Rating: 3.67
Novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut karya Dian Purnomo adalah novel fiksi yang akan membahas tentang perjuangan perempuan. Novel ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 24 Oktober 2023. Buku ini menyajikan total 288 halaman ini menyoroti sosok wanita bernama Shalom Mawira.
Penulisan novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut terinspirasi oleh peperangan terjadi di Sangihe. Lebih khusus para perempuan yang melawan industri pertambangan emas, baik yang ilegal dan “katanya” legal. Saat sektor ekstraktif mulai beroperasi di wilayah Sangihe, yang merasakan paling menderita karenanya yaitu kaum perempuan. Tidak hanya mencemari udara, air, dan tanah saja, dalam masyarakat patriarkal, perempuan di sana juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan di rumah, hingga harus mempertaruhkan nyawa mereka.
Ulasan lebih lengkap dari novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut sudah Gramin tulis di bawah ini, Grameds. Sebelum kita telusuri sinopsis dan ulasannya, kita kenalan dengan sosok di balik kisah ini dulu yuk, yaitu Dian Purnomo.
Table of Contents
Profil Dian Purnomo – Penulis Novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut
Dian Purnomo adalah seorang penulis dan peneliti yang memiliki fokus pada penelitian sosial, terutama dalam isu-isu yang berkaitan dengan perempuan, anak-anak, dan lingkungan. Novel-novelnya mencerminkan pengalaman dan perjuangannya untuk mengatasi ketimpangan sosial. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam, novel ini terinspirasi dari kisah-kisah pilu kawin tangkap di Sumba, dan saat ini sedang dalam proses adaptasi menjadi film. Selain itu, sebuah penerbit di Polandia juga sedang menerjemahkan novel tersebut untuk diterbitkan di sana dengan menggunakan bahasa Polandia.
Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut adalah novel ke-10 yang ditulisnya. Novel ini ditulis setelah pengalamannya tinggal selama hampir dua bulan di Sangihe, di mana dia menyaksikan perjuangan masyarakat lokal dalam mempertahankan kelestarian pulau kecil tersebut. Lebih dari sekadar cerita, Dian berharap karyanya juga dapat menginspirasi pembaca untuk mendukung perjuangan hak dan keberlangsungan hidup masyarakat lokal, baik di Sangihe maupun di tempat lain di dunia. Informasi lebih lanjut tentang Dian dan Sangihe dapat Grameds temukan di @dianpurnomo dan @save.sangihe.
Sinopsis Novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut
Shalom Mawira kehilangan ayahnya yang tidak pernah kembali dari laut. Bertahun-tahun sudah berlalu, tapi Shalom tetap setia menunggu sang ayah, ia terus merawat lorong-lorong di Sangihe agar ayahnya dapat kembali pulang. Namun, kedamaian itu terganggu ketika sebuah perusahaan asing menemukan kekayaan emas di Sangihe. Mereka dengan keras kepala mencoba mengambilnya, mencemari tanah yang subur yang merupakan ruang hidup bagi penduduk setempat.
Shalom menolak untuk diam saja. Bersama warga Sangir lainnya, dia melakukan perlawanan. Segalanya dia pertaruhkan. Waktu, uang, tenaga, kebebasan. Berbaring di aspal, dijebloskan ke penjara, hingga sampai mengikuti upacara menambah nyawa. Sebutlah dia perempuan gila. Mungkin Shalom adalah cerminan dari diri kita, seorang rakyat dan perempuan yang ingin menyelamatkan tanahnya. Mampukan Shalom mempertahankan lorong menuju laut tempat dia menunggu ayahnya, atau tanah Sangihe akan musnah ditelan ketamakan?
Negara yang merusak tanahnya sebenarnya sedang merusak dirinya sendiri, melukai rakyatnya, dan mengakhiri kehidupan negaranya sendiri tanpa menyadarinya. Saya melihat kehancuran hampir terjadi di depan mata saya, tapi para pejuang itu berusaha menghentikannya. Mereka bersedia mengorbankan segalanya: waktu, uang, tenaga, bahkan kebebasan mereka. Jika perlu, nyawa mereka sendiri pun mereka rela gadai demi mempertahankan ruang hidup mereka. Mereka menyadari bahwa jika penjajah berhasil merampas dan menghancurkan tanah mereka untuk mengambil kekayaan alam di dalamnya, maka hidup mereka akan sangat susah.
