MetroPop: 90 Hari Mencari Suami merupakan novel karya Ken Terate. Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama pada Oktober 2019. Novel ini mengangkat kisah tentang kehidupan metropolitan yang modern, yang juga masih dipengaruhi budaya, yakni kepercayaan tentang pernikahan.
Eli mulai panik ketika akhirnya ia resmi masuk kepala 3. Mimpi-mimpinya mengenai menjadi sukses sebelum 30 tahun mulai terasa kandas, karena dia tidak hanya belum menikah, tetapi juga belum memiliki pacar. Kariernya juga sama karamnya dengan kapal Titanic. Eli masih menjadi budak artis di Glow Event Company, dan ia sadar dirinya tidak akan pernah naik pangkat menjadi artis.
Kepanikannya bertambah berkali-kali lipat ketika Lisa, adik perempuannya akan segera menikah. Waduh! Dalam budaya Jawa, terdapat mitos yang mengerikan tentang situasi ini. Kalau kamu didahului menikah oleh adikmu, maka kamu akan menjadi jomblo selamanya.
Eli sendiri tidak tahu apakah ia ingin menikah dan membangun keluarga. Namun, Eli yakin bahwa dirinya tak ingin menua sendiri. Masalahnya, jika tidak ingin jadi jomblo abadi, Eli harus menemukan suami dalam waktu kurang dari 90 hari! Seperti belum cukup permasalahan yang dihadapinya, Eli juga dipecat dari pekerjaannya!
Apakah ada yang lebih mengerikan dibanding berusia 30 tahun dan gak memiliki pekerjaan? Ada! Yakni berusia 30 tahun, nganggur, jones alias jomblo ngenes, dan terancam jadi perawan tua.
Table of Contents
Profil Ken Terate – Penulis Novel MetroPop: 90 Hari Mencari Suami
Ken Terate adalah penulis wanita asal Indonesia yang sudah jatuh cinta pada buku sejak ia masih kecil. Ken Terate selalu merasa tak sabar menunggu pulang sekolah, supaya ia bisa cepat-cepat membaca buku yang dipinjam dari perpustakaan. Kecintaannya kepada buku ini kemudian mengantarkannya menjadi penulis belasan novel, entah berapa ceria pendek, dan entah berapa artikel.
Sejumlah novel karya Ken Terate, yakni My Friends, My Dreams (2005), Join The Gang (2005), Marshmallow Cokelat (2007), Jurnal Jo (2008), 57 Detik (2009), Jurnal Jo: Online (2010), Dark Love (2012), Episode Cinta (2014), Minoel (2015), Savanna & Samudra (2018), dan MetroPop: 90 Hari Mencari Suami (2019). Ken Terate merasa sangat terberkati, karena ia menjalankan profesi yang menjadi hobinya. Ken Terate sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Ia menetap di Jogja bersama keluarganya. Ken Terate menandakan harinya dimulai setelah ia minum teh.
Sinopsis Novel MetroPop: 90 Hari Mencari Suami
Pada usia 15 tahun, Eli ingin menjadi model majalah remaja. Namun, keinginannya ini gagal total, karena ia bahkan tidak terpilih menjadi finalis. Eli sangat yakin bahwa foto yang dikirimkannya nyasar dan tak pernah sampai ke meja redaksi. Sebab, ia merasa dirinya jauh lebih cantik dibandingkan finalis-finalis yang lolos.
Pada usia 17 tahun, Eli ingin menjadi penyiar radio lokal. Namun, keinginannya ini juga tidak tercapai. Malah temannya yang giginya tonggos yang berhasil menjadi penyiar. Eli berpikir bahwa temannya itu menawarkan dadanya yang juga tonggos kepada manajer. Dan temannya ini sudah tidak tonggos lagi berkat memakai behel warna-warni, serta kini menjadi penyiar TV.
Pada usia 20 tahun, Eli ingin menjadi bintang kampus. Sebab, Eli ini cukup terkenal di kampus. Eli aktif di berbagai kegiatan kampus, tetapi tidak pernah mendapatkan predikat apapun. Namun, Eli yakin dirinya lebih terkenal dibandingkan ketua BEM, karena dia adalah aktivis kampus yang cantik.
Pada usia 22 tahun, Eli ingin lulus kuliah dengan IP paling tinggi dan menempuh masa kuliah paling singkat. Namun, kuliah Eli malah molor satu tahun. Hal ini diakibatkan Eli mendapatkan dosen pembimbing skripsi yangĀ moody. Eli juga sibuk kuliah sambil bekerja. Lagi pula, temannya yang lulus paling cepat adalah seorang kutu buku dan tak dikenal siapapun.
