
- Review Buku Life Without Limits: Tanpa Lengan Dan Tungkai
- Review Buku Memory For Forgetfulness
- Review Buku Merakit Kapal
- Review Buku N Or M
- Review Buku Nusantara Karya Bernard H. M. Vlekke
- Review Buku Our Violet Ends
- Review Buku Para Perawan (The Maidens)
- Review Buku Perbaiki Diri, Perbarui Hati
- Review Buku Practical Step To Think And Grow Rich
- Review Buku Saga Dari Samudra Karya
- Review Buku Saha Mansion
- Review Buku Sepasang Sepatu Tua
- Review Buku Seribu Wajah Ayah
- Review Buku Stargirl
- Review Buku Ten Years Challenge
- Review Buku Tetap Waras Di Tengah Orang Toksik
- Review Buku The Circle Blueprint
- Review Buku The Devil All The Time
- Review Buku These Violent Delight
- Review Buku Verity
- Review Buku We Hunt The Flame
- Review Buku Wizard Bakery
- Review Komik Jujutsu Kaisen
- Review Novel Atharrazka
- Review Novel Buku Besar Peminum Kopi
- Review Novel Book Shamer
- Review Novel Catur Karya Blueantlawarm
- Review Novel Fahrenheit 451 Mass Market
- Review Novel Hijab for Sisters 4
- Review Novel Jiva: Kala Kehidupan Misteri Menyapa
- Review Novel Keep Up with Us
- Review Novel Moby Dick
- Review Novel Parijs van Java
- Review Novel Pemetik Bintang
- Review Novel Puisi Mbeling
- Review Novel Punching the Air
- Review Novel Second Chance
- Review Novel The Book of Two Ways
- Review Novel Tokyo dan Perayaan Kesedihan
- Review Novel To All the Boys I’ve Loved Before
- Review Novel To The Bone
- Review You, Ketika Cinta Tidak Pernah Terucap