Sebelum saya sampai di Sangihe, saya sering berpikir bahwa negeri ini telah merdeka. Setiap tahun, kami merayakannya dengan pawai dan lagu-lagu kemerdekaan yang berkumandang di sekolah dan kantor. Namun, perjalanan saya ke utara membuka mata saya bahwa penjajahan di tanah kita masih berlanjut. Negara kita belum sepenuhnya merdeka; penjajahan terus terjadi dan berganti topeng saja. Jika pahlawan masa lalu berjuang untuk kemerdekaan dari penjajah yang merampas kekayaan kita, maka pahlawan-pahlawan yang saya temui di utara ini berjuang melawan penjajah yang sengaja diundang untuk mengeksploitasi tanah mereka.
Penjajah yang datang kali ini tidak membawa senjata yang bisa melukai fisik, tetapi mereka datang untuk melubangi bumi tanah kelahiran mereka. Ironisnya, negara kita malah menyambut mereka dengan karpet merah. Di utara, saya bertemu dengan para pejuang yang dengan gagah berani mempertahankan tanah dan air mereka. Salah satu dari mereka mengingatkan saya pada puisi Wiji Thukul untuk tidak hidup dalam ketakutan dan tidak memperpanjang barisan perbudakan. Mereka mengajarkan saya arti sejati dari keberanian, harga diri, perlawanan, kesetiaan, dan penantian.
Nama salah satu pejuang itu adalah Shalom Mawira. Saya menemaninya selama tiga tahun menunggu di lorong menuju laut, menanti sang ayah yang tak pernah kembali. Saat akhirnya semesta memutuskan bahwa waktunya untuk mengakhiri penantian itu telah tiba. Saya menceritakan kisah ini untuk mereka yang terus berjuang dan percaya bahwa bumi masih memiliki harapan.
Kelebihan dan Kekurangan Novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut
Kelebihan Novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut
Novel ini memiliki sejumlah kelebihan yang membuatnya cukup menonjol. Pertama, intensitas konflik yang tinggi dari awal cerita berhasil menarik perhatian pembaca, menciptakan ketegangan dan antusiasme yang membuat mereka terus terlibat dalam alur cerita dari awal hingga akhir. Ketegangan ini juga berhasil dipadukan dengan pesan aktivisme yang kuat untuk mendorong pembaca memahami dan terlibat dalam perjuangan keadilan serta hak asasi manusia.
Kedua, novel ini memberikan pengetahuan yang baru untuk pembaca, terutama tentang kehidupan masyarakat Sangihe yang mungkin belum dikenal luas sebelumnya. Penggambaran yang mendetail dan penuh emosional tentang perjuangan mereka juga membuka wawasan pembaca tentang isu-isu lokal yang sering kali terabaikan atau tidak terdengar sampai mereka.
Ketiga, unsur romantis yang diselipkan dalam cerita ini dapat menambah daya tarik dan memberikan momen-momen yang menenangkan dan menyenangkan di tengah konflik yang sangat intens. Keempat, pesan moral yang dihadirkan melalui karakter dan alur cerita dalam novel ini juga memberikan refleksi diri yang mendalam untuk pembaca.
Kekurangan Novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut
Meskipun novel ini memiliki banyak kelebihan novel, bukan berarti novel ini tidak memiliki kekurangan. Ending novel ini dinilai menggantung. Hal ini dapat mengecewakan beberapa pembaca yang mengharapkan penutup cerita yang lebih jelas atau memuaskan untuk mereka. Ending yang menggantung juga dapat meninggalkan rasa ketidakpuasan dan kebingungan, terutama bagi pembaca yang sudah menginvestasikan waktu dan emosi mereka untuk memahami cerita.
Pesan Moral Novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut
Dari kisah yang dihadirkan dalam novel ini terdapat pesan moral yang sangat kuat untuk pembacanya. Dimulai dari semboyan orang Sangir “Somahe Kai Kehage.” Semakin keras badai menerjang, semakin gigih kita harus menghadapinya. Dari pesan ini kita dapat belajar bahwa apapun badai atau halangan yang ada di depan kita, jangan menyerah dan terus terjang badai itu sampai mendapatkan apa yang kita mau.