Pada usia ke-22 hingga 24 tahun, Eli ingin mendapatkan pekerjaan keren, yakni menjadi selebriti. Eli berhasil mendapatkan pekerjaan yang ia kira keren, tetapi setelah dijalani tidak sekeren itu. Eli bekerja sebagai sosok yang mengurusi selebriti, bukan sebagai selebritinya.
Pada usia yang ke-25 tahun, Eli ingin menjadi terkenal di seluruh Indonesia dan mendapatkan berbagai penghargaan. Namun, keinginannya ini tidak bisa tercapai. Tidak usah bertanya mengapa.
Pada usia 26 tahun, Eli ingin menjadi orang yang kaya, sudah jalan-jalan ke berbagai daerah, dan memiliki tunangan keren yang merupakan miliarder. Pada usia ke-28 tahun, Eli ingin menikah dengan tunangannya yang tampan dan kaya itu. Pada usia yang ke-30 tahun, Eli ingin memiliki 2 orang anak yang lucu. Namun, ya gak usah dibahas.
Eli resmi menginjak kepala 3, dan hal ini membuatnya panik. Di usianya yang telah 30 tahun ini, Eli terancam menjadi jomblo seumur hidup. Sebab, adik bungsunya telah merencanakan pernikahan. Sedangkan, adiknya yang kedua juga akan menyusul untuk melamar pacarnya segera. Sementara Eli, jangankan calon suami, pacar saja gak punya.
Mimpi-mimpinya untuk menjadi sukses sebelum 30 tahun mulai terasa kandas, karena kariernya juga sama karamnya dengan kapal Titanic. Eli masih menjadi budak artis di Glow Event Company, dan ia sadar dirinya tidak akan pernah naik pangkat menjadi artis. Kehidupan sedang tidak berjalan sesuai dengan rencana Eli.
Eli yang berdarah Jawa percaya kepada mitos bahwa jika dilangkahi menikah oleh adik, maka dia akan menjadi jomblo seumur hidup. Eli memang tidak yakin jika dirinya ingin menikah atau membangun keluarga, tetapi ia cukup yakin jika dirinya ingin memiliki pendamping hidup. Maka itu, Eli harus mencari suami dalam waktu kurang dari 90 hari!
Di tengah kesibukannya sebagai seorang Event Organizer, Eli meminta saran kepada Sandra, sahabatnya yang telah menikah dengan seorang bule. Selain kepada Sandra, ia juga meminta saran kepada Rosa, seorang fotografer lepas yang juga merupakan sahabatnya sejak bekerja di Glow. Sayangnya, mereka berdua tampaknya tidak bisa memberikan saran apa-apa.
Sandra kini sedang mendapatkan masalah, yakni berselisih pendapat dengan sang suami. Dan Rosa harus menghadapi dirinya mengandung dan tak bisa meminta pertanggungjawaban dari pria yang menghamilinya itu. Untungnya, Sandra masih sempat memberikan Eli sebuah catatan khusus dengan judul 90 hari mencari suami.
Eli terus dihantui oleh mitos tentang dilangkahi menikah itu. Eli sempat beberapa kali berkenalan dengan laki-laki, tetapi ada saja kendalanya. Mulai dari yang anak mami, hingga seorang yang posesif. Walaupun Eli berusaha untuk tak memercayai mitos itu, tetapi sebenarnya dia juga takut jika dia benar-benar tidak menikah.
Kelebihan Novel MetroPop: 90 Hari Mencari Suami
Novel 90 Hari Mencari Suami ini menjadi novel pertama karya Ken Terate yang bergenre metropop. Novel ini dinilai sukses sebagai novel metropop, karena menghadirkan tokoh utama yang merupakan gambaran gadis metropolitan yang memiliki masalah terkait dengan karir dan kisah cinta. Ide cerita ini dinilai unik, karena menggambungkan kehidupan modern dengan unsur tradisional yang terkait dengan budaya dan kepercayaan.
Hal ini seperti mengingatkan pembaca bahwa meskipun zaman sudah modern, tetapi tradisi tetap tidak ditinggalkan. Pada novel MetroPop: 90 Hari Mencari Suami ini, Ken Terate dinilai tetap menyajikan cerita dengan gaya khasnya yang menyenangkan untuk dibaca. Kehidupan Eli sebagai tokoh utama terasa dekat dengan kehidupan pembaca.
Novel ini juga tidak hanya berfokus kepada kehidupan Eli saja, tetapi juga menceritakan kehidupan tokoh lainnya, sehingga tidak membosankan. Ken Terate juga membuat sebuah perkembangan karakter yang dinilai cukup signifikan dan mulus. Dari yang tadinya pembaca dapat merasa kesal dengan karakter para tokohnya, pada akhirnya dapat bersimpati.
Alur kisah ini juga cukup cepat, sehingga pembaca merasa bahwa 360 halaman tidak banyak. Pembaca dapat merasakan berbagai emosi saat membaca kisah ini, mulai dari tertawa lepas, terharu, panik, sedih, dan sebagainya. Selain menghibur, novel ini juga banyak memberikan insight yang membuat pembaca merefleksikan tentang tuntutan masyarakat dan tujuan menikah.
Kekurangan Novel MetroPop: 90 Hari Mencari Suami
Kekurangan pada novel MetroPop: 90 Hari Mencari Suami ini terletak pada bagian pengantar yang dinilai terlalu panjang. Pada bagian awal, sejumlah 90 halaman awal hanya menceritakan perjalanan Eli sampai akhirnya memutuskan untuk mencari suami. Narasi pengantar ini dinilai terlalu panjang, dan pembaca mengharapkan lebih banyak narasi tentang perjalanan Eli saat mencari suami.
Kemudian, pembaca juga menemukan adanya beberapa percakapan yang dinilai canggung, karena menggunakan bahasa yang cenderung baku. Hal ini dinilai kurang cocok untuk latar kisah ini yang adalah dunia modern di kota besar. Selain itu, walaupun telah dilengkapi dengan referensi yang modern, cara Eli menyampaikan cerita terasa jadul.
Pesan Moral Novel MetroPop: 90 Hari Mencari Suami
Melalui cerita 90 Hari Mencari Suami ini, kita diingatkan untuk menelaah kembali alasan kita untuk menikah. Apakah Anda ingin menikah karena ada tuntutan dari keluarga atau masyarakat? Jika alasan untuk menikah adalah karena takut tidak memenuhi tuntutan orang lain, Anda sebaiknya tidak menikah.Sebab, pada akhirnya yang akan menjalankan pernikahan adalah Anda, bukan mereka yang menuntut Anda. Jadi, prioritaskan keinginan Anda sendiri.
Melalui membaca novel ini juga, kita diingatkan untuk senantiasa menabung demi masa depan. Jangan sampai seperti Eli yang memiliki gaji besar, tetapi tidak memiliki tabungan untuk masa depan. Jangan menghabiskan waktu atau hartamu untuk hal-hal yang tidak berguna.
Itu dia artikel ulasan novel MetroPop: 90 Hari Mencari Suami karya Ken Terate. Novel ini sangat direkomendasikan untuk Anda yang merasa senasib dengan Eli, atau yang sedang merencanakan pernikahan. Anda bisa mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com atau aplikasi Gramedia Digital. Selamat membaca!
Rating: 3.64
- Review Novel Romance is Not For IT Folks
- Review Novel Maria Beetle
- Review Novel Bungo Stray Dogs
- Review Novel MetroPop: 90 Hari Mencari Suami
- Review Novel The Long Walk
- Review Normal People
- Review Novel Fase
- Review Novel Goodbye Days
- Review Novel Dua Sisi
- Review Novel Sesuk
- Review Novel Leiden
- Review Buku Jodohku dalam Proposal
- Review Buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam
- Review Novel The Viscount Who Loved Me
- Review Novel Negeri Senja
- Review Novel Bincang Akhlak
- Review Novel Himpunan
- Review Novel The Second Marriage: Mencari Kebahagiaan di Tengah Reruntuhan Rumah Tangga
- Review Novel Haru Mahameru
- Review Buku Cinta Laki-Laki Biasa
- Review Novel Supernova 4: Partikel
- Review Novel Supernova 5: Supernova
- Review Novel Supernova 6: Inteligensi Embun Pagi
- Review Novel Pelangi untuk Rida
- Review Fourth Element
- Review Novel Metropop Three Sisters
- Review Novel Bendera Setengah Tiang
- Review Novel Hellow Adam
- Review Novel Best Part
- Review Novel Holly Mother
- Review Novel Utara
- Review Buku Metropop: Ikan Kecil
- Review Novel Prince Karya Yohananic_
- Review Novel Alkana Maheswara Karya Lusiafriaa
- Review Novel City Lite: As Always, I Loveā¦ Karya Nureesh Vhalega
- Review Novel Undaunted: Ketika Cinta Mensyaratkan Pengorbanan Karya Staffkumpala
- Review Novel Apartemen 12A-05
- Review Novel Aporia
- Review Novel The Sun Above Our Heads
- Review Novel Land of Stories: Worlds Collide
- Review Buku Kitab Pink Karya Jason Ranti
- Review Novel Turning Page