Review Pelangi Untuk Rida – Kisah di masa putih abu-abu memang selalu menarik untuk dibahas, terlebih lagi ketika menyinggung masalah asmara. Boleh jadi tentang cinta pertama, cinta monyet atau cinta lainnya. Menariknya, meskipun kisah cinta di SMA sebenarnya sudah sangat banyak, tapi selalu ada saja orang-orang yang tak pernah bosan untuk terus membaca berbagai versi kisah asmara masa putih abu-abu ini.
Jika membahas mengenai cerita cinta remaja, maka tidak berlebihan rasanya apabila memasukan buku-buku dari karya penulis Luna Torashyngu dalam list novel wajib baca. Apalagi jika kamu termasuk penggemar kisah teenlit sejak lama, tentu sudah sering bersinggungan dengan jajaran karya Luna Torashyngu.
Penggemar teenlit di era 2000an mungkin juga sudah khatam dengan novel-novel terbaik milik Luna seperti Beauty and the Best, Lovasket dan masih banyak lagi. Sama halnya dengan karya terdahulunya, Luna Torashyngu ini masih konsisten dalam mengembangkan kisah percintaan remaja dalam karyanya Pelangi untuk Rida.
Novel Pelangi untuk Rida ini dirilis pada 2013 lalu oleh Gramedia Pustaka Utama dan masih banyak diminati hingga kini. Karya setebal 248 halaman ini merupakan novel yang terbit setelah trilogi D’Angel.
Selayaknya karya Luna lainnya, Pelangi untuk Rida juga masih mengambil plot kisah seputar cerita di bangku putih abu-abu, yang dituangkan secara berbeda khas penulis sehingga ceritanya tetap menarik.
Luna Torashyngu mungkin terkenal sering menuliskan novel berseri seperti dalam seri Lovasket, D’Angel, dan Mawar Merah. Namun, untuk membaca karyanya yang satu ini, kamu tidak perlu khawatir karena Pelangi untuk Rida bukanlah novel seri. Bagi penggemar teenlit baru, bisa mulai membaca karya penulis mulai dari novel ini tanpa perlu mencari urutan kisah sebelumnya.
Table of Contents
Profil Penulis
Nama Luna Torashyngu sudah lama dikenal oleh para penggemar novel khususnya teenlit sejak lama. Luna Torashyngu ini sendiri sebenarnya merupakan nama pena dari lelaki kelahiran Purwokerto, 13 Februari.
Sekilas mendengar namanya yang unik banyak yang bertanya siapakah sosok dibalik novel-novel teenlit terbaik di era 2000-an ini. Namun, identitasnya yang misterius rupanya juga membuat banyak penggemar yang penasaran.
Terlepas dari biografinya yang tidak banyak diketahui orang, tapi satu hal yang penggemar tahu adalah kecintaannya pada kisah-kisah teenlit remaja ini banyak terinspirasi dari kisah dorama Jepang yang disukainya.
Luna Torashyngu juga pernah mengungkapkan bahwa dirinya memang sangat menyukai segala hal mengenai Jepang. Mulai dari film, dorama, musik hingga bacaan-bacaannya. Penulis berbakat ini juga pernah mengungkapkan alasannya memilih nama pena yang unik tersebut.
Luna memiliki arti bulan dalam bahasa Spanyol, sedangkan nama Torashyngu yang sedikit mirip dengan nama yang diambil dari bahasa Jepang. Namun, sebenarnya nama belakangnya itu merupakan nama yang dia buat sendiri.
Novel pertama Luna Torashyngu ini berjudul Alpha Veta (2005) yang memiliki genre drama science fiction. Kemudian selanjutnya, Luna Torashyngu mulai menuliskan Sweet Angel yang akhirnya menjadi sebuah karya trilogi pertamanya. Sweet Angel ini juga dikenal dengan judul lain D’Angel, yang juga merupakan novel berseri dengan sub judul; Rose, Princess, dan Life.