Hal lain yang dapat kita petik dari novel ini adalah, tidak ada hasil yang sia-sia jika kamu terus berjuang untuk mencapainya. Dengan kerja keras dan tetap yakin, semua hasil yang kita harapkan pasti akan kita dapatkan, selama kita terus bekerja keras dan yakin.
Nah Grameds, itu dia sinopsis, ulasan, dan pesan moral dari novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut karya Dian Purnomo. Yuk langsung saja dapatkan novel ini hanya di Gramedia.com! Selain novel ini, Gramin juga sudah menyiapkan rekomendasi novel best seller lainnya di bawah ini. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.
Penulis: Gabriel
Rekomendasi Buku Terkait
Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam
Novel ini merupakan karya yang dihasilkannya setelah menerima grant Residensi Penulis Indonesia 2019 di Sumba. Mengisahkan kehidupan dari tokoh Megi Diela yang merupakan lulusan dari sarjana Pertanian yang berada di Yogyakarta dan juga merupakan pegawai honorer dari dinas Pertanian Waikabubak di daerah Sumba. Setelah melakukan perantauan yang menempuh pendidikan diluar daerah dan akhirnya tokoh Magi Diela kembali ke daerah kelahirannya dan akhirnya menjalani pembangunan akan daerah Sumba dimana alur cerita buku ini cukup cepat, dimana tokoh dalam buku ini yaitu Magi Diela diculik dan dijinakkan seperti layaknya binatang. Di sana ia diperlakukan tidak adil dan kejam sehingga impian untuk membangun daerah Sumba menjadi sirna. Kini Magi Diela harus melakukan perlawanan dari banyak pihak melawan orangtua, seisi kampung, dan juga adat yang ingin merenggut suatu kemerdekaannya sebagai perempuan dimana ketika budaya memenjarakan hati Magi Diela yang meronta-ronta, kini Magi Diela harus memilih sendiri nerak versinya seperti, meninggalkan orangtua dan tanah kelahirannya, menyerahkan diri kepada si mata keranjang, atau mencurangi kematiannya sendiri.
Tokoh Leba Ali menjadi tokoh yang telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperistri tokoh Magi Diela ini. yang bertujuan untuk memuaskan hasrat dan nafsu birahinya dan dirinya menjadikan tradisi kawin culik sebagai “tameng” untuk melancarkan aksinya terhadap Magi Diela. tokoh Magi Diela sebagai pihak yang menjadi korban pun tak bisa langsung memperjuangkan hak dan keadilan, dimana bahkan sahabat baik dari tokoh Magi Diela ini, yaitu tokoh Dangu juga memiliki kesulitan untuk menolong Magi Diela.
The Power
Di dalam buku ini, dunia adalah tempat yang lazim, dengan seorang pemuda berkebangsaan Nigeria yang bersantai di kolam keluarganya; anak asuh dengan orangtua yang berpura-pura religius; seorang politikus Amerika yang ambisius; serta gadis London yang tangguh dari keluarga yang rumit. Lalu muncullah satu kekuatan besar yang berakar dan terus berkembang, menyatukan hidup sekaligus membuatnya hancur berantakan. Para perempuan menjadi titik utama kisah ini, dengan kekuatan yang menaungi mereka. Luka dan kematian ada di tangan kaum perempuan, tapi dengan sedikit perubahan ini, dunia direset
Dearest Neil,
Aku sudah merenungkannya sepanjang akhir minggu ini. Ada begitu banyak hal yang harus kupikirkan dan diskusikan, dan kurasa lebih baik jika kita bertemu untuk membicarakannya. Aku khawatir mungkin aku sudah menulis sesuatu yang kau salah artikan, dan aku tak menginginkan itu. Aku sadar itu topik yang sensitif untukmu. Aku akan meminta asisten ku untuk memilihkan beberapa tanggal untuk makan siang kita. Undangan ini bukan untuk menyatakan kalau bukan aku yang ada di balik buku itu. Itu memang aku.
Gadis Kretek
Pak Raja sekarat. Dalam menanti ajal, ia memanggil satu nama perempuan yang bukan istrinya; Jeng Yah. Tiga anaknya, pewaris Kretek Djagad Raja, dimakan gundah. Sang ibu pun terbakar cemburu terlebih karena permintaan terakhir suaminya ingin bertemu Jeng Yah. Maka berpacu dengan malaikat maut, Lebas, Karim, dan Tegar, pergi ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng Yah, sebelum ajal menjemput sang Ayah. Perjalanan itu bagai napak tilas bisnis dan rahasia keluarga. Lebas, Karim, dan Tegar bertemu dengan pelinting tua dan menguak asal-usul Kretek Djagad Raja hingga menjadi kretek nomor 1 di Indonesia. Lebih dari itu, ketiganya juga mengetahui kisah cinta ayah mereka dengar; Jeng Yah, yang ternyata adalah pemilik Kretek Gadis, kretek lokal Kota M yang terkenal pada zamannya. Apakah Lebas, Karim, dan Tegar akhirnya berhasil menemukan Jeng Yah?
Gadis Kretek tidak sekadar bercerita tentang cinta dan pencarian jati diri para tokohnya. Dengan latar Kota M, Kudus, Jakarta, dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan, Gadis Kretek akan membawa pembaca berkenalan dengan perkembangan industri kretek di Indonesia. Kaya akan wangi tembakau. Sarat dengan aroma cinta.
Sumber:
- https://books.google.co.id/books?id=qRr0EAAAQBAJ&pg=PT106&source=gbs_selected_pages&cad=1#v=onepage&q&f=false
- https://www.goodreads.com/book/show/199317651-perempuan-yang-menunggu-di-lorong-menuju-laut
- 14 Days Isabella
- A dan Z
- Agensi Rumah Tangga
- Albiandra: The Untold Story
- Anne of Avonlea
- Antologi Cerita Anak Muslim di Mancanegara
- April : Fallen
- Anatomi Rasa Karya
- Athar: Cinta dalam Ikhlas
- Arkananta
- Book’s Kitchen
- Bukan Kekasih Impian
- Catatan Harian Menantu Sinting
- Children of Blood and Bone
- Diskoneksi
- Eat Drink Sleep
- Enola Holmes dan Kereta Kuda Hitam
- Garis Batas
- Ghosting Writer
- Gyo
- Haji Murad
- Highly Unlikely
- Hotel Mooi Indie
- Iblis Menjelma Senapan Berburu
- Imama Al-Hafidzh
- Istana Merah
- Jais Darga Namaku
- Kemelut Rodansih dan Dua Anaknya
- Kenangan Manis Takkan Pernah Habis
- Klasik Bahasa Inggris White Fang
- Konstelasi Andro dan Mega: Dunia Tanpa Zodiak
- Laiqa: Berapa Jarak antara Luka dan Rumahmu?
- Laiqa: Mana Hijrah?!
- Laiqa: Siniar Semut Kecil
- Laiqa: Hijab for Sisters
- Laiqa: Rope That Binds
- Lelap dalam Lautan Bintang
- Lit: Left Unsaid
- Malam Seribu Jahanam
- Mari Pergi Lebih Jauh
- Masquerade Hotel
- Me Minus You
- Mencintaimu Sampai Kau Mau
- Menyelamatkan Teetee
- Merah Kirayu
- Mickey7
- Muslimah Keren
- Nadira
- Norwegian Wood
- Mata Hari (The Spy)
- My Long Black : Unsent Letters
- Paracosm D'arte
- Parnassus Keliling
- Pada Sebuah Kapal
- Perempuan di Rumah No 8
- Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut
- Rara Mendut
- Romansa Stovia
- Rumah di Mango Street
- Rumus Ciuman Sempurna
- Sang Pemenang Berdiri Sendirian
- Sarhad
- Seandainya
- Senyum Karyamin
- Seperti Sungai Yang Mengalir
- Serikat Anjing Mandiri
- Sidney Sheldon's The Phoenix
- Sikencur
- Sihir Perempuan
- Suluh Rindu
- Sumur Anjing Gila
- The Boyfriend
- The Count of Monte Cristo
- The Dragon's Promise
- Ther Melian - Discord
- The Night Mark
- The Night Swim
- The Power
- The Snatched and The Snapped
- Toko Buku Kucing Hitam
- Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 3
- Tumbal Genderuwo
- Yang Katanya Cemara Karya
- Yang Menari dalam Bayangan Inang Mati
- Yang Tak Kunjung Usai
- We Hunt the Flame: Memburu Api