Pantai Pesisir – Pantai Pesisir adalah buku kumpulan puisi yang ditulis oleh seorang penulis bernama Noorca M. Massardi. Tetapi, buku kumpulan puisi bukanlah buku kumpulan puisi biasa. Karena Noorca, sebagai penulis menciptakan puisi haiku, puisi kuno khas Jepang.
Apa puisi haiku itu? Nah sobat grameds, puisi haiku adalah puisi kuno khas Jepang yang terdiri dari tujuh belas suku kata dengan pola 5-7.5 disertai dengan kigo dan kireji. Puisi Haiku terkenal sebagai puisi yang sangat pendek dan padat.
Selain memiliki pola yang unik, Haiku juga khas karena keberadaan kigo dan kireji tadi. Unsur Kigo mengungkapkan empat musim, baik itu kondisi alam di empat musim maupun ungkapan perasaan penulis pada empat musim tersebut. Sedangkan kireji adalah kata-kata yang dipakai untuk memotong frase dalam Haiku atau memiliki fungsi sebagai pemenggal ungkapan.
Penggunaan Kigo dalam Haiku membantu menciptakan keterkaitan dengan alam serta memperkaya makna puisi Haiku, sementara Kireji untuk menciptakan ketegangan, penegasan, pemikiran, atau gambaran dalam puisi Haiku. Penggunaan Kigo dan Kireji ini yang membuat puisi Haiku memiliki kedalaman makna.
Meskipun puisi Haiku ini berasal dari Jepang, namun bentuk puisi yang unik ini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di seluruh dunia dan hingga kini menjadi populer di kalangan penyair di luar Jepang. Haiku biasanya menggambarkan momen-momen dengan alam dan menjadi media penyampai yang lebih cermat untuk mengungkapkan perasaan kepada alam.
Nah, grameds, salah satu penulis Indonesia kemudian membuat sebuah karya bentuk puisi Haiku yang dikumpulkan dalam satu buku berjudul “Pantai Pesisir” oleh Noorca M. Massardi.
Sekilas Tentang Noorca M. Massardi, Penulis Puisi Haiku “Pantai Pesisir”
Sumber: Facebook.com/noorca/
Noorca Marendra Massardi adalah seorang penulis, sutradara, penyunting, dan jurnalis yang lahir di Subang, 28 Februari 2954. Ia adalah anak kelima dari 12 bersaudara, Noorca memiliki saudara kembar bernama Yudhistira Massardi.
Noorca aktif di bidang jurnalisme Indonesia, ia pernah mengenyam pendidikan jurnalisme di Ecole Superieure de Journalisme (ESJ) Prancis pada tahun 1981. Setelah lulus dari Prancis, Noorca bekerja menjadi pembawa berita harian di Kompas pada tahun 1982 sampai 1985.
Kemudian, Noorca mendirikan majalah Jakarta-Jakarta dan menjabat sebagai pemimpin redaksi pada tahun 1985 hingga 1989. Menjadi Redaktur Eksekutif di Majalah Vista FMTV pada tahun 1990 hingga 1992, Redaktur Eksekutif Majalah Forum Keadilan pada tahun 1992 hingga 2003, Pemimpin Redaksi Majalah Telset pada tahun 2002 hingga 2003, dan menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Hong Shui Living Harmony dari tahun 2004 hingga 2006.
Noorca adalah seorang penulis yang pernah hidup sebagai gelandangan. Ia begitu tertarik dengan drama hingga hera menghabiskan uangnya untuk menonton pertunjukkan “Menunggu Godot” karya Rendra.
Karena kecintaannya pada seni drama, ia kemudian beberapa kali memenangi lakon sandiwara yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dalam Sayembara Penulisan Lakon. Beberapa karya Noorca yang pernah memenangkan penghargaan adalah Perjalanan Kehilangan (1976), Terbit Bulan Tenggelam Bulan (1976), Naskah Tinton (1976) dan Mencari Taman (1978) dalam Sayembara Penulisan Lakon Anak-anak Direktorat Kesenin Depdikbud (1976), Naskah Kuda-Kuda dalam Sayembara Penulisan Lakon Pemerintah Kawasan Jawa Barat (1975).
Noorca aktif sebagai penulis dan telah menerbitkan sejumlah novel, seperti novel Sekuntum Duri (1978), Mereka Berdua (1981), dan September (2006). Bersama dengan Rayni N. Massardi, istrinya, Noorca dikaruniai dua orang putri yang diberi nama Cassandra Massardi dan Nakita Massardi.
Kelebihan dan Kekurangan Pantai Pesisir Karya Noorca M. Massardi
Kumpulan puisi Haiku karya Noorca ditulis dengan menggunakan empat bahasa sekaligus. Di dalamnya terdapat bahasa Indonesia, Inggris, Prancis, dan Jepang sebagai pemilik puisi Haiku itu sendiri. Buku ini memiliki ketebalan 317 halaman.
Pantai Pesisir sebagai karya puisi Haiku dipenuhi dengan ilustrasi haiga, yaitu gambar yang berkaitan dengan isi puisi Haiku. Tema yang diambil oleh Noorca untuk kumpulan puisi Haikunya ini sangat beragam, mulai dari alam, budaya, cinta, dan Tuhan. Tema tentang Tuhan lebih mendominasi dan menjadi puisi paling tebal yang dibuat oleh Noorca –yang rasanya lebih personal.
Noorca dalam Pantai Pesisir seolah ingin menyampaikan bahwa bermain dengan kata-kata itu asyik. Karena dalam membuat puisi Haiku sendiri membutuhkan keterampilan yang tinggi, pengamatan yang terperinci, pemilihan kata yang khusus, serta bagaimana puisi itu memiliki kedalaman makna.
Pembaca buku Pantai Pesisir ini tentunya akan memiliki pengalaman membaca puisi yang baru, karena puisi ini sendiri yang berbentuk puisi Haiku. Menurut Kemal A. Surianegara, seorang pakar ekonomi dan manajemen serta pelatih reiki menyampaikan bahwa Noorca menggambarkan kata, bukan mengatakan gambar sehingga itulah yang membuat Noorca melampaui keterbatasan Haiku dan meraih kebebasan menulis tanpa kata-kata.
Sujiwo Tejo, seorang seniman dan budayawan yang dikenal multitalenta juga memberikan komentar untuk buku “Pantai Pesisir” karya Noorca ini, ia mengatakan bahwa yang masuk ke jiwanya ketika membaca buku ini adalah efek dari tiga bahasanya, yaitu bahasa-kata, rupa, dan musik yang bisa Sujiwo bunyikan dan rekam sendiri saat membacanya. Ia menegaskan bahwa yang masuk ke jiwanya bukan hanya teks, tetapi juga konteks bahasa yang dipadukan dengan kata, musik, dan rupa.
Christyan AS, seorang aktor, pengarang, perupa, dan pemusik menyatakan bahwa membaca Haiku bersamaan dengan gambar membuat puisi ini terasa utuh. Bahkan, meskipun Noorca bukan seorang perupa, imajinasi visual yang ia miliki lincah, segar, dan tanpa beban sehingga “Pantai Pesisir” menunjukkan khazanah pengalaman estetiknya terhadap seni visual.
Kendati demikian, sebagai kumpulan puisi jenis baru. Membaca puisi Haiku membutuhkan waktu yang khusus. Tidak sedikit bahkan yang mencoba untuk memahami dan menghayati puisi Haiku yang pada akhirnya merasa tetap tidak mengerti apa yang disampaikan penulis. Sehingga pembaca harus benar-benar membacanya secara perlahan agar apa yang tertuang di dalam puisi bisa menyentuh isi hati.
Pantai Pesisir karya Noorca M. Massardi ini tentunya masih bisa dinikmati, karena kita menjadi tahu bahwa kata-kata bisa diekspresikan tanpa batas. Terkhusus bagi kamu yang ingin memiliki pengalaman membaca yang baru dan berkenalan dengan puisi Haiku. Siapa tahu, karena buku Noorca ini, kamu malah tertarik untuk menekuni puisi Haiku yang unik.
Rekomendasi Buku Lainnya Karya Noorca M. Massardi
Hai Aku: Kumpulan Puisi
Hai Aku adalah buku kumpulan puisi karya Noorca M. Massardi, sama seperti buku “Pantai Pesisir”, buku ini pun ditulis oleh Noorca dengan menggunakan pola puisi kuno Haiku dari Jepang. Kumpulan puisi ini dihasilkan berkat kerja keras dan kesungguhan Noorca.
Hai Aku memiliki penegasan sikap terhadap waktu yang bersandar pada hari, mulai dari hari senin hingga hari minggu. Buku ini menggambarkan pengalaman sang aku, lirik yang terkait dalam peristiwa keseharian yang dialami, sekaligus mengajak pembaca untuk membangun asosiasi, citraan diri, dan mendalami penghayatan.
Ketika 66
Ketika 66 adalah kumpulan puisi yang di dalamnya dibangun dengan sintaksis puitik yang sederhana sehingga siapa saja yang membaca karya ini dapat memahami dan menghayati apa yang disampaikan oleh Noorca.
Kumpulan puisi ini lebih merupakan sejenis “puisi-puisi politis” –tentang kritik sosial. Semacam pelengkap untuk novelnya, September, sekaligus wujud dari sifat kewartawanan Noorca. Terlebih, cover buku itu bergambarkan enam tangan kanan yang mengacung dan mengepal. Dengan latar warna merah pula.
Setelah 17 Tahun
Setelah 17 Tahun adalah salah satu novel karya Noorca M. Massardi, novel ini diilhami oleh kisah nyata tentang drama psikologi rumah tangga. Menceritakan tentang seorang perempuan bernama Putri yang harus menerima lamaran laki-laki bernama Alfian, seniornya yang sedang melanjutkan studi di Prancis.
Putri sebenarnya adalah perempuan yang cerdas dan sangat aktif di berbagai kegiatan kampus, namun tiba-tiba harus menjadi istri Alfian. Tetapi siang sangka ternyata Alfian sering melakukan kekerasan verbal pada Putri. Setelah dikaruniai tiga orang anak, ia tidak mampu lagi menghadapi kekerasan yang dialaminya.
Setelah 17 tahun menderita akhirnya Putri menggugat cerai Alfian dan melanjutkan studinya hingga menjadi seorang notaris sukses dan bertemu dengan Andri, teman kampusnya dulu yang kini memiliki profesi sebagai seorang pengacara dan berstatus duda anak dua.
180
180 adalah sebuah novel yang menceritakan tentang perjalanan hidup seorang Tora, ia dikenal sangat disiplin, fokus, dan pekerja keras untuk meraih cita-citanya yaitu menjadi seorang miliuner pada usia 30 tahun.
Tora diceritakan sebagai anak yang lahir dari keluarga miskin, karena itu ia memiliki cita-cita yang besar. Segala cara telah ditempuh Tora untuk mencapai tujuannya hingga ia dipercaya untuk mengelola perusahaan agro-industri oleh seorang pemodal asing.
Novel ini adalah sebuah novel inspiratif untuk generasi muda yang kreatif, penuh impian, dan siap untuk berpetualang dalam meraih cita-cita dan masa depan.
Penulis: Melani Wulandari
Sumber:
- https://ruangmenulis.id/haiku-puisi-tentang-musim-dan-suasana-hati/
- https://www.merdeka.com/noorca-marendra-massardi/profil
- Review Buku Aku Lala Padamu
- Review Buku Alasan untuk Tetap Hidup
- Review Buku Anak-Anak Tukang
- Review Buku Angsa dan Kelelawar
- Review Buku Beautiful Uncertainties
- Review Buku Belahan Jantungku
- Review Buku Berani Berubah Untuk Hidup Yang Lebih Baik
- Review Buku Chain of Iron
- Review Buku China’s Disruptors
- Review Buku Convenience Store Woman
- Review Buku Filosofi Teras
- Review Buku Hidup Sederhana: Hadir di Sini dan Saat Ini
- Review Buku In the Middle of Everything
- Review Buku Jangan Membuat Masalah Kecil Jadi Besar
- Review Buku Kakeibo
- Review Buku Kapan Nanti: Novel Terbaru Ziggy
- Review Buku Life as We Know It
- Review Buku Lord of The Darkwood
- Review Buku Marketing 4.0
- Review Buku Misteri Listerdale
- Review Buku Penjelajah Antariksa 7: Planet Biru
- Review Buku Pressure and Pleasure
- Review Buku Puisi Perihal Gendis
- Review Buku The Naked Traveler 8
- Review Buku Wabi Sabi
- Review Komik A Couple of Cuckoos
- Review Komik Blue Lock
- Review Komik Boruto
- Review Komik C.M.B.
- Review Komik Death Note
- Review Komik Fight Ippo
- Review Komik Haikyu!!
- Review Komik Love, Blob
- Review Komik Mashle
- Review Komik My Hero Academia
- Review Komik Q.E.D IFF
- Review Komik Ruler of The Land
- Review Komik Spy x Family
- Review Komik The King's Beast
- Review Komik Tomie Part 2 Karya Ito Junji
- Review Novel After All This Time Karya Ollyjayzee
- Review Novel Agaskar
- Review Novel Ayah dan Sirkus Pohon
- Review Novel Buku Catatan Josephine (Crooked House)
- Review Novel Dari Aku yang Hampir Menyerah
- Review Novel Eknath
- Review Novel Enola Holmes #6: Kasus Perpisahan Gipsi
- Review Novel Fickle and Brittle
- Review Novel Ghosting Writer
- Review Novel Hingga Ujung Cakrawala
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes: Kasus Kipas Merah Muda Misterius
- Review Novel Kisah Misteri Enola Holmes - Misteri Nona Bertangan Kidal
- Review Novel Kuliner Aruna dan Lidahnya
- Review Novel Lebih Senyap dari Bisikan
- Review Novel Lelaki di Sudut Cafe
- Review Novel Mata dan Manusia Laut
- Review Novel Mata dan Nyala Api Purba
- Review Novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi
- Review Novel Pantai Pesisir
- Review Novel Pembunuhan di Teluk Pixy
- Review Novel Poempm
- Review Novel Psychic Detective Yakumo 2: That Which Connects Souls
- Review Novel Pulang
- Review Novel Putri Cina
- Review Novel Rumah Hujan
- Review Novel Rewrite My Heart
- Review Novel Salju Pertama di New York
- Review Novel Saman
- Review Novel Semua Ikan di Langit Karya Ziggy Z
- Review Novel Series American Royals 1
- Review Novel Shine
- Review Novel Si Anak Savana
- Review Novel Solo Leveling 3
- Review Novel The Maltese Falcon
- Review Novel The Nightingale
- Review Buku The Taming of The Shrew
- Review Novel The Underling Purpose
- Review Novel Three Act Tragedy (Tragedi Tiga Babak)
- Review Novel White Fang
- Review Novel Yakumo The Abyss Of A Soul
- Review Cursed Bunny
- Review Srimenanti