Usai menyelesaikan triloginya, Luna kembali menciptakan novel berjudul Love Detective yang dirilis pada 2005. Selanjutnya, pada 2006 penulis juga menerbitkan dua novel berjudul Dua Rembulan dan Victory.
Pada 2007 merupakan awal kemunculan novel lovasket yang akhirnya menjadi novel berseri lainnya. Setelah menuai kesuksesan dengan novel pertamanya, Lovasket 2: for the Love of the Game dirilis pada 2013. Lovasket 3: the Final Game dipublikasi pada 2011, Lovasket 4: Your Heart (2013), Lovasket 5: The Last Game (2014), Lovasket 6: Game Over (2014), dan Lovasket 7: Zero (2021).
Selain itu, ada masih banyak lagi novel Luna Torashyngu yang laris manis seperti seri Mawar Merah, seri Beauty and the Best, Eclipse hingga Traveline: Past.
Resensi Novel Pelangi untuk Rida
Sinopsis
Mengambil latar cerita SMA, Rida seorang remaja putih abu-abu, bertemu dengan seorang laki-laki yang berhasil mengambil hatinya. Pertemuan Rida dan Radith pertama kali adalah enam bulan lalu. Tepatnya saat Rida sedang berlibur usai ujian sekolah.
Pertemuan mereka yang singkat rupanya memberikan kesan besar bagi Rida. Hingga membuatnya tertarik untuk memperjuangkan Radith untuk bisa terus disisinya. Akhirnya setelah enam bulan berlalu, Rida berhasil satu sekolah dengan Radith.
Namun, tidak semuanya berjalan sesuai ekspektasi dan harapan Rida. Dirinya yang sudah membayangkan momen bertemu Radith di sekolah barunya, rupanya mendapat respon yang 180 derajat berbeda.
Kali pertama keduanya berpapasan, Radith seperti tak mengenali Rida. Sikap Radith terasa begitu aneh bagi Rida hingga tak mampu mengingat dirinya. Tapi setelah beberapa kali mencoba menegurnya, Radith bahkan semakin menunjukan raut asing seolah-olah keduanya belum pernah bertemu.
Hari-hari pertama Rida di sekolah barunya rupanya jauh dari bayangan. Namun disisi lain, Rida mendapat banyak kawan baru yang baik. Hal ini lambat laun juga membuat Rida lupa akan kenyataan Radith tak mengenali dirinya atau melupakannya.
Di sekolahnya Rida ikut serta menjadi bagian dari tim majalah yang memegang tanggung jawab sebagai fotografer. Ini bukanlah hal baru, mengingat Rida memang sudah lama berkenalan dengan dunia fotografi.
Rida yang sejak lama sudah gemar mengabadikan banyak momen dengan bidikan kamera, terutama pelangi, juga dengan senang hati menjadi fotografer majalah sekolah. Tanpa disangka, waktu akhirnya mempertemukan Rida dan Radith dalam satu tim yang sama.
Di dalam lubuk hatinya, Rida yakin bahwa Radith berpura-pura tak mengenal dirinya. Keyakinan ini semakin jelas ketika keduanya sering menghabiskan momen bersama dalam menyusun berbagai rencana untuk majalah sekolah.
Selang beberapa waktu, akhirnya keyakinan Rida terungkap karena Radith mengaku berpura-pura tak mengenali Rida. Ada beberapa alasan yang juga membuat dirinya berubah semenjak kehilangan teman terbaiknya, Fian.
Disisi lain Adys yang sudah berteman lama dengan Radith, seolah tak rela bahwa teman lamanya itu dekat dengan perempuan lain. Apalagi keduanya semakin tampak dekat menjelang lomba fotografi yang diadakan beberapa pekan lagi.
Namun suatu hari, Rida tertimpa musibah yang membuat dirinya tak bisa menghadiri perlombaan. Rida yang masih koma untuk waktu yang cukup lama, melewatkan banyak hal termasuk perlombaan fotografi Radith dan liburannya di Eropa.
Lantas bagaimana kelanjutan kisah Rida dan Radith? Apa saja hal yang tak diketahui oleh Radith selama ini? Apa saja yang dilewatkan Rida ketika dirinya terbaring di rumah sakit?
Nilai Kehidupan dari Pelangi untuk Rida
Kendati sekilas, novel-novel miliki penulis handal Luna Torashyngu ini memang selalu menceritakan kisah percintaan di masa SMA, tapi banyak juga nilai kehidupan yang ada didalamnya. Begitu pula dalam novel Pelangi untuk Rida ini, ada pesan-pesan manis yang ingin disampaikan penulis pada para penggemar teenlit.
Berusaha Meraih Keinginan Tanpa Memaksakan Keadaan
Sepanjang kisah dalam novel Pelangi untuk Rida, penulis secara tidak langsung ingin menyampaikan sebuah pesan. Melalui banyak karakter yang ada dalam cerita kita dapat menyimpulkan beberapa hal.
Melalui karakter Rida sendiri, dimana menjadi pusat cerita kita bisa memahami bahwa Rida adalah perempuan yang akan mengejar segala sesuatu yang dia gemari. Baik itu tentang hobinya dalam dunia fotografi maupun dalam urusan hati.
Rida yang memiliki tekad besar, dengan senang hati untuk mengupayakan berbagai hal demi bisa menjadi fotografer handal. Dia selalu melakukan improvisasi dan memperbaiki caranya mengambil gambar. Sehingga menjadi fotografer untuk majalah sekolah bukanlah perkara sulit baginya.
Tidak hanya itu, Rida juga menyukai Radith dan segala tentang lelaki itu membuatnya penasaran. Bahkan ketika Rida mendapatkan perlakuan dingin dari Radith yang berpura tak mengenalnya, tidak menyurutkan keingintahuan Rida tentang Radith. Disisi lain, Rida berlaku demikian karena dia sadar akan peluangnya untuk mendapatkan Radith.
Berbeda dengan Rida, Adys yang sebenarnya memiliki peluang sama dengan Rida memutuskan untuk bersikap egois hanya supaya Radith berada disisinya. Adys yang sudah mengenal Radith jauh lebih dulu daripada Rida, tapi tidak mampu melihat peluangnya dan justru memutuskan untuk mengambil cara cepat.
Semata-mata hanya demi kehadiran Radith, Adys bahkan bisa menjadi gelap mata. Padahal tindakan Adys tersebut justru membuat Radith tak menginginkannya. Manusia sewajarnya berusaha untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, tapi kita juga harus tahu batasannya. Baik batas kemampuan maupun batas kemungkinan, sebab segala hal yang dipaksakan tidak akan berakhir dengan baik.
Merelakan Hal-hal yang Tak Bisa Dimiliki
Nilai kehidupan yang selanjutnya dari kisah cinta segitiga Rida, Radith dan Adys sebenarnya cukup sederhana, yakni merelakan hal yang tak mampu kita miliki. Mungkin kata merelakan, kenyataannya tidak sesederhana itu.
Sebab untuk dapat merelakan ada banyak emosi lain yang harus kita hadapi. Sebelum akhirnya merelakan, kita perlu menerima terlebih dahulu kenyataan pahit yang sedang kita hadapi. Dalam konteksnya dengan cerita ini, sama hal nya dengan kondisi Adys yang tak bisa membuka pintu hati Radith.
Meskipun dia telah memilih untuk menjadi egois, Adys harus menerima kenyataan yang tak dia inginkan. Sebab, tidak semua rencana di dunia selalu sejalan dengan rencana kita. Oleh karena itu, tidak semua hal pula dapat kita miliki.
Ada sebuah takdir lain yang mengharuskan seseorang menjadi milik orang lain, begitu pula dengan kita. Akan ada hal yang lebih baik datang pada kita saat kita mampu merelakan. Alih-alih terus menangisi jodoh orang lain, akan lebih baik untuk merelakannya.
Kelebihan dan Kekurangan Novel Pelangi Untuk Rida
Kesimpulan
Cerita tentang remaja yang jatuh cinta memang menarik untuk menjadi selingan kita supaya melupakan penat hari. Terlebih lagi kisah cinta antara Rida dan Radith ini juga banyak diberikan jokes-jokes lucu sebagai intermezo.
Luna Torashyngu sebagai penulis teenlit tampaknya selalu memiliki cara yang berbeda dalam menuangkan kisah remaja dalam setiap novelnya. Pelangi untuk Rida juga menjadi novel yang mengajak kita untuk terus berusaha dalam mencapai keinginan.
Baik itu, dalam urusan prestasi maupun cinta, tetapi sebagai manusia kita hanya bisa berencana. Apabila sesuatu tak berjalan dengan apa yang telah kita persiapkan, mungkin ada hal yang jauh lebih besar dan baik yang menanti kita. Setelah membaca Pelangi untuk Rida, tampaknya tidak berlebihan jika novel teenlit ini layak mendapatkan bintang 3,8 /5 untuk keseluruhan alurnya yang cukup menghibur.
Sebagai novel teenlit yang dirancang untuk menghibur para remaja, ada banyak novel menarik lain karya penulis Luna Torashyngu ini yang bisa kamu dapatkan di Gramedia. Selain Luna, kamu juga bisa mencari tahu novel karya penulis berbakat lainnya disini!
Jika kamu ingin mencari berbagai macam genre novel, maka bisa menemukannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Inka
Buku-Buku Terkait
Golden Bird
Karya Luna Torashyngu memang selalu menarik untuk dibaca, khususnya jika kamu gemar dengan jenis novel teenlit. Berawal dari kesuksesannya dengan novel Beauty and the Best, penulis melanjutkan kisahnya dalam novel Golden Bird.
Cerita yang berpusat pada Muri, gadis pindahan di SMA Veritas yang namanya sontak dikenal dengan cepat oleh seluruh penjuru kelas. Gosip yang beredar tentang Muri yang cantik dan pintar serta menjadi ketua cheerleader di sekolah lamanya.
Dengan membawa ketenaran itu, membuat Muri kembali diajak bergabung dalam tim cheerleader SMA Veritas oleh Rahma. Bagi Muri sendiri, sebenarnya ingin meninggalkan popularitasnya, sebab di balik popularitas nya, terdapat nama Golden Bird yang membuatnya selalu terlibat dalam banyak misi rahasia. Golden Bird, bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang sebuah integritas dan jati diri. Penasaran seperti apa kisahnya? Dapatkan novelnya disini!
Simple Past Present Love
Membahas rekomendasi teenlit, mungkin kamu perlu mundur sejenak ke novel keluaran 2012 ini. Novel karya Thia Kyu Ori ini merupakan salah satu novel teenlit yang banyak disukai. Kamu akan berkenalan dengan tokoh Ferina dan Andra yang sudah mengenal satu sama lain.
Bagi Ferina, Andra adalah cinta pertamanya yang seolah memiliki perasaan yang sama dengannya. setidaknya begitulah yang dia pikirkan hingga saat Ferina menemukan buku diary almarhumah saudari kembarnya, Feren.
Dunianya yang berpusat pada Andra seketika runtuh, saat mengetahui lelaki itu pernah berpacaran dengan Feren, diam-diam saat Feren pun tahu Ferina menyukai Andra. Segala kesedihan dan kemarahannya pada keduanya pun membuncah. Ferina memutuskan untuk meninggalkan Andra dengan segala kenangannya dan berpindah kota.
Ferina memulai kehidupan barunya dengan rutinitas baru pula di kotanya. Tempat baru yang mempertemukannya dengan Tama. Lelaki yang berhasil menyembuhkan hatinya itu memiliki banyak rencana masa depan dengan Ferina. Namun entah bagaimana, Andra kembali muncul dan seolah meruntuhkan harapannya dengan Tama.
Andra membawa sebuah penjelasan besar yang merusak kembali keyakinannya. Lantas, bagaimanakah kelanjutannya? Dengan siapa Ferina akan mengakhiri kisah asmaranya, Andra atau Tama?
Jurnal Jo
Cerita seputar kehidupan remaja tentu tidak selamanya berkutat dalam masa SMA, melainkan bisa juga tentang kehidupan dari SMP.
Meskipun terkesan seperti cerita anak kecil, namun Jurnal Jo karya Ken Terate ini merupakan salah satu teenlit paling laris di masanya.
Pasalnya kisah dalam novel Jurnal Jo ini menceritakan seorang gadis bernama Jo Wilisgiri yang baru saja menginjak masa remajanya dengan masuk ke SMP. Tumbuh menjadi dewasa merupakan hal istimewa yang diangan-angankan Jo sejak lama, tapi juga cukup membuat dirinya pusing.
Yap, baru memasuki masa remaja sudah membuat Jo banyak pikiran, mulai dari cara menyesuaikan diri dengan perubahan tubuh hingga kiat-kiat untuk menjadi remaja paling keren. Ada banyak hal yang perlu Jo siapkan buat menjadi remaja seutuhnya. Misalnya, harus mulai memakai baju dalam yang benar, memiliki geng keren meskipun selalu tidak akur, hingga punya pacar. Segala poin penting itu selalu ditulis Ji dalam jurnalnya, demi bisa menjadi remaja keren. Lantas, bagaimanakah Jo beradaptasi dengan kehidupan barunya sebagai anak SMP? Simak kisah serunya yuk!
- Review Novel Romance is Not For IT Folks
- Review Novel Maria Beetle
- Review Novel Bungo Stray Dogs
- Review Novel MetroPop: 90 Hari Mencari Suami
- Review Novel The Long Walk
- Review Normal People
- Review Novel Fase
- Review Novel Goodbye Days
- Review Novel Dua Sisi
- Review Novel Sesuk
- Review Novel Leiden
- Review Buku Jodohku dalam Proposal
- Review Buku Norman Edwin: Catatan Sahabat Sang Alam
- Review Novel The Viscount Who Loved Me
- Review Novel Negeri Senja
- Review Novel Bincang Akhlak
- Review Novel Himpunan
- Review Novel The Second Marriage: Mencari Kebahagiaan di Tengah Reruntuhan Rumah Tangga
- Review Novel Haru Mahameru
- Review Buku Cinta Laki-Laki Biasa
- Review Novel Supernova 4: Partikel
- Review Novel Supernova 5: Supernova
- Review Novel Supernova 6: Inteligensi Embun Pagi
- Review Novel Pelangi untuk Rida
- Review Fourth Element
- Review Novel Metropop Three Sisters
- Review Novel Bendera Setengah Tiang
- Review Novel Hellow Adam
- Review Novel Best Part
- Review Novel Holly Mother
- Review Novel Utara
- Review Buku Metropop: Ikan Kecil
- Review Novel Prince Karya Yohananic_
- Review Novel Alkana Maheswara Karya Lusiafriaa
- Review Novel City Lite: As Always, I Love… Karya Nureesh Vhalega
- Review Novel Undaunted: Ketika Cinta Mensyaratkan Pengorbanan Karya Staffkumpala
- Review Novel Apartemen 12A-05
- Review Novel Aporia
- Review Novel The Sun Above Our Heads
- Review Novel Land of Stories: Worlds Collide
- Review Buku Kitab Pink Karya Jason Ranti
- Review Novel Turning